Mengatasi Jantung Berdebar Tanpa Alasan yg jelas

Apakah Anda pernah mengalami gejala seperti detak jantung cepat, berkeringat, mati rasa di tangan Anda atau kepala? Anda mungkin mengira, ini adalah gejala serangan jantung' kemudian anda anda segera ke UGD melakukan pengechekan terhadap jantung anda dan akhirnya dokter mengatakan tak ada kelainan dari jantung anda.
Seorang pemuda datang kerumah terapi harum menceritakan pernah mengalami hal serupa bahkan kejadian sering berulang sehingga ia bingung harus berobat kemana ?
Ia mengeluhkan penyakit ini sejak 3 bulan yang lalu :
1. Jantung berdebar kencang tanpa alasan yang jelas
2. Perut menjadi mual, terasa mau pingsan
3. Keringat dingin mungalir diseluruh tubuh
4. Kesulitan bernapas
5. Seluruh tubuh menjadi lemas
6. Mati rasa
7. Terasa mau mati
8. Perasaan takut luar biasa
Alhamdulillah Menjalani sesi 4x terapi dirumah terapi harum penyakit itu tidak datang kembali...
Berikut adalah solusi bagi para penderita hal diatas :
1. Berdoa kepada Allah
2. Luangkan waktu tuk melakukan relaksasi 20 menit sehari
3. Cobalah temui psikoloq atau hipnotherapist karena jantung berdebar anda disebabkan dari masalah pikiran anda atau bisa disebut psikosomatis.

Maknun Fajar Susilo
http://www.rumahterapiharum.multiply.com

Agama O: Agama Baru yang didirikan Oprah Winfrey

Siapa yang tak kenal Oprah Winfrey. Pembawa acara Oprah Show itu memang terkenal dengan kecakapannya dalam memotivasi publik dengan acara-acaranya yang selalu menginspirasi. Pada 6 April 2010, Oprah mendirikan agama baru yang disebutnya Agama O. Dideklarasikan di Chicago, Amerika Serikat, Oprah memosisikan dirinya sebagai pendiri sekaligus pemimpin agama O.

Gayle King—editor O, The Oprah Magazine, yang menjadi Uskup Agung sekaligus pembicara agama ini, menyatakan inilah agama baru yang sangat diharapkan orang, sejak Scientology.

Menurut Gayle dalam seremoni pembukaan agama tersebut, agama ajakan Oprah ini begitu menggoda banyak orang karena menghilangkan banyak aturan dan larangan dalam agama konvensional yang sudah ada. "Sekarang, Anda dapat melakukan hal yang sama, dan tanpa ada ancaman kutukan abadi," kata Gayle, yang juga merupakan sahabat Oprah.

Gayle melanjutkan, agama Oprah memiliki semua kenyamanan yang ada pada sebuah sistem kepercayaan tradisional, tapi lebih dikombinasikan dengan semangat kehidupan Oprah, sehingga siapa pun akan merasa nyaman ketika mereka berpindah ke tradisi baru O. Misalnya saja, tradisi Katolik seperti pengakuan dosa telah dimasukkan ke dalam O. Namun dengan modifikasi: cukup dilakukan sekali seumur hidup.

Setelah mengucapkan kata pengantarnya, Gayle kemudian merentangkan tangannya ke langit, dan Oprah muncul dari atas, terbalut jubah putih menyilaukan dan sepasang sepatu bot kulit hitam setinggi lutut dengan tumit stiletto. Kerumunan campuran perempuan pra dan pasca-menopause histeris, menangis, seperti melihat visi surgawi.

Sejak Oprah sebagai pemimpin tertinggi dan sekaligus sebagai kepanjangan tangan Tuhan, penebusan dosa tidak perlu, dan pengampunan dijamin, tanpa harus ada campur tangan orang lain. Meskipun Oprah meresmikan sendiri pembukaan pertama Gereja Oprah Juru Selamat, yang terletak di Chicago Magnificent Mile, namun agama Oprah tidak mensyaratkan bangunan gereja.

Sebaliknya, "Berbahagialah gerejaku, masukkan kalian sekarang dan lihatlah pelayanan saya di televisi panel layar datar raksasa Sony di dalam!" Oprah berseru. Kemudian ia melanjutkan, "Lihatlah dalam diri Anda, agar Anda dapat mengatasi semua rintangan jika Anda percaya pada diri sendiri! Lihat juga di dalam kantong hadiah Anda, karena Anda semua mendapatkan sertifikat untuk sebuah televisi Sony gratis!"

Saat ini, Oprahnisme menjadi agama resmi di Kanada, Jepang dan Selandia Baru. Kentalnya pengaruh New Age, nampak dari doktrin awal yang didengungkan Oprah.

Gereja Oprah ini semakin mengibarkan sayapnya yang kokoh. Namun Gereja Katolik menolak jika Gereja Oprah sebagai sebuah agama. Pengikut Oprah ini menunjukkan perlawanan kepada agama yang menolak.

Facebook link untuk First Church of O, The Oprah Religion

http://www.facebook.com/group.php?gid=10067999698&v=wall

Bagi Oprah, salah satu kesalahan dari manusia adalah menilai bahwa hanya ada satu jalan kehidupan, dan bahwa kita tidak menerima adanya bermacam-macam jalan di dunia. Padahal ada jutaan cara bagi manusia dan banyak jalan untuk menuju Tuhan. Besarnya pengaruh Gerakan New Age terlihat dari banyak tamu di acara-acara Oprah, yang merupakan pendukung New Age.

Tentang New Age

New Age Movement atau Gerakan Zaman Baru tidak seperti agama formal kebanyakan. “Agama” ini tidak memiliki teks suci, organisasi pusat, keanggotaan, pendeta formal, pusat geografis, dogma, kepercayaan, dan lain sebagainya. Mereka sering menggunakan definisi eksklusif untuk beberapa istilah mereka.

New Age sebenarnya gerakan spiritual yang mengalir bebas, sebuah jaringan orang-orang percaya dan praktisi yang memiliki keyakinan agak mirip dan praktis, yang mereka tambahkan ke dalam agama formal yang mereka ikuti. Mereka menjadikan seminar, konvensi, buku, dan kelompok informal sebagai khotbah dan agama mereka.

Filosofi New age adalah filsafat yang berpusat pada diri manusia. Gerakan Zaman Baru mengajarkan bahwa manusia adalah "Allah".

Sumber:

***

Orang paling berperan terhadap tumbuhnya spiritualitas New Age pada Oprah:

Eckhart Tolle

Bagi penggemar tayangan Oprah Show di televisi, tentu pernah melihat orang ini melakukan wawancara bersama Oprah. Ya, karena Tolle sudah berkali-kali terlibat dalam acara Oprah, baik di telivisi, web, ataupun seminar yang digelarnya.

Eckhart Tolle, 63 tahun adalah seorang penulis dan pembicara. Dia adalah penulis buku bestseller, The Power of Now dan A New Earth. Pada 2011, dia dinobatkan sebagai orang yang paling berpengaruh secara spiritual di dunia oleh Watkins Review.

Tolle berkali-kali diundang dalam acara Oprah, baik di televisi, seminar, juga dalam web. Bagi Oprah, buku ini adalah panduan untuk orang-orang yang sedang mencari jati diri yang sebenarnya, dengan metode-metode dan cara yang spesifik. Berkonsep pada New Age Movement, pencarian jati diri yang berlebihan itulah yang membuat orang mendewakan dirinya sendiri.

Seperti para pencari jati diri dengan metode dari Tolle ini, sama halnya yang terjadi pada Oprah. Dia mulai mengaggungkan dirinya dan meyakini konsep spiritual yang dianutnya, New Age. Tentu saja, berbekal kemampuan public speaking yang luar biasa, dia bisa mempunyai pengikut yang jumlahnya besar.

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7992607

Admin Situs DPR Iseng, Setjen DPR Harus Diaudit


Headline

Akibat keisengan pengelola atau administrator situs DPR, Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR yang menangani pengelolaan tersebut didesak untuk diaudit.

Sebelumnya, sebuah pesan dari pengelola situs www.dpr.go.id ditampilkan dalam source code situs tersebut. Pada Sabtu (14/5/2011), tertulis pesan, "Thanks to seluruh rakyat Indonesia. Yang bukan rakyat Indonesia ngga thanks..." pada bagian akhir kode tersebut.

Pesan tersebut mendapat sorotan setelah ditampilkan dalam sebuah situs komunitas online terbesar di Indonesia. Kontan saja tanggapan dan kritikan bermunculan. Entah karena kritikan dan tanggapan itu atau karena memang ada tujuan lain, yang pasti saat ini kode tersebut berubah menjadi, "thanKs buAt Seluruh raKyat nUSantara - ttd, webmastER dpr.go.id"

Itupun masih berupa pesan yang terkesan lucu-lucuan dan berupa easter egg (pesan tersembunyi). Jika semua huruf besar pada pesan itu disatukan, maka akan muncul jati diri pembuat situs tersebut sebagai anggota sebuah komunitas online terbesar di Indonesia.

Menurut Roy, keisengan itu membuat publik mencibir situs DPR dan sistem teknologi informasi (TI) di DPR. Padahal situs DPR mewakili institusi parlemen Indonesia di dunia maya. Itulah mengapa persoalan email yang berbasis web milik Komisi VII menjadi bahan tertawaan publik. "Ini yang memunculkan keinginan masyarakat yang untuk mengaudit," kata Anggota Komisi I DPR Roy Suryo kepada INILAH.COM, Senin (16/5/2011).

Akhir-akhir ini, situs www.dpr.go.id sempat menjadi sorotan publik. Sebab, situs itu ternyata dikelola dengan biaya yang amat tinggi.

Roy sempat menyebutkan data berdasarkan DIPA Setjen DPR 2010, biaya pemeliharaan jaringan jaringan sistem informasi situs resmi DPR pada 2010 berkisar Rp 9,75 miliar. Jumlah itu terdiri dari biaya pembayaran provider websitesenilai Rp 8,4 miliar per tahun dan biaya pemeliharaan situs www.dpr.go.id senilai Rp 1,3 miliar. "Dari anggaran yang sangat besar ini, memang layak masyarakat mengaudit bidang IT (teknologi informasi) DPR," tegas Roy.

Menurut Roy, untuk urusan Sekretariat Jenderal DPR, tidak semua anggota DPR tidak bisa mengintervensi. "Kita (anggota DPR) sendiri tidak bisa mengaudit. Setjen ada di bawah BURT, dan Komisi II. Sebagai anggota Komisi I saya tidak bisa. Jika mengkritisi, saya selalu dibilang, udah lah jangan intervensi," tandas Roy.
Anda sedang membaca artikel tentang Admin Situs DPR Iseng, Setjen DPR Harus Diaudit dan anda bisa menemukan artikel Admin Situs DPR Iseng, Setjen DPR Harus Diaudit ini dengan url http://www.kiosgratis.co.cc/2011/05/admin-situs-dpr-iseng-setjen-dpr-harus.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Admin Situs DPR Iseng, Setjen DPR Harus Diaudit ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Admin Situs DPR Iseng, Setjen DPR Harus Diaudit sebagai sumbernya.

Keluar Dari Lingkaran Riba : Sulit Tetapi Harus Terus Diupayakan

Ketika Fatwa MUI No. 1 tahun 2004 tentang bunga bank riba dikeluarkan, saat itu saya masih aktif sebagai salah satu eksekutif di perusahaan yang berhubungan langsung dengan fatwa ini. Sebelum adanya fatwa ini keharaman bunga bank memang masih banyak diperdebatkan, organisasi masa Islam yang besar-besar pun saat itu belum menyatakan bahwa bunga bank adalah riba. Tetapi setelah adanya fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa —Majelis Ulama Insonesia— yang mewakili seluruh elemen penting umat Islam negeri ini—maka menurut saya sudah tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan, tinggal tantangannya adalah bagaimana kita bisa mengikuti fatwa para ulama ini dengan mencari solusinya.

Karena isi dari fatwa tersebut di atas tidak hanya terbatas pada produk-produk perbankan tetapi juga menyangkut seluruh produk-produk institusi keuangan lainnya, lantas bagaimana para eksekutif dan karyawan perbankan serta industri keuangan lainnya merespon fatwa ini? Secara umum saat itu saya berusaha memetakannya kedalam  empat kelompok yang merespon-nya secara berbeda.

Kelompok pertama adalah kelompok yang tidak tahu atau tidak mau tahu tentang adanya fatwa tersebut di atas—bagi kelompok ini, ada atau tidak adanya fatwa riba ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap pekerjaannya hingga kini. Kelompok yang kedua adalah kelompok yang tahu ada fatwa ini— tetapi mereka merasa ‘lebih tahu’ tentang haram tidaknya bunga bank—maka bagi kelompok yang kedua ini  fatwa di atas juga tidak berpengaruh pada pekerjaannya.

Kelompok yang ketiga adalah kelompok yang menerima fatwa tersebut dan berusaha mentaatinya—hanya tidak atau belum tahu harus bagaimana. Kelompok yang keempat adalah kelompok yang menerima fatwa tersebut dan mulai membuat rencana-rencana bagaimana menjauhi riba dalam kehidupan modern yang bentuk-bentuk ribanya sudah sangat sophisticated ini. Untuk kelompok ketiga dan keempat inilah tulisan ini saya buat, mudah-mudahan bermanfaat.

Pasca keluarnya fatwa tersebut di atas, saya juga berusaha memetakan lebih jauh lagi seperti apa sesungguhnya riba yang mengepung kehidupan kita sehari-hari ini—bukan hanya mengepung para eksekutif dan pekerja di perbankan dan industri keuangan lainnya, tetapi mengepung seluruh masyarakat pekerja. Kepungan riba atau saya sebut sebagai lingkaran riba ini dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini. Lingkaran merah adalah ribanya, sedangkan garis-garis putih adalah celah-celah dimana kita bisa (berusaha) keluar dari lingkaran riba ini. Anda bisa perhatikan bahwa celah ini begitu kecil untuk menunjukkan betapa susahnya keluar dari lingkaran riba itu sekarang.

Lingkaran Riba

Melihat betapa sulitnya kita keluar dari lingkaran riba di jaman ini, maka sangat bisa jadi jaman ini adalah jaman yang sudah dikabarkan ke kita oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam melalui haditsnya :

“Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tiada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)nya.” (HR Ibnu Majah, HR Sunan Abu Dawud, HR. al-Nasa’i dari Abu Hurairah)

Untuk menggambarkan betapa riba tersebut telah mengepung Anda, berikut adalah situasinya :

  • Bila Anda bekerja di perusahaan atau instansi apapun kini, hampir dapat dipastikan perusahaan atau instansi Anda menaruh sebagian besar dananya di bank konvensional dalam bentuk rekening koran, deposito dlsb. Bunga kemudian mengalir ke rekening ini—dan sampai pula ke gaji Anda, tunjangan, bonus dlsb.
  • Selain gaji, sebagai karyawan Anda juga memperoleh jaminan kesehatan, dana pensiun, jaminan perlindungan kecelakaan kerja dlsb. Dimana dana-dana ini dikelola? lagi-lagi mayoritasnya adalah di industri keuangan konvensional yang terkena fatwa riba tersebut di atas.
  • Darimana Anda bisa tahu bahwa sebagian besar perusahaan atau instansi menggunakan bank dan industri keuangan konvensional untuk menaruh atau mengelola uangnya? Anda bisa tahu dari pangsa pasar bank dan industri keuangan syariah yang masih sangat kecil dibandingkan dengan yang konvensional. Artinya mayoritas perusahaan dan instansi masih menggunakan yang konvensional ketimbang yang syariah—tujuh tahun lebih sejak keluarnya fatwa riba tersebut di atas!

Terlepas dari adanya kritik sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa bank dan industri keuangan syariah-pun belum sepenuhnya syar’i, saya condong untuk mengajurkan penggunaan yang sudah berusaha menuju yang syar’i ini ketimbang yang terang-terangan tidak menghiraukan fatwa riba ini.

Untuk bank konvensional yang infrastruktur teknologi dan layanannya sudah jauh lebih unggul yang dalam realitasnya sudah banyak memberi manfaat untuk kepentingan transfer dana dlsb. Bisa saja bank-bank seperti ini tetap digunakan tetapi produk-produk ribawinya harus dihilangkan. Rekening koran misalnya tidak usah diberi bunga, tetapi gantinya diberikan dalam bentuk layanan yang sebaik-baiknya—karena masyarakat yang sadar keharaman bunga bank tidak membutuhkan bunga tetapi membutuhkan layanan yang baik. Produk semacam deposito misalnya, tidak perlu lagi digunakan karena kalau ada kelebihan dana—diputar di bisnis yang riil insyaAllah sudah akan lebih baik daripada sekedar ditaruh di deposito.

Untuk produk-produk asuransi, dana pensiun, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja dlsb. menurut saya harus ada perlindungan konsumen muslim secara maksimal, jangan sampai pemenuhan kebutuhan hajat hidup orang banyak ini dipenuhi atau dikelola secara ribawi. Bayangkan misalnya ada keluarga Anda jatuh sakit, tetapi kemudian dirawat oleh perusahaan dengan jaminan asuransi yang dikelola secara ribawi (berdasarkan fatwa tersebut di atas)—do’a orang sakit yang seharusnya terkabulkan menjadi tidak terkabulkan karena pengaruh riba yang bisa jadi tidak Anda sadari.

Begitu pula ketika Anda berangkat pensiun, sudah seharusnya pada usia ini Anda berusaha mendekat kepada Sang Maha Pencipta. Tetapi tanpa Anda sadari, dana pensiun yang Anda gunakan sebagai bekal sebagiannya berasal dari riba yang terbawa oleh pengelolaan dana pensiun yang juga belum menghiraukan fatwa riba tersebut di atas.

Solusi bank syariah, asuransi syariah, dana pensiun syariah dlsb. bisa terus disempurnakan dan diupayakan untuk menjadi solusi yang bener-bener syar’i; namun solusi syar’i yang paling luas aplikasinya dan sesuai tuntunan yang sesungguhnya adalah menggalakkan perdagangan atau jual beli dan sedekah. Di dalam Al-Quran, ‘lawan’ dari riba hanyalah jual beli dan sedekah; maka inilah yang seharusnya digalakkan di masyarakat dan diajarkan sejak anak-anak. Anak-anak lebih baik diajari berdagang dan bersedekah ketimbang diajari menabung.

“… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al-Baqoroh [2] : 275)

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS Al-Baqoroh [2] : 276)

Tetapi jual beli-pun mudah sekali terjatuh pada riba bila tidak mengikuti ketentuan syariat jual beli, inilah sebabnya mengapa Umar bin Khattab ketika menjadi muhtasib (pengawas pasar) sering mengingatkan masyarakatnya untuk tidak berjualan dipasarnya bila tidak memahami syariat jual beli.  Salah satu dari upaya konkrit untuk menumbuhkan keahlian dan kesempatan bagi masyarakat untuk bisa berjual beli secara syar’i ini kami wujudkan dalam bentuk antara lain berdirinya Al-Tijaarah Institute yang hadir bersamaan dengan Bazaar Madinah, lha wong untuk menumbuh suburkan yang riba saja ada institut-institut-nya kok masak kita tidak membangun kekuatan yang minimal sama untuk melawannya! InsyaAllah...

sumber: http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=616:keluar-dari-lingkaran-riba-sulit-tetapi-harus-terus-diupayakan&catid=38:syariah&Itemid=89

Israel Minta Facebook hapus Account yang mendukung Perjuangan Palestina

Israel telah meminta Pimpinan Face book Mark Zuckerberg untuk menghapus  sebuah account di Facebook yang bernama " Third Palestinian Intifada" yang telah di dukung hingga ratusan ribu orang.



















Israel Asks Facebook to Remove Page Calling for Third Palestinian Intifada



Israel asked Facebook Inc. Chief Executive Officer Mark Zuckerberg to remove a page that it says is supported by 230,000 “friends” that calls for a Palestinian intifada beginning on May 15.

The page includes remarks and movie clips that call for the killing of Israelis and Jews and the “liberating” of Jerusalem and of Palestine through acts of violence, Public Diplomacy and Diaspora Affairs Minister Yuli Edelstein wrote in a letter e- mailed to media yesterday.

“As Facebook’s CEO and founder you are obviously aware of the site’s great potential to rally the masses around good causes, and we are all thankful for that,” Edelstein said. “However, such potential comes hand in hand with the ability to cause great harm such as in the case of the wild incitement displayed on the above-mentioned page.”

Social media and other online information sources have taken center stage in uprisings in Tunisia, Egypt, Bahrain, and Libya, with participants using Twitter, YouTube, and Facebook to spread news and coordinate protests.

“While some kinds of comments and content may be upsetting for someone -­ criticism of a certain culture, country, religion, lifestyle, or political ideology, for example -- that alone is not a reason to remove the discussion,” Debbie Frost, a spokeswoman for Facebook, said in an e-mailed statement.

“We strongly believe that Facebook users have the ability to express their opinions, and we don’t typically take down content, groups or Pages that speak out against countries, religions, political entities, or ideas,” she said.

Edelstein’s statement letter came on the same day that a bomb blast killed one person in Jerusalem and wounded at least 30 others. An Israeli cabinet minister blamed Palestinians for the attack.

Violence between Israel and the Islamic militant Hamas group that rules the Gaza Strip has also escalated. A rocket launched from Gaza injured an Israeli man yesterday in the southern city of Beersheba. At least seven Palestinians were killed this week, including several civilians, in what Israel said were attacks aimed at stopping rocket fire.

To contact the reporter on this story: Alisa Odenheimer in Jerusalem at aodenheimer@bloomberg.net

To contact the editor responsible for this story: Andrew J. Barden at barden@bloomberg; Thomas Giles at tgiles5@bloomberg.net


http://preview.bloomberg.com




Facebook anti dengan pendukung palestina ?

Halaman Facebook Pemain Real Madrid Dihapus Setelah Mendukung Palestina


Manajemen situs jejaring sosial Facebook telah menghapus halaman resmi pemain sepak bola Brasil Marcelo Vieira da Silva Junior, yang bermain untuk klub Real Madrid Spanyol beberapa hari setelah dirinya menyatakan dukungannya bagi rakyat Palestina dan mengecam kekejaman Israel kekerasan terhadap anak-anak Palestina.

Marcela menulis pada halaman Facebooknya beberapa hari lalu dengan menyatakan bahwa ia bersimpati dengan bangsa Palestina dan ia berharap kekerasan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina oleh pendudukan Israel segera berhenti demi terwujudnya perdamaian di seluruh dunia.

Halaman Facebooknya telah dihapus tanpa peringatan terlebih dahulu dan tanpa penjelasan mengapa hal itu terjadi.

Situs yang sama telah menghapus halaman berbahasa Arab yang berjudul “The Third Palestinian Intifada” dan manajemen situs Facebook mengklaim bahwa mereka memutuskan untuk menghapus halaman tersebut karena "menghasut kekerasan". (fq/pic)


http://www.eramuslim.com/berita/dunia/halaman-facebook-pemain-real-madrid-dihapus-setelah-mendukung-palestina.htm



Pemimpin dengan Kejujuran Cinta

Malam semakin pekat. Kota Madinah mulai hening dari hingar-bingar manusia. Sebagaimana biasanya, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu keluar berteman sepi. Bukan untuk mencari pencitraan diri. Bukan untuk mengais-ngais sensasi. Melainkan karena tanggung jawab dalam mengemban amanah ummat. Ia harus keluar untuk melihat kondisi rakyatnya. Mungkin saja, ada inspirasi yang bisa ia jadikan bahan untuk mengevaluasi kebijakan dan kepemimpinannya.

Saat melewati sebuah kemah, terdengar suara rintihan wanita. Umar radhiyallahu ‘anhu berjalan mendekat. Seorang lelaki sedang duduk di samping tenda. Setelah ditanya, lelaki itu mengaku berasal dari kampung, sedang istrinya di dalam tenda sedang berjuang menahan sakit, karena hendak melahirkan. Di situ, tidak ada manusia lain kecuali lelaki badui, istrinya dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu.

Tanpa berpanjang kalam, Umar radhiyallahu ‘anhu segera beranjak pergi, pulang menemui istrinya. “Maukah kamu pahala besar yang sudah Allah giring kepadamu?” kata Umar radiallahu ‘anhu kepada istrinya Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha.

“Apa itu?” tanya istrinya.

“Ada seorang wanita asing hendak melahirkan. Dan di sana tidak ada seorangpun yang membantu.” jelas lelaki yang pertama kali digelari Amirul Mukminin itu.

“Ya, aku mau,” jawab Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha mantap. Mereka berdua pun beranjak pergi, menuju sebuah perkemahan badui, sambil membawa makanan.

Sampai di tempat, Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha segera masuk tenda, menemui wanita badui yang hendak melahirkan. Sedang Umar radhiyallahu ‘anhu mengumpulkan kayu bakar dan memasak makanan. Tak ia pedulikan asap-asap yang menyelinap di sela-sela jenggotnya.

Lelaki badui itu hanya diam menatap Umar radhiyallahu ‘anhu dengan sorotan mata penuh heran. Seolah-olah Allah telah mengirimkan kepadanya seorang penolong malam itu. Dan ketika istrinya telah melahirkan, Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha berteriak memanggil Umar radhiyallahu ‘anhu, “Wahai Amirul Mukminin, kabarkanlah kepada temanmu itu bahwa anaknya laki-laki.”

Lelaki itu tersentak kaget. Ternyata orang yang ada di depannya adalah Amirul Mukminin, seorang lelaki alumni “Madrasah Nabawiyah” yang namanya menggemparkan dunia. Umar radhiyallahu ‘anhu segera menenangkan lelaki badui. Lalu memberikan makanan kepada Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha agar menyuapi wanita badui tersebut.

Kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu mengambil makanan lagi dan diberikan kepada lelaki badui. “Makanlah, karena kamu sudah menahan kantuk semalaman.”

Begitulah Umar radhiyallahu ‘anhu melewati malam-malamnya. Mata selalu terjaga, demi kemakmuran rakyatnya. Sehingga banyak sekali kebijakan-kebijakan pemerintahannya yang kemudian diubah, setelah mendapat inspirasi dari perjalanan malamnya. Mulai dari perubahan masa pengiriman pasukan perang, yang awalnya tanpa ada batas waktu dan berubah menjadi empat bulan. Kemudian pemberian santunan negara, yang awalnya hanya untuk bayi yang telah selesai masa penyusuan, lalu diganti menjadi diberikan kepada setiap bayi yang lahir. Dan masih banyak lagi.

Hal semisal itu hanya akan dilakukan oleh seorang pemimpin yang memahami makna dan hakekat kepemimpinan yang sesungguhnya. Bahwa memimpin itu adalah melayani. Memimpin itu adalah memberi. Memimpin itu adalah mencintai. Memimpin itu adalah berempati. Memimpin itu adalah mengayomi. Memimpin itu adalah melindungi. Memimpin itu adalah menyayangi. Dan memimpin itu adalah memberikan keteladanan yang baik kepada pengikutnya.

Dan selama hal ini tidak dimengerti dengan benar oleh para pemimpin lalu tidak diaplikasikan, maka selamanya kepemimpinan itu tidak jauh beda dengan perbudakan. Yang terjadi adalah eksploitasi-eksploitasi di atas pilar kedzaliman. Seperti tuan dan pesuruh. Seperti majikan dan pembantu. Karena tidak ada jembatan cinta yang menyatukan mereka.

Hari ini, banyak orang mengidentifikasi kepemimpinan dengan kekuasaan. Sehingga yang mereka lakukan adalah berlomba-lomba untuk mencapai puncak kepemimpinan, agar bisa mendapatkan kekuasaan. Lalu kekuasaan itu dijadikan sebagai alat untuk memimpin, demi mencapai tujuan dan ambisinya.

Kepemimpinan hanya diartikan dari satu sisi saja, MENGUASAI. Dengan menafikan sisi cinta, kasih sayang, perlindungan, pelayanan, pemberian, pengayoman serta empati kepada rakyat. Padahal pemimpin yang sesungguhnya justru bekerja dengan melayani. Itulah sejatinya yang harus dilakukan seorang pemimpin.

Pemimpin adalah pelayan. Sebagaimana layaknya pelayan, maka ia akan menikmati apapun setelah yang dilayani menikmatinya. Ia akan menyantap hidangan setelah rakyat menyantapnya. Karena ia harus “meladeni” rakyat dengan segala kebutuhannya.

Hakikat kepemimpinan itulah yang sangat dipahami oleh Umar radiallahu ‘anhu. Sehingga dia bersumpah, “Aku tidak akan makan daging sampai orang-orang faqir kenyang.”

Suatu ketika, seorang laki-laki datang menemui Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, seorang pemimpin sepertimu terlihat sangat lesu dan pucat karena hanya makan roti kering. Kamu terlalu menyiksa diri. Padahal, dengan kekuasaan, kamu bisa meminta uang kepada kas negara (baitul mal).”

Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Bagaimana mungkin aku bisa menjadi pemimpin rakyat yang baik, bila aku tidak pernah merasakan derita yang mereka rasakan?”

Inilah bentuk cinta yang tulus seorang pemimpin kepada rakyatnya. Cinta sejati yang jauh dari kemunafikan. Cinta murni yang jauh dari kepentingan pribadi, keluarga, kelompok maupun golongan. Bersih dari polusi politisasi. Yang ada adalah kejujuran pengabdian kepada rakyat. Yang ada adalah ketulusan pelayanan kepada rakyat.

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Seandainya ada domba yang mati di tepi sungai Eufrat, maka aku mengira bahwa Allah akan menanyakannya kepadaku pada hari kiamat, mengapa aku tidak memperbaiki jalannya.”

Rakyat ini sudah merindukan pemimpin yang bisa memesrai mereka di setiap saat. Rakyat butuh pemimpin yang bisa membimbing dan “me-ngemong” mereka. Rakyat mendambakan pemimpin yang jujur dan tulus dalam mencintai mereka.

Sumber: http://www.cahayasiroh.com/index.php?option=com_content&view=article&id=223:pemimpin-dengan-kejujuran-cinta&catid=39:kajian-tematik&Itemid=190

Inilah Website Resmi DPR RI Habiskan Dana Miliaran Rupiah

katanya rincian dananya :
Dalam perincian dana yang di keluarkan oleh pemerintah sebagai berikut ini,



* Pembayaran provider website sebesar Rp. 8,4 Milyar per tahun

* Biaya pemeliharaan situs Rp. 1,3 Milyar per tahun

* Program untuk pengembangan sistem informasi dengan budget Rp. 9.3 Milyar per tahun pada 2010 dan Rp. 12 Milyar pada 2009

tidak jauh beda sama blog2 gratisan

Multiply mulai mengembangkan sayap..










Saya baru tahu hari ini. ternyata MP kini telah membuat iklan di media Online Indonesia.
Jika kita buka detik.com Iklan tersebut berada pada daerah Footer (bawah) web tersebut.

Semoga MP semakin exist !








Menghapus Mental Blocks Untuk Berdagang

(keterangan foto: Suasana Salah Satu Pasar di Madinah)

Sehari setelah diangkat menjadi Khalifah, Abu Bakar RA berangkat ke pasar dengan membawa barang dagangannya. Melihat hal ini Umar Bin Khattab RA yang bertemu Abu Bakar RA di tengah jalan menegurnya, “Mengapa engkau masih pergi ke pasar mengurusi perniagaanmu, sedangkan begitu banyak urusan negara yang perlu diselesaikan?” Mendengar ini Abu Bakar RA tersenyum dan menjawab, “Untuk mempertahankan hidup keluargaku, aku harus bekerja...”

Dari permasalahan inilah kemudian para sahabat merumuskan bahwa Khalifah harus mendapatkan gaji yang wajar untuk mencukupi kehidupan diri dan keluarganya. Gaji pertama Abu Bakar saat itu adalah 2,500 Dirham setahun atau sekitar Rp. 15 juta per bulan dengan harga Dirham saat ini—suatu tingkat gaji yang sekedar cukup tetapi tidak berlebihan.

Yang menarik untuk menjadi pelajaran di sini adalah betapa generasi terbaik dari umat ini mereka juga berdagang, melalui berdagang-lah mereka mencukupi kehidupannya. Dan generasi seperti ini pula yang telah membawa Islam sampai ke Nusantara ini. Hanya karena kemudian kita sempat dijajah selama 450 tahun kumulatif antara Portugis dan Belanda—budaya berdagang tersebut telah sengaja dirusak oleh para penjajah.

Akibat pengrusakan yang berlangsung selama berabad-abad inilah yang kita rasakan hingga kini. Kalau kita tanyakan pada para lulusan terbaik perguruan tinggi di negeri ini dari kalangan pribumi misalnya, kecil sekali kemungkinannya mereka menjawab ingin berdagang setelah lulus. Hambatan ini kadang bukan berasal dari diri sendiri, tetapi dari masyarakat juga. Saya kenal ada suami-istri yang keduanya insinyur kimia tetapi memilih berdagang sebagai mata pencahariannya, masyarakat sekitarnya yang tahu bahwa mereka keduanya adalah insinyur selalu heran—“loh insinyur-insinyur kok cuma berdagang ...?”

Persepsi masyarakat yang seolah berdagang adalah pekerjaan kelas dua dibandingkan dengan kerja kantoran atau di pabrik inilah yang kadang juga ikut menjadi penghalang tumbuhnya budaya berdagang yang baik di masyarakat.

Setelah mengetahui bunga bank difatwakan Riba oleh Komisi Fatwa-MUI, saya belum bisa serta merta meninggalkan pekerjaan saya sebagai pucuk pimpinan perusahaan finansial besar yang masih konvensional, tetapi niat untuk mencari penghasilan yang tidak bersentuhan dengan riba itu begitu kuat.

Maka saya ajaklah istri dan anak-anak di rumah untuk mulai belajar berdagang. Saya ambil komoditi madu—karena begitu banyak cerita indah tentang madu ini di Al-Quran maupun hadits. Harapan saya waktu itu adalah rizki perdagangan madu inilah yang nantinya kami makan agar terjauh dari makanan yang bersentuhan dengan riba. Karena kami berdagang madu dari rumah, maka pada waktu di rumah saya juga sering melayani pembeli yang datang —saya tidak risih dengan pekerjaan ini karena inilah pekerjaan yang  lebih halal dan lebih bersih— ketimbang pekerjaan saya di kantor yang masih bergelut dengan riba.

Tetapi masyarakat lingkungan kerja saya rupanya tidak menganggap ini biasa, di rumah saya ada satpam dari kantor yang memang ditugaskan untuk menjaga rumah-rumah direksi perusahaan—melalui satpam inilah kemudian menyebar di kantor suatu rumor yang seolah ‘aib’ bahwa “Pak Dirut kita kalau di rumah jualan madu...!” Padahal latihan jualan madu bersama istri dan anak-anak inilah yang kemudian membuat saya tidak sulit untuk mengambil keputusan meninggalkan jabatan tinggi lengkap dengan berbagai fasilitasnya untuk mulai berdagang secara full time.

Bagi Anda yang belum comfortable untuk berdagang—jangan kawatir, ini adalah penyakit kita semua awalnya. Penyakit yang berupa mental blocks yang membuat berdagang seolah berat, malu dan segala macam perasaan tidak nyaman lainnya. Ini adalah sebuah penyakit pikiran yang sengaja ditanam oleh para penjajah selama berabad-abad ketika mereka memilah-milah pekerjaan bagi penduduk di negeri jajahannya. Kaum minoritas yang mereka sebut Vreemde Oosterlingen —non pribumi dari kalangan Cina, India dan Arab diarahkan menjadi pedagang— sedangkan tokoh-tokoh masyarakat pribumi diarahkan menjadi priyayi atau pegawainya penjajah  —supaya mereka yang berpengaruh terhadap mayoritas penduduk ini  mudah dikendalikan dan tidak berontak. Lebih buruk lagi adalah yang menimpa mayoritas rakyat biasa, mereka dihancurkan jiwa dagangnya melalui cultuurstelsel selama 90 tahun— mereka harus menanam tanaman yang hasilnya tidak bisa dijual selain ke penjajah dengan harga yang tentu saja harga penjajah!

Karena merusaknya selama berabad-abad, maka sembuhnya juga akan memakan waktu —tentu diharapkan tidak perlu berabad-abad— tetapi tetap perlu ketekunan dan kesabaran. Untuk membantu proses recovery budaya berdagang inilah Al-Tijaarah Institute kami dirikan dan mulai membuka kelas berdagang setiap kamis sore dari habis ashar sampai magrib di komplek Bazaar Madinah—Depok. Kelas ini sifatnya umum, siapa saja boleh ikut dan tidak dipungut biaya.

Selain kelas yang kita usahakan rutin untuk umum ini, kami juga mengadakan kelas-kelas khusus sesuai permintaan untuk anak-anak sekolah dari TK sampai perguruan tinggi. Mereka bisa mengajukan permintaan secara berombongan antara 20 s/d 100 anak untuk kita adakan kelas khusus yang semuanya juga gratis!

Lantas apa yang kita latihkan untuk mereka ini? tergantung tingkatan pendidikannya—tetapi inti modul-modul di Al-Tijaarah Institute yang sudah siap antara lain terdiri dari :

  • Mengenal budaya berdagang dari Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, para sahabat sampai pengikut-pengikutnya hingga para ulama pedagang pejuang di tanah air.
  • Mengenal syariat jual beli, apa-apa yang boleh dan apa-apa yang tidak boleh.
  • Mengenali jenis-jenis pekerjaan yang sesungguhnya ‘bersih’ dan pekerjaan yang sesungguhnya ‘kotor’ meskipun kelihatannya bersih.
  • Mengenal pasar: yang sudah ada dan yang seharusnya ada atau diadakan.
  • Teknik Mengasah ‘Batu’ Intan Berlian: Memilih barang dagangan, mengenalinya secara mendalami seluk-beluknya dan membangun cerita indah yang jujur tentang barang dagangan.
  • Pola pikir visual untuk membangun dan mengembangankan pasar.
  • Mengenal fungsi dan perlunya muhtasib dalam pengawasan pasar.
  • Brick and Click Market: Pasar fisik dan virtual serta sinergi antar keduanya.
  • Dlsb.

Al-Tijaarah Institute tidak hanya pelajaran di kelas, tempatnya yang berhubungan langsung dengan Bazaar Madinah selain memberikan environment pasar , juga sekaligus bisa menjadi tempat praktek berdagang yang sesungguhnya.

Mudah-mudahan kontribusi kecil ini bisa menghapuskan mental blocks yang selama ini menghantui pikiran dari kebanyakan kita untuk terjun di dunia jual beli—yang di Al-Qur’an disebut sebagai salah satu lawan riba (yang satunya lagi adalah sedekah). Aamiin.

Sumber: http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=625:menghapus-mental-blocks-untuk-berdagang&catid=34:enterpreneurship&Itemid=86

Khalifah Abu Bakar Saja, Pernah Minta Tambah Gaji

Presiden, Gubernur, Bupati, anggota Dewan atau pejabat apapun hari ini, mau minta tambah gaji?

Boleh kok....

Di masa keemasan Islam, Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu pernah minta tambah gajinya sebagai khalifah. Ehm.....

Sebelum membahas hal ini, mari kita simak hadits Nabi shalallahu’alaihi wassallam yang resmi memberikan fasilitas bagi para pejabat publik:

“Siapa yang menjadi pejabat kami, maka milikilah istri jika belum punya istri. Jika belum punya pembantu, maka milikilah pembantu. Jika belum punya tempat/rumah, maka milikilah tempat/rumah. Abu Bakar berkata: Aku diberitahu bahwa Nabi bersabda, “Siapa yang mengambil selain itu maka dia adalah pencuri.” (HR. Abu Dawud no. 2945, dishahihkan oleh al-Albani)

Jadi, siapapun Anda sebagai pejabat publik, telah difasilitasi langsung oleh Nabi shalallahu’alaihi wassallam. Luar biasa bukan. Amanah besar seorang pejabat diiringi dengan fasilitas. Sah! Untuk mengambilnya. Halal! Untuk menikmatinya. Pasangan hidup, staf, tempat tinggal.

Nah, sekarang mari kita lihat kisah shahabat paling mulia itu minta tambahan gaji dengan posisinya sebagai orang nomer satu di pemerintahan Islam. Kisahnya ditulis oleh pakar sejarah Islam Prof. DR. Akram Dhiya’ al-‘Umari dalam bukunya: (‘Ashr al-Khilafah al-Rasyidah h. 228-230). Inilah kalimat Abu Bakar radhiallahu ‘anhu yang memakai bahasa langsung dan jelas:

“Tambahi untukku (gajiku) karena aku punya keluarga. Kalian telah menyibukkan aku dari bisnisku.”

Akram Dhiya’ menyebutkan gaji awal Abu Bakar adalah 2000 Dirham setiap tahun. Kemudian setelah beliau meminta tambahan, ditambahi menjadi 2500 Dirham per tahun.

2000 Dirham adalah jumlah gaji yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Dan dengan tanpa malu dan basa-basi, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu meminta tambahan. Dalam riwayat yang diambil oleh DR. Ali ash-Shalaby (Abu Bakar ash-Shiddiq, h. 109, MW), Abu Bakar berkata kepada Umar sebagai menteri keadilan/hukum,

“Aku tidak butuh dengan jabatanku memimpin kalian. Kalian memberiku gaji yang tidak cukup untukku dan keluargaku.”

Di samping gaji tersebut, masih ada fasilitas 1 kambing per hari plus sedikit lemak dan susu. Kambing digunakan untuk jamuan para tamu yang datang. Dan keluarga Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berhak mendapatkan kepala dan kaki kambing tersebut.

Ternyata yang pernah minta tambahan gaji, bukan hanya Abu Bakar sang Khalifah. Para pejabatnya di daerah juga meminta tambahan gaji:

“Tambahilah gaji kami, kalau tidak angkatlah orang lain untuk jabatan ini!”

Untuk melengkapi cara pandang kita, ada hal yang harus diketahui lagi. Yaitu: masyarakat mendapatkan tunjangan tahunan. Inilah konsep Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu saat memimpin negara yang saat itu belum mempunyai banyak kekayaan negara:

“Sesungguhnya hidup ini, keteladanan lebih baik daripada mementingkan diri sendiri.”

Subhanallah...!

Besaran tunjangan di tahun pertama adalah 10 Dirham/tahun. Pada tahun kedua seiring masukan negara yang semakin besar maka masyarakat mendapatkan 20 Dirham/tahun. Tunjangan ini diperuntukkan bagi semua orang; laki ataupun perempuan, besar ataupun kecil, orang merdeka ataupun budak. Jadi, kalau di dalam rumah tangga kecil ada ayah, ibu dan 3 anak, maka keluarga itu akan mendapatkan 100 dirham/tahun. Para pejabat Abu Bakar pun menerapkan konsep ini di wilayah masing-masing.

Dengan konsep ini, maka gaji Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu 200 kali lipat dari tunjangan satu orang dari masyarakatnya. Perlu diingat ulang, 200 kali lipat dari tunjangan, bukan dari penghasilan masyarakat. Karena, tunjangan tersebut di luar penghasilan masyarakat. Jadi, perbandingannya adalah: Pejabat mendapat gaji ‘besar’ karena tidak bisa mencari nafkah, sementara masyarakat jauh lebih kecil karena sifatnya tambahan bagi tambahan nafkah mereka.

Melihat sebuah kisah dengan utuh seperti di atas sangat bermanfaat agar cara kita mengambil pelajaran tidak bopeng. Dari kalimat tersebut di atas dan dari proses jabatan yang diamanahkan kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berikut pejabatnya berikut tunjangan bagi masyarakatnya, kita bisa memandang permintaan tambahan gaji dengan sudut pandang berikut:

  1. Mereka semua dipaksa menjadi pemimpin, bukan keinginan mereka apalagi ambisi dengan mengkampanyekan dirinya. Kalau saja mereka bisa memilih, maka mereka lebih memilih menjadi pengusaha umpamanya, seperti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Sehingga tidak ada yang membatasi keuangannya. Tetapi ketika telah memilih, maka seharusnya semua paham bahwa setiap pilihan ada resikonya.
  2. Mereka terpaksa memberhentikan semua aktifitas mencari nafkah dan hanya mendapat gaji dari menjadi pejabat. Kalau yang mendapatkan banyak proyek justru setelah menjabat, nah....
  3. Gaji yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan mereka dan keluarga. Jika gaji telah memenuhi atau bahkan tidak terpakai, bagaimana nih...
  4. Masyarakat tetap nomer satu. Mendahulukan masyarakatnya, bukan dirinya. Dalam bahasa Abu Bakar radhiallahu ‘anhu: menjadi teladan, bukan egois.

Jika itu di zaman Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, maka inilah Umar radhiyallahu ‘anhu sang Amirul Mukminin. Umar telah mengetahui fasilitas yang berasal langsung dari Nabi shalallahu’alaihi wassallam bagi para pejabat. Umar juga telah menyaksikan langsung bagaimana Abu Bakar meminta tambahan gajinya.

Umar radhiallahu ‘anhu menyampaikan konsep penggajian bagi dirinya sebagai pemimpin tertinggi:

“Saya memposisikan diri saya terhadap harta Allah (harta negara), seperti menghadapi harta anak yatim. Siapa yang kaya, maka hendaklah menjaga dirinya. Siapa yang miskin, maka boleh memakannya dengan cara baik.” (ashr al-Khilafah al-Rasyidah, h. 238)

Dan inilah detail yang diambil Umar dari negara h. 237-238:

“Saya menyampaikan kepada kalian semua, harta Allah yang saya ambil: pakaian di musim dingin dan musim panas, kendaraan yang saya pakai untuk haji dan umroh, konsumsi bagi keluarga saya seukuran masyarakat Quraisy; bukan yang kaya dan bukan yang miskin. Saya hanya seorang laki-laki dari masyarakat muslimin, apa yang menimpa mereka pun menimpa saya.”

Umar radhiallahu ‘anhu juga berani mempersaksikan dirinya di hadapan Allah subhanahu wata’ala:

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya tidak makan kecuali makanan saya, tidak memakai kecuali pakaian saya dan tidak mengambil kecuali bagian saya.”

Sementara untuk masyarakatnya, Umar melanjutkan konsep tunjangan Abu Bakar dengan beberapa perbaikan. Di antara perbaikan itu adalah jumlah besaran tunjangan yang diberikan, menjadi jauh lebih besar seiring dengan negara yang semakin kaya:

  1. Tunjangan uang tahunan berdasarkan strata yang dibuat oleh Umar. Yang paling tinggi: 12.000 Dirham bagi istri Nabi yang masih hidup dan yang paling rendah adalah 100 Dirham bagi bayi yang baru lahir
  2. Tunjangan barang, bisa berupa pakaian, makanan dan sebagainya

Hal menarik yang perlu dicatat dari sikap empati Umar radhiyallahu ‘anhu saat masyarakat sulit adalah pada peristiwa ‘am Ramadah (tahun kelaparan) yang menimpa Hijaz (Mekah dan Madinah, bukan seluruh negeri) di akhir 17H. Umar sebagai Khalifah tidak mau mengkonsumsi lemak dan His (makanan dari adonan kurma dicampur lemak dan lainnya) karena harganya mencapai 40 Dirham. Umar juga tidak mau meminum susu pada masa itu. Dan hanya mau mengkonsumsi minyak dan gandum saja. Sebagai upaya menghibur masyarakatnya.

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: Perut Umar bunyi (karena lapar) karena hanya makan minyak pada ‘am ramadhah, sementara dia tidak mau makan lemak. Maka dia menusuk perutnya dengan menggunakan jarinya dan berkata:

Tidak ada yang kami miliki selain ini, hingga manusia hidup kembali. (Tarikh al-Khulafa’ h. 116, MS)

Ibnu Sa’ad meriwayatkan kisah Aslam yang bercerita,

Pada ‘am ramadhah, ada unta disembelih. Maka Umar membagikannya bagi masyarakat. Mereka menyisihkan daging yang bagus dari punuk unta dan hati untuk Umar. Saat Umar melihat, dia bertanya: Dari mana ini? Mereka menjawab: Wahai Amirul Mukminin, itu dari unta yang hari ini kita sembelih. Umar berkata: Buruk sekali saya sebagai pemimpin jika saya makan daging yang bagus sementara saya memberi masyarakat yang tidak bagus. Angkat piring ini, berikan kami makanan selain ini!

Saat seperti itu empati sang pemimpin tertinggi, ternyata diikuti oleh para pejabat di bawahnya.

Dari Ibn as-Sa’idi  berkata: aku diangkat Umar sebagai salah seorang pejabatnya mengurusi zakat. Ketika tugasku selesai, Umar memberiku upah. Aku pun berkata: Aku bekerja karena Allah. Umar menjawab: Aku pernah juga bekerja di masa Rasulullah dan beliau pun menggajiku. (HR. Abu Dawud no 1453, dishahihkan al-Albani)

Konsep penggajian pejabat para pemimpin di atas sangat menarik untuk menjadi inspirasi penggajian pejabat hari ini.

Jadi pak pemimpin, masih ada yang mau minta naik gaji?

Sumber: http://www.cahayasiroh.com/index.php?option=com_content&view=article&id=224:khalifah-abu-bakar-saja-pernah-minta-tambah-gaji&catid=39:kajian-tematik&Itemid=190

Mendidik Perut Para Pejabat

Beberapa orang dari keluarga Bani Marwan berkumpul di istana Umar bin Abdul Aziz. Sang khalifah sengaja menahan mereka untuk duduk di sana agak lama. Segala sesuatupun direncanakan.

"Jika aku memanggilmu untuk menghadirkan makanan, maka kamu jangan segera menyuguhkannya!" perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada juru masak di istananya.

Benar, rencana pun berjalan dengan lancar. Keluarga Bani Marwan berkumpul di sana hingga hari telah menjelang siang. Khalifah tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak terbiasa menahan lapar. Raut-raut kegelisahan mulai mewarnai satu persatu wajah-wajah para bangsawan itu.

Kemudian juru masak itu keluar melewati mereka. Umar bin Abdul Aziz pun segera berseru memanggilnya, "Cepat, hadirkan hidangannya!"

Juru masak itu paham apa maksud sang khalifah. Ia berlama-lama di dapur. Hidangan yang telah dibuatnya tak segera dikeluarkan. Melihat makanan tak kunjung juga dihidangkan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz bertanya pada wajah-wajah yang telah dililit rasa lapar itu, "Apakah kalian semua terbiasa makan tepung dan kurma?"

Tak ada pilihan lain bagi mereka untuk menahan rasa lapar selain mengiyakan tawaran Khalifah untuk memakan tepung dan kurma. Tepung dan kurma dihadirkan dan mereka memakan dengan lahap makanan yang tak biasa mereka makan lantaran lapar.

Setelah mereka selesai memakan tepung dan kurma, datanglah juru masak membawa hidangan yang lezat. Namun mereka diam tak mau mengambilnya. Melihat hal itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz bertanya pada mereka, "Kenapa kalian tak mau memakannya?"

"Wahai Amirul Mukminin, kami sudah tak sanggup lagi memakannya," jawab mereka.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkali-kali mempersilahkan mereka untuk memakan hidangan yang baru saja disuguhkan, namun mereka tetap enggan untuk memakannya karena kenyang dengan tepung dan kurma.

"Celaka kalian, hai Bani Marwan! Lalu dengan apa kalian nanti makan di neraka?" kata Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberi pelajaran berharga pada mereka. Semua yang hadir menangis mendengar ungkapan sederhana Umar bin Abdul Aziz itu.

Barangkali di dunia kita masih bisa memilih-milih apa yang kita suka untuk memuaskan nafsu perut kita. Semua ada, namun sayangnya perut ini terlalu lemah untuk qana'ah, kecuali jika memang dididik oleh pemiliknya. Urusan perut merupakan salah satu sumber bencana besar di dunia.

Seseorang nekat mencuri untuk urusan perut. Seorang pejabat rela mendhalimi rakyatnya dengan melakukan korupsi dan sejenisnya gara-gara ingin memuaskan urusan perutnya. Dua orang bersaudara harus saling baku hantam disebabkan mereka memperebutkan urusan perut yang kadang tak seberapa jumlah nominalnya.

Karena itulah Khalifah Umar bin Abdul Aziz ingin mendidik perut-perut bangsawan yang terbiasa menikmati kemewahan. Sesekali mereka harus diajak untuk merasakan apa yang tak biasa mereka rasakan. Suatu saat mereka harus merasakan derita lapar agar tak mudah mengambil dengan paksa harta yang dimiliki oleh rakyat miskin. Mereka juga harus dididik merasakan santapan sederhana, agar tak mudah memaksa rakyat kecil dengan pungutan-pungutan haram. Agar mereka tahu, rakyat kecil itu untuk makan saja susah, apalagi jika mereka dibebani beban-beban yang mendhalimi mereka. Agar hati-hati  yang mati karena kemewahan itu kembali hidup dan memiliki respect yang tajam akan apa yang terjadi pada rakyat dan apa yang diinginkan mereka selama ini.

Seorang pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang bisa mendengar suara hati rakyatnya lalu memperjuangkannya. Dan dalam kisah di atas telah membuktikan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz lebih merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat daripada saudara-saudaranya dari keluarga Bani Marwan. Setidaknya keluarga Bani Marwan menyadari kenapa kebijakan-kebijakannya selama ini terbaca berat sebelah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz lebih memberatkan urusan rakyatnya daripada perut keluarganya.

Sumber: http://www.cahayasiroh.com/index.php?option=com_content&view=article&id=163:mendidik-perut-para-pejabat&catid=66:inspirasi&Itemid=234

Merayakan Berdirinya Negara Yahudi

Oleh Ihsan Tandjung

Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم mengatakan bahwa hari Kiamat tidak bakal datang sehingga kaum muslimin ramai-ramai menyadari bahwa kaum Yahudi merupakan pihak yang mesti diperangi. Dan peperangan tersebut, ketika berlangsung, akan menyebabkan bebatuan dan pepohonan pun menunjukkan keberpihakannya kepada pasukan Islam. Mereka memberitahu adanya tentara Yahudi yang bersembunyi di balik batu dan pohon kepada pasukan Islam. Subhanallah... Pada hari itu Allah سبحانه و تعالى izinkan batu dan pohon dapat berkomunikasi dengan hamba-hamba Allah سبحانه و تعالى kaum muslimin.

Nabi saw bersabda, “Tidak akan terjadi Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali Ghorqod sebab ia sungguh termasuk di antara pohon kaum Yahudi.” (HR. Muslim No. 5203)

Hadits di atas memberikan beberapa pelajaran penting bagi setiap hamba Allah yang mengaku dirinya muslim:

Pertama, Nabi Muhammad صلى الله عليه Ùˆ سلم menegaskan bawa hubungan antara kaum muslimin dan kaum Yahudi merupakan suatu hubungan yang bakal berujung kepada munculnya sebuah Konfrontasi Fisik alias Perang. Mustahil diharapkan timbulnya perdamaian antara kedua belah pihak yang memang secara mendasar berbeda satu sama lain. Kaum Muslimin merupakan sekumpulan hamba-hamba Allah yang (pada umumnya) tunduk patuh berserah-diri kepada Allah سبحانه Ùˆ تعالى . Sedangkan kaum Yahudi merupakan sekumpulan manusia yang (pada umumnya) bersikap menentang bahkan senantiasa menantang Allah سبحانه Ùˆ تعالى. Sehingga Nabi Muhammad صلى الله عليه Ùˆ سلم diberitahu Allah سبحانه Ùˆ تعالى bahwa sampai hari Kiamat tidak mungkin bisa muncul kondisi damai antara kedua belah pihak ini. Adalah suatu pengingkaran akan sunnatullah bila seseorang mengharapkan munculnya perdamaian antara kedua kelompok manusia ini. Keduanya sedemikian bertolak-belakang satu sama lain sehingga ujung akhir di antara keduanya —sebelum datangnya hari Kiamat— ialah terjadinya perang.

Kedua, sedemikian marahnya Allah سبحانه و تعالى kepada bangsa Yahudi sehingga Allah سبحانه و تعالى menggerakkan alam, dalam hal ini batu dan pohon, untuk berpihak kepada pasukan Islam memerangi kaum Yahudi. Sebab pada hari terjadi perang tersebut justeru pasukan Yahudi menjadi para prajurit pembela fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah Ad-Dajjal. Sungguh, ketika Ad-Dajjal keluar untuk menyebarkan fitnah dan kekacauan di muka bumi, maka ia akan memimpin 70.000 pasukan Yahudi.

“Dajjal akan keluar dari kampung Yahudiyyah kota Ashbahan bersama 70.000 orang Yahudi yang mengenakan topi.” (HR. Ahmad No. 12865)

Ad-Dajjal merupakan representasi thoghut (penguasa batil yang melampaui batas) di Akhir Zaman menjelang tibanya Hari Kiamat. Ia merupakan Fir’aun modern di penghujung berakhirnya perjalanan dunia. Ketika ia hadir ia akan mengaku dirinya merupakan Rabb semesta alam. Persis sebagaimana Fir’aun dahulu kala.

"Pergilah kamu (wahai Musa as) kepada Firaun, sesungguhnya dia telah thoghoo (melampaui batas).” (QS. An-Nazi’at [79] : 17)

“Tetapi Firaun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata, "Akulah Rabbmu yang paling tinggi." (QS. An-Nazi’at [79] : 21-24)

Bayangkan, sosok seperti inilah yang dijadikan pemimpin oleh kaum Yahudi. Maka sudah sepantasnya Allah سبحانه و تعالى murka sehingga menggerakkan alam agar turut bergabung dengan pihak pasukan Islam melawan pasukan Yahudi pendukung Ad-Dajjal. Bagi Allah سبحانه و تعالى hal itu bukanlah perkara yang sulit. Allah سبحانه و تعالى Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Pantas bila Ahmad Thomson di dalam bukunya berjudul “Sistem Dajjal” mengatakan bahwa sebelum keluarnya Dajjal, maka kaum Yahudi menjadi master-mind pembentukan Novus Ordo Seclorum (the New World Order alias Tatanan Dunia Baru) yang tidak lain merupakan Sistem Dajjal untuk menyambut kehadiran sang pemimpin bermata satu, yakni Ad-Dajjal. Kaum Yahudi menjadi The Unseen Force (kekuatan yang tidak tampak) menyetir berbagai pihak yang berpengaruh di tengah masyarakat (para pemimpin, selebritis, pengusaha, pemuka agama) untuk mengikuti kemauan mereka yaitu turut mewujudkan sistem yang compatible dengan Dajjalic Values (nilai-nilai Dajjal) yang sudah barang tentu bertentangan dengan nilai-nilai Rabbani dan Nabawi. Kekuatan di belakang layar ini sering disebut dengan the Jewish Lobby. Ia bisa mengambil bentuk organisasi Secret Societies (perkumpulan rahasia) seperti gerakan Freemasonry, Illuminati, Kabbalah, Knight Templars dan lain sebagainya.

Ketiga, Allah سبحانه Ùˆ تعالى bakal mengizinkan batu dan pohon berbicara memberitahu pasukan Islam keberadaan pasukan Yahudi yang bersembunyi di balik batu dan pohon tersebut. Lalu uniknya, batu dan pohon akan memanggil pasukan Islam dengan sebutan yang paling baik dan sesuai dengan sebutan Allah mengenai mereka di dalam Al-Qur’an. Mereka akan memanggil pasukan Islam, “Hai Muslim, hai hamba Allah..!” Mereka bakal dipanggil dengan identitas yang paling mulia, yaitu sebagai hamba Allah yang berserah diri kepada Allah, yakni Muslim. Sebagaimana Allah سبحانه Ùˆ تعالى perintahkan di dalam Kitab SuciNya:

Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah, bahwa kami adalah muslimun (orang-orang yang berserah diri kepada Allah)." (QS. Ali-Imran [3] : 64)

Jadi perang melawan Yahudi sehingga batu dan pohonpun berpihak kepada pasukan Islam, hanya terjadi ketika pasukan Islam sudah tidak lagi mengedapankan identitas selain sebagai Muslimin. Jika mereka masih lebih mengutamakan identitas selain itu mustahil mereka akan dapat memerangi pasukan Yahudi sehingga Allah gerakkan alam berpihak kepada mereka. Oleh karenanya Nabi Muhammad صلى الله عليه Ùˆ سلم tidak mengatakan bahwa batu dan pohon bakal memanggil, “Hai pasukan Palestina, hai pasukan Mesir, hai pasukan Jordan, hai pasukan Indonesia, hai pasukan Malaysia dan sejenisnya...” Tetapi seluruhnya sudah meninggalkan dan menanggalkan berbagai atribut selain yang menjadikan mereka mulia di mata Allah, yaitu sebagai hamba-hamba Allah yang patuh dan berserah-diri kepadaNya. Jika mereka masih saja bekutat membanggakan diri dan kelompoknya berdasarkan bendera suku atau bangsa atau partai atau organisasi atau apapun, maka mustahil Allah akan menyatukan mereka sehingga ditakuti oleh pasukan Yahudi. Sedangkan kaum Yahudi saja —dalam kebatilannya— rela menyingkirkan berbagai atribut asal-usul aneka kebangsaan dan warna kulit mereka untuk hanya mengibarkan bendera Yahudi, masak kemudian kita —di jalan Allah— tidak yakin dengan bendera Islam:

“Tiada ilah selain Allah Muhammad adalah utusan Allah.”

Keempat, Nabi Muhammad صلى الله عليه Ùˆ سلم mengecualikan pohon Ghorqod. Inilah satu-satunya pohon yang tidak akan memberitahu pasukan Islam soal keberadaan pasukan Yahudi. Karena pohon ini kata Nabi صلى الله عليه Ùˆ سلم merupakan pohon milik kaum Yahudi. Ironisnya, dewasa ini pemerintah Zionis Israel justeru sedang menggalakan mega-proyek penghijauan negara Israel dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya. Dan salah satu pohon yang dianjurkan untuk ditanam ialah pohon Ghorqod...! Artinya, mereka (kaum Yahudi) tampaknya jauh lebih faham hadits Nabi صلى الله عليه Ùˆ سلم tersebut daripada sebagian besar ummat Islam sendiri yang bahkan barangkali baru pertama kali mendengar hadits ini. Mereka sudah ke tingkat bersiap-siap menghadapi hari konfrontasi dua pasukan tersebut sehingga menanam pohon Ghorqod agar tahu kemana harus berlindung, sedangkan ummat Islam ada yang bahkan tidak tahu adanya hadits ini. Sehingga kebodohannya menyebabkan dia tidak terbayang akan adanya perang antara pasukan Islam melawan pasukan Yahudi. Malah menyebabkan dirinya turut meneriakkan pentingnya mewujudkan perdamaian antara kaum muslimin dengan bangsa Yahudi. Bahkan lebih jauh lagi, dia menunjukkan simpatinya kepada bangsa Israel dan negara Yahudi yang mereka dirikan secara zalim dan ilegal di tanah suci para Nabi dan Rasul, tanah tempat mi’raj-nya Nabi Muhammad صلى الله عليه Ùˆ سلم . Sehingga kitapun terkejut mendengar kabar bahwa di ibukota negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini ada sebagian penduduknya yang berrencana ingin turut serta merayakan hari ulang tahun ke-63 berdirinya negara Yahudi zionis Israel. Wa na’udzu billaahi min dzaalika. Semoga Allah سبحانه Ùˆ تعالى tidak izinkan niat buruk itu terwujud. Amin ya rabbal ‘aalamiin.

Sumber: http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/merayakan-berdirinya-negara-yahudi.htm

Info ganja Aceh dari Portal Aceh sebagian justru menyesatkan..

www.acehinstitute.org

Tanaman ini awalnya hanya berfungsi sebagai penyedap masakan untuk gulai kambing, dodol Aceh, mie Aceh, kopi Aceh dan sebagainya untuk menambah cita rasa makanan. Kelihaian orang Aceh meracik masakan dengan penyedap dari ganja (daun, biji dan batang) membuat kuliner Aceh pernah identik dengan tanaman terlarang ini.

Menurut sejarah, tanaman ganja masuk ke wilayah Aceh sejak abad ke-19 dari India. Ketika itu, Belanda membuka perkebunan kopi di Dataran Tinggi Gayo dan menggunakan ganja sebagai obat alami untuk menghindari serangan hama pohon kopi. Sejak itu, tanaman Cannabis tumbuh dan menyebar diberbagai wilayah di Aceh.

link


http://devel.acehpedia.org

Hampir disetiap jengkal belantara Aceh dihiasi tanaman ganja.

Di Aceh, ganja juga sudah menjadi bagian dari hidup. Masyarakat setempat, khususnya masyarakat yang menanami ganja, dengan keterbatasan teknologi dan sejuta keterpurukan lainnya, mengolah ganja secara tradisional. Dengan pengetahuan yang ada, masyarakat daerah meramunya menjadi bahan konsumsi sehari-hari.

Hampir tak ada orang Aceh yang tak pernah mencicipinya, ada yang menikmatinya melalui rokok, bumbu dapur, dodol, campuran kopi, hingga diolah ke berbagai jenis makanan lainya, selebihnya dijual ke luar Aceh.

link


http://aneukagamaceh.blogspot.com/

Pada mulanya daun dan biji ganja ini dipergunakan untuk bumbu penyedap rasa bumbu masakan seperti kari kambing,rendang,mie Aceh dan sebagainya,juga dalam minmuan seperti kopi, biasanya warung-warung yang terkenal enak kopi (walaupun sebenarnya kopi Aceh sudah terkenal enaknya tapi akan lebih nikmat kalau dicampur dengan sedikit ganja...awas loh jangan kebanyakan...mabuk tanggung sendiri ) serta ada yang sedikit nakal mencampurnya kedalam makanan seperti dodol dan sebagainya dan yang lebih nakal lagi biasanya ada anak muda ( termasuk saya waktu masih SMA...he..he...) menikmatinya dengan rokok...(kalau rokok filter masih mendingan ...bayangkan kalau rokok kretek kayak dji sam soe...oooh melayang dach..awas jangan di ikuti ya soal ini dilarang oleh agama dan pemerintah )dan yang lebih parah lagi ada penduduk serta oknum ( tahu ach sapa oknumny,soalnya di Aceh banyak oknum...he..he..)yang menjadikan tanaman surga ini sebagai lahar pengraup rupiah atau lebih kerennya ladang bisnis. ( sebagian banyak yang ke tangkapa...yang pasti banyak juga yang lewat ke kota-kota tujuan karena servis nya lancar.....capeck dach )...


Di Aceh, sebagai pusat ganja sekarang, bakong ijo ini juga menjadi bagian dari hidup, tapi bukan untuk menggoda Tuhan. Masyarakat setempat, dengan keterbatasan teknologi dan sejuta keterpurukan lainnya, mengolah ganja secara tradisional. Dengan pengetahuan yang ada, masyarakat daerah ini meramunya menjadi bahan konsumsi sehari-hari.

Hampir tak ada orang Aceh yang tak pernah mencicipinya, ada yang menikmatinya via rokok ternikmat, bumbu dapur, dodol, campuran kopi, hingga diolah ke berbagai jenis makanan lainya, selebihnya dijual ke luar Aceh. Apalagi jika ada kenduri, wah, ini yang lebih dahsyat. Bagi tamu yang belum terbiasa bisa kacau, tapi kalau di Aceh umumnya sih sudah biasa. Selain memiliki keunggulan seperti ramah lingkungan, di Aceh, ganja juga digunakan sebagai tanaman pengusir hama di ladang atau kebun.

link


http://aceh.tribunnews.com

Soal ganja, kelak menjadi sumber pemasukan penting bagi Aceh. Perangkat Radio Perjuangan Rimba Raya ternyata dibeli dari hasil penjualan ganja dan sumbangan rakyat Aceh. Radio yang digagasi pemimpin Aceh Tgk Daud Beureueh itu mengudara persis satu hari setelah agresi militer II Belanda pada 20 Desember 1948. Sehari sebelumnya, 19 Desember 1948, Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta "padam" dari udara karena dibom Belanda. Sebahagian dana pembelian pesawat Dakota, Seulawah sumbangan rakyat Aceh, 1949, yang menjadi modal utama berdirinya Garuda Indonesia Airways berasal dari penjualan ganja. Masuk akal, ganja yang di Aceh dikenal sebagai bumbu masak-sebagaimana halnya ketumbar-masa itu memang belum menjadi "barang haram."

link


========================

semua berita kesannya hanya meneruskan info2 yang telah terlanjur menyebar, tanpa berusaha mencari titik terangnya...dan hanya menimbulkan kesan yang sangat negatif buat Aceh..terlebih portal-portal Aceh punya tanggung jawab untuk membenahi citra Aceh kembali.

Sebagaimana dulu Belanda berhasil memecah belah dan melemahkan pertahanan masyarakat Aceh dengan mengutus ulama palsu,,, Ganja juga pasti sebagai media buat mereka untuk melemahkan masyarakat Aceh disamping kepentingan ekonomi yang besar buat mereka.


sebagai perbandingan silahkan baca artikel ini (klik link ) :


AWAS! Dajjal Menyerang Rumah Anda!

Hidup di era kelam penuh fitnah ini sungguh tidak mudah. Dajjalnya sendiri belum kelihatan, namun jeratan sistemnya tetap tak dapat dianggap enteng. Setiap saat mesti waspada, setiap aspek kehidupan harus kita periksa ulang satu kali, dua kali bahkan berkali-kali untuk memastikan keamanannya dari jeratan sistem Dajjal.

Bapak, Ibu. Pernahkan Anda berpikir bahwa kedatangan Dajjal sudah sedemikian dekat? Mungkin anda sudah berkali-kali mendengarkan ceramah yang memperingatkan fitnah Dajjal. Disebutkan dalam sebuah nash hadits, ”....pagi hari seseorang masih beriman dan sore hari kafir.” Begitulah ancaman nyata saat ini.

Jika memikirkan dengan seksama apa maksud hadits tersebut, kita layak khawatir bahwa fitnah yang datang menyerang merupakan fitnah yang besar, atau fitnah yang sangat berbahaya.

Riddah, atau murtad/surut atau mundur atau berpaling dari kebenaran, bukan ancaman kecil atau ringan. Riddah akan memutuskan hubungan kita dengan segala kenikmatan yang dijanjikan Allah bagi orang-orang beriman di Negeri Abadi.

Darimana sajakah virus “Riddah” atau sering disebut dengan virus “MTS” (Murtad Tanpa Sadar) ? Jika Nabi SAW memperingatkan ummatnya dengan sedemikian keras akan bahaya ini, apakah itu berarti bahaya ini begitu tersebar sehingga orang beriman mudah sekali terkena bahaya ini? Jika begitu tersebar, tentunya kita harus mengenali dari mana saja sumber-sumber bahaya tersebut!

Kami ingin mengajak anda melihat ke dalam rumah Anda sendiri, ke ruang keluarga Anda. Ke tempat anda biasa bersantai bersama keluarga menikmati hiburan televisi maupun video. Lihatkah ke kotak penyimpanan keping-keping film tersebut, adakah film-film di bawah ini merupakan koleksi tontonan anak-anak Anda:

  • Lion King (kartun animasi), semua seri
  • Chronicles of the Narnia (plus bukunya)
  • Lord of the Rings (plus bukunya)
  • Harry Potter (semua seri yang ada, plus bukunya)
  • Mickey Mouse serial Play House dan lain-lain
  • Toy Story
  • Ratatouille
  • Pocahontas
  • Aladdin
  • Brother Bear
  • Monster Inc

Ah, banyak sekali, tak mungkin disebutkan semua.

Dapat dikatakan semua film produksi negeri Barat, baik untuk anak maupun remaja maupun dewasa, patut dicurigai mengandung unsur-unsur pemurtadan. Sekali lagi kami katakan: Hampir-hampir kami tak dapat mengingat mana film produksi (khususnya) negeri Barat yang tidak mengandung unsur-unsur pemurtadan atau minimal pelecehan terhadap nilai-nilai yang benar.

Sekarang mari kita coba lihat apa yang ada di film-film tadi. Harap diketahui bahwa apa yang kami tulis di sini hanyalah sekelumit dari segunung contoh yang dapat Anda lihat dan cari sendiri di Internet.

1. Mengajarkan Berbagai Bentuk Kemusyrikan, misal Dengan Memperkenalkan Ritual-Ritual Para Penyembah Berhala.

Film-film kartun yang seolah ”innocence” (suci/tidak bersalah) semacam serial kartun-kartun Walt Disney sering menyisipkan hal semacam ini. Padahal cukup banyak film-film tersebut ditujukan untuk anak usia pra-sekolah atau bahkan balita. Film Brother Bear yang diangkat ke layar lebar jelas-jelas mengajarkan reinkarnasi dan penyembahan terhadap roh. Sedangkan kartun dengan tokoh Miki Tikus dan Donal Bebek yang sudah dipasarkan sejak puluhan tahun yang lalu, secara samar sering memasukkan unsur-unsur ini. Bahkan konon Walt Disney adalah anggota gereja setan, dan bahwa taman hiburan Disneyland merupakan tempat mereka merekrut anggota-anggota muda dan tempat mereka melakukan ritual. Silahkan cari di internet, klik namanya dan Anda akan mendapatkan banyak informasi dan bantahan-bantahannya sekaligus. Silahkan mengambil kesimpulan sendiri.

2. Menjungkir-Balik-kan Banyak Nilai-Nilai, misalnya Dengan Berusaha Menanamkan Ide ”Perdamaian Dunia” Yang Semu.

Konsep “perdamaian dunia” yang mereka usung adalah dunia yang serba “di-sama rata-kan”, misalnya dalam balutan program “anti kekerasan” sampai-sampai ikan hiu (Bruce dalam Finding Nemo) mempunyi slogan “fish are friends, not food”. Atau Simba dalam Lion King dalam pelariannya ke hutan diajarkan makan daun-daunan dan ulat sebagai ganti daging. Bukankah sahabatnya di hutan adalah Pumba si babi hutan dan Timon si meerkat? Berbagai penjungkir-balikkan nilai merupakan jembatan untuk pemurtadan itu sendiri. Konsep “perdamian dunia” merupakan konsep topeng mereka yang sebenarnya ingin menguasai dunia. Cerminannya dapat kita lihat di dunia politik global di mana mereka memerangi bangsa-bangsa bahkan menyerang negeri-negeri dengan berbagai alasan “mulia” seperti: menghentikan kediktatoran, mencari senjata pemusnah massal, memerangi teroris dan lain-lain. Namun yang tampak oleh kita adalah pembantaian rakyat dan kampung-kampung yang tak berdaya.

3. Menyisipkan Pornografi dan Pornoaksi, bahkan Dengan Cara Yang Sangat Tak Kentara.

Pornografi yang diperkenalkan kepada anak usia mumayyiz (7-10 th-an), akan berefek buruk dalam diri anak. Pembahasan ini dapat diperjelas dari pembahasan seorang Psikolog, ibu Elly Risman, dalam berbagai seminar parenting-nya tentang bahaya pornografi bagi anak. Perkenalan terhadap masalah sex, jika tidak langsung dibarengi dengan penanaman nilai benar salahnya, akan memberikan jejak berdampak buruk di otak anak. Dalam film-film kartun ternyata sudah sering ditemukan gambar porno yang cukup vulgar namun sekelebat atau hanya satu picture (namun jika film tersebut di freeze akan tampak jelas). Meskipun sekilas, gambar tersebut tetap masuk ke otak dan tersimpan di sana.

Selain dalam bentuk gambar, pornografi dan porno aksi juga dimasukkan dalam alur cerita yng tersamar. Misalnya memasukkan sosok dewa/peri simbol sex ”Pan”. Ya, namanya P-A-N, mengingatkan kita tentang nama panggung seorang musisi lokal yang disidang karena penyebaran video porno berbau “orgy”. Ini dapat dilihat dalam serial Narnia, ketika Tumnus (sosok Pan yang disamarkan) mengajak tokoh gadis kecil ke gubuknya. Pan adalah simbol pedofili yang sudah dikenal luas dalam dunia para penyihir modern dan diambil dari mitos-mitos lama dalam ritual pemujaan setan.

Pornografi dan pornoaksi merupakan jalan paling efisien untuk memalingkan manusia dari dzikrullah, bahkan ketika sudah ter-obesesi, maka jiwa yang terbelenggu nafsu akan semakin menyimpang dari jalan Allah. Dan sebagaimana yang dapat kita simpulkan dari ulasan di bagian ini, ternyata hisbusysyaithan bahkan akan membawa manusia kepada penyembahan terhadap setan itu sendiri.

4. Menyisipkan Nilai Homosexualitas, Baik Simbolis Maupun Terang-Terangan.

Masalah Homosexualitas alias liwath sebenarnya masuk dalam urusan nafsu sex, namun karena penyimpangan ini sangat dimurkai Allah dan kini bahkan semakin didukung oleh kelompok-kelompok pendukung hisbusysyaithan, maka kita perlu memberi perhatian yang cukup tentang ini. Film Teletubbies yang diluncurkan BBC beberapa tahun yang lalu disinyalir sarat kampanye kaum liwath. Tokoh-tokoh seperti alien yang diberi simbol-simbol tersembunyi lewat kostumnya, diluncurkan sebagai idola balita. Tokoh-tokoh ini juga memainkan peran transgender dalam tingkah lakunya. Selain itu serial ini juga mempromosikan kemusyrikan dengan sangat tersamar lewat kehadiran matahari bermuka bayi. Ini mengacu pada konsep modern tentang orang-orang yang memuja diri sendiri dengan menciptakan “the god that looks like me”.

5. Mempromosikan Aktivitas Mengkhayal Secara Sangat Berlebihan, Sehingga Tak Lagi Diketahui Batas-Batas Dengan Dunia Nyata, bahkan Sudah Meninggalkannya Sama Sekali.

Mengkhayal sebenarnya bagian dari aktifitas kekanak-kanakan yang dalam batas-batas tertentu memang dibutuhkan untuk perkembangannya. Mengkhayal dapat memvisualkan sesuatu yang belum pernah dijumpai seseorang. Namun jika dilakukan berlebihan, mengkhayal akan menyesatkan manusia dari dunia nyata tempat ia hidup. Dunia khayal juga dikhawatirkan dapat dimanipulasi oleh jin dan setan yang berkeliaran kadang di dalam diri manusia, sehingga seolah si manusia akan “diajak” ke dunia mereka. Padahal itu mustahil. Dimensi manusia dan jin berbeda, sehingga mustahil manusia dapat ikut ke dunia ghaib hanya oleh ajakan jin. Hanya Allah yang Mampu menguba-ubah dimensi makhluk-makhlukNya sehingga mampu berada di wilayah yang berbeda. Yang mampu dilakukan jin dan setan hanyalah memasukkan khayalan tentang dunia aneh yang mereka ciptakan dalam pikiran manusia (halusinasi).

Kembali ke masalah eksploitasi khayalan dalam film-film dan hiburan untuk anak. Dengan memanfaatkan dunia khayal, para musuh Islam dengan leluasa memasukkan segala unsur mitos dan khurafat yang pada hakekatnya tidak ada sama sekali. Kalau kita perhatikan, unsur-unsur yang dimasukkan bukan hanya yang bernuansa ceria sesuai peruntukkan anak, namun juga yang menyeramkan, bahkan yang sadis (dalam bentuk kartun). Sejak puluhan tahun yang lalu dunia khayalan ini sudah digunakan, misalnya film Alice in the wonderland, kemudian Wizard Oz dan lain-lain. Promosi dunia khayal yang di release akhir-akhir ini misalnya Narnia, Lord of the rings dan banyak-banyak lagi.

6. Mengajarkan Sihir Baik dalam Bentuk-Bentuk Aslinya Maupun Dalam Aktivitas Sehari-hari Dunia Kanak-Kanak.

Sihir adalah perbuatan jahat yang bahkan dapat mengeluarkan seseorang dari keimanan. Dengan potensi bahaya yang sebesar itu, sudah selayaknya dunia sihir dijauhi oleh orang beriman. Ketika anak-anak kita disuguhi tontonan yang membolehkan sihir, menganggapnya wajar, bahkan mempromosikannya, maka apakah kita akan heran ketika mereka tumbuh menjadi anak menyimpang, pembangkang terhadap Allah, gemar menggunakan kekuatan-kekuatan curang untuk mencapai tujuan dan tidak ragu-ragu mencelakakan orang lain? Ternyata dunia hiburan anak sarat dengan promosi sihir baik pada film-film untuk balita sampai remaja dan dewasa. Jenis filmnya juga beragam, film kartun, animasi, film biasa, serial televisi, games bahkan film iklan.

Seolah ada perintah serentak untuk mempromosikan aktifitas sihir secara sangat “massif”. Jika kita ke pasar-pasar, maka di antara mainanan anak-anak ada mainan tongkat sihir, topi nenek penyihir dan benda-benda yang mewakili dunia itu, meskipun hanya mainan. Proses pembiasaan terhadap dunia sihir merupakan jalan yang sempurna untuk mempersiapkan kedatangan Dajjal si tukang sihir.

Mungkin sebenarnya masih banyak hal yang perlu dibahas dalam kaitan bahaya-bahaya hiburan merusak ini. Namun yang terlebih penting di sini adalah bangkitnya kesadaran akan nyatanya bahaya yang sudah masuk ke dalam rumah-rumah kita. Sebagaimana hadits Nabi SAW berikut:

Rasulullah SAW bersabda, "Enam tanda-tanda kiamat: ...dan muncul fitnah yang serangannya masuk ke rumah setiap orang muslim..." (HR. Ahmad No. 20988)

Sumber: http://www.eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/awas-dajjal-menyerang-rumah-anda.htm

Mitos: Ganja asli dari Aceh : Benarkah ??

Rakyat Indonesia mempercayai, bahwa tumbuhan ganja adalah tumbuhan asli Aceh yang tumbuh liar di hutan-hutan. Rakyat Aceh memanfaatkannya sebagai bumbu masak, hal yang menyebabkan kuah kari Aceh menjadi sangat enak. Paling tidak demikianlah yang ditulis di beberapa media di Indonesia, terutama di tahun-tahun 1980an.

Sayangnya, hal di atas hanyalah mitos dan misinformasi dengan tujuan yang cukup busuk. Lebih sayang lagi, sebagian generasi muda di Aceh yang tidak tahu, menerima mentah-mentah misinformasi ini dan menganggapnya sebagai fakta, tanpa ada upaya pengecekan dengan teliti. Akhirnya tujuan busuk para pembuat propaganda tercapai. Di Indonesia, warga Aceh dicap sebagai pembawa atau penanam ganja. Seorang dosen di USU pernah mengusulkan pembuatan detektor ganja, untuk memeriksa setiap orang Aceh, setiap bus Aceh, yang pergi ke wilayah Sumatera Utara. Sering kali seorang Aceh pergi ke setiap daerah di Indonesia, pertanyaan pertama yang harus dijawabnya biasanya, "ada bawa ganja?" Misinformasi ini paling tidak berhasil menyelubungi gerombolan mafia ganja dari sorotan masyarakat.

Ganja, bukanlah tumbuhan asli Aceh. Sebagaimana tembakau Aceh atau tembakau Gayo, ganja adalah tumbuhan asing yang dibawa oleh Belanda ke Aceh. Belanda memiliki kepentingan yang besar terhadap kultivasi (pembudidayaan) ganja di Aceh, yaitu terutama untuk konsumsi tentaranya yang frustasi dengan perang Aceh yang berlarut larut sementara minuman keras cukup susah dibawa dari Medan. Asal ganja yang dibawa oleh Belanda ini adalah dari India. Tidak heran, karena saat itu Belanda juga memiliki kantor dagang di India. Spesialisasi ganja oleh Belanda ini tidak lepas dari persaingan bisnis dengan Inggris yang menguasai perdagangan candu di Asia Timur dan Asia Tenggara, dan awalnya Belanda sangat tergantung pada pasokan candu dari Inggris. Karena itu pada masa kolonial Belanda di Aceh, ladang ganja terletak tidak jauh-jauh dari tangsi-tangsi tentara Belanda.

Mitos bahwa ganja dipakai sebagai bumbu masak di Aceh adalah tidak benar sama sekali. Tumbuhan ganja adalah jenis tumbuhan perdu dengan tinggi batang antara 1 dan 2 meter dan daun yang besar. Sementara yang dijadikan bumbu masak tradisional Aceh adalah kas-kas, yaitu biji-bijian kecil yang berbau harum seperti ketumbar. Tumbuhan kas-kas ini adalah tumbuhan perdu musiman yang tingginya sekitar 20-30cm, dan ini sama sekali bukan tumbuhan ganja. Saat ini kas-kas sulit sekali atau sama sekali tidak dapat diperoleh karena memang tidak ada yang membudidayakannya. Untuk menggantikannya ahli-ahli memasak Aceh menggantinya dengan campuran ketumbar, jintan, pala dan cabe kering dengan takaran yang tertentu (dan ini rahasia si ahli masak). Sayangnya, mitos yang berkembang tetap saja menutupi fakta sebenarnya, sehingga ketika seorang chef mampu meramu kuah kari Aceh yang sedap, selalu akan dirumorkan, "dia pakai ganja".

Sebagian orang yang terkelabui dengan mitos bahwa ganja dipakai sebagai bumbu masak mencobanya. Hasilnya ternyata tidak enak sebagaimana yang diharapkan, dan eksperimen kecil ini mematahkan atau menegasikan semua mitos yang beredar.

Setelah Belanda keluar dari Aceh, siapakah yang meneruskan bisnis barang laknat ini? Siapa lagi kalau bukan pewaris Belanda, yaitu negara Indonesia. Rasanya sudah menjadi rahasia umum kalau bisnis narkotika di Indonesia dijalankan oleh TNI dan Polri terutama di masa Suharto, dengan tujuan untuk mendapatkan "uang segar nan melimpah" bagi berbagai gurita bisnisnya. Dan bukan rahasia lagi kalau di Aceh, lumbung-lumbung ganja dan gudang-gudangnya berada di markas-markas polisi atau TNI. Jika ada yang tidak mempercayai ini (terutama mereka yang merupakan golongan ultranasionalis di Indonesia), kita bisa bertanya ke mereka, berapa banyakkah orang-orang yang "tertangkap" atau "terjaring" kedapatan membawa beratus-ratus kilo ganja dari Aceh yang kasusnya sampai disidangkan? Dalam banyak kasus, para kurir ganja ini cuma diinapkan di tahanan sekitar seminggu, dan minggu depannya sudah menjadi kurir lagi. Penangkapan hanyalah kegiatan pura-pura, dan dilakukan hanya ketika si kurir dicurigai tidak jujur dalam membagi hasil penjualannya.



Ganja yang tumbuh liar di ..... Nepal!




Ladang ganja di Afghanistan yang sedang dikawal oleh tentara Amerika Serikat.




Ganja yang tumbuh di pinggir-pinggir jalan setapak di .... Yunnan, China.


http://jeumpamirah.livejournal.com/3244.html