Berani menghina Jahudi, Seorang Guru di pecat di Amerika

"menurut saya, para Jahudi yang menguasai bank-bank besar dan bank sentral Amerika Serikat, yang tidak di kuasai oleh pemerintah kita, mereka harus keluar dari negara ini"

Kata-kata yang di ucapkan oleh seorang guru bernama Patricia McAllister dalam salah satu wawancara dengan Reason TV dalam salah satu kegiatan yang bertajuk OCCUPY LA tangga 14 october 2011 Wawancara Itu kemudian di upload ke youtube oleh reason TV pada hari berikutnya.


Pada hari senin, 17 Oktober McAllister di minta datang ke markas LAUSD, dan bertemu dengan Ira Berman, seorang jahudi yang menjabat sebagai Director of Employee Relations di sana. Selanjutnya pada tanggal 18 oktober Ira memberitahukan McAllister bahwa ia di pecat tanpa alasan yang jelas. Ia juga diberitakan di pecat sebagai pengajar di Los Angeles Office of Education.

Ini adalah gambaran bagaimana para jahudi menekan warga AS yang berani melakukan kritik pada mereka dengan memanfaatkan kekuatan mereka pada kekuasaan, bank dan media AS.

Begitu ada yang menyudutkan israel, mereka akan langsung di tuduh sebagai rasis atau anti semit.


MELAWAN GENOVESE SYNDROME

MELAWAN GENOVESE SYNDROME

Oleh: Jum'an

Suatu malam ketika masih tinggal didesa, saya mendengar suara orang sedang berusaha membobol rumah saya yang hanya berdinding bambu. Saya memang tidak siap dan tidak tahu cara menghadapi pencuri kecuali berteriak minta tolong Sayapun berteriak sekeras-kerasnya berkali-kali dan saya dengar suara orang lari menabrak tiang jemuran. Anehnya tak seorangpun tetangga saya yang datang menolong meskipun jaraknya dekat dan pasti mendengar teriakan saya. Itu puluhan tahun yang lalu tetapi saya tetap ingat. Suatu malam, Kitty Genovese seorang karyawati di New York berteriak-teriak minta tolong karena dua kali ditusuk orang dengan pisau tapi tak seorangpun tetangga datang menolong. Penjahat itu lari tetapi beberapa menit kemudian kembali lagi, memperkosa dan menusuknya berkali-kali sampai mati. Kasus yang menimpa Kitty Genovese itu tidak hanya mendapat publikasi yang luas tapi kemudian menjadi bahan penelitian para psikolog yang seterusnya menyebut fenomena sosial seperti itu sebagai Sindrom Genovese atau Bystander Effect. Efek penonton atau sindrom Genovese adalah fenomena, kejadian dimana banyak orang tidak melakukan apa-apa sementara menyaksikan kejahatan berlangsung. Tidak jarang kita melihat hal demikian disekitar kita. Orang mengalami “buta yang disengaja” (motivated blindness) tidak mau melihat sesuatu yang tidak merupakan minat mereka.

Dalam sebuah penelitian, kepada sejumlah orang diperlihatkan gambar-gambar yang beberapa diantaranya berbau porno dan gerakan mata mereka diikuti melalui alat pemantau. Mereka yang merasa resah dengan pornografi tidak pernah membiarkan matanya menatap gambar itu. Pikirannya dengan cekatan meraba situasi dan entah bagaimana dengan buru-buru memasang filter untuk mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang meresahkan. Dari satu sisi, hal ini mungkin merupakan mekanisme defensif yang bermanfaat akan tetapi bakat mengalihkan perhatian itu juga merupakan pintu masuk kejahatan bagi kebanyakan orang. Karena bagaimanapun "buta yang disengaja" adalah tindakan membodohi diri yang memudahkan kita untuk mengabaikan informasi dan fakta yang tidak kita sukai. Para ahli yang mendalami etika perilaku melihat banyak peristiwa tidak etis yang terjadi karena orang secara tidak sadar membodohi diri mereka sendiri, bukan sejak awal sudah berniat jahat. Mereka mengabaikan pelanggaran - membelokkan aturan untuk membantu rekan, mengabaikan informasi yang merusak reputasi- disesuaikan dengan kepentingan sendiri. Ketika direksi perusahaan sibuk mengejar target penjualan atau tim sukses partai giat menggolkan calonnya, perlunya etika dalam tindakan yang penting hilang dari pikiran mereka.  Ini menyebabkan mereka terlibat atau memaafkan perilaku yang sebenarnya mereka kutuk jika mereka menyadarinya. Orang mudah sekali membodohi diri. Kita memperhatikan fakta-fakta yang kita sukai dan menyembunyikan yang sebaliknya. Kita blow-up kebaikan kita dan menyangka bahwa tindakan kita lebih bijak dari yang sebenarnya kita lakukan.

Ketika kita mengalami kebutaan dan tidak melihat bahwa suatu keputusan itu memiliki komponen etika, kita dapat bersikap tidak etis sambil mempertahankan citra diri yang positif. Penelitian oleh Max H. Bazerman, profesor bisnis di Harvard, dan Ann Tenbrunsel, profesor manajemen di Univ. Notre Dame membuktikan bahwa orang secara konsisten merasa bahwa ia lebih jujur, lebih etis dari yang sebenarnya.  "Ketika tiba saatnya untuk membuat keputusan, otak kita didominasi oleh pikiran bagaimana kita ingin berperilaku; pikiran bagaimana kita seharusnya berperilaku menghilang" kata mereka.

Sebenarnya Alqur’an telah mengingatkan bahwa kita memang mempunyai cacat seperti itu apapun namanya: bystander effect, sidrom Genovese, maupun buta sengaja. Surat Yusf ayat 53 menyebutkan: "...sesungguhnya nafsu manusia itu sangat mendorong melakukan kejahatan (certainly prone to evil), kecuali orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Alloh". Oleh karena itu bagian penting dari perjuangan hidup adalah untuk melawan nafsu. Nabi mengatakan bahwa perang melawan nafsu adalah jihad, bahkan suatu jihad yang besar. Kecenderungan kita yang mati-rasa dan lumpuh, tidak mau campur tangan meskipun bersama-sama menyaksikan kejahatan, dalam istilah kita tak ada yang memenuhi fardu kifayah. Contoh klasiknya: diantara kita harus ada yang bisa melakukan solat jenazah, kalau sampai tidak maka semua kita berdosa. Kita diingatkan bahwa ada kewajiban yang dituntut dari sebagian orang, yang kalau kita mengambil inisiatif itu, kita termasuk orang yang beruntung. "Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imran, 104). Berjihad melawan Genovese Syndrome? Why not?

 

Apa itu Penyembuhan Sufi ?

Seorang pria kaya dan terhormat mengadakan sebuah acara mewah diistananya yang megah, ia mengundang berbagai kalangan tuk menghadiri acaranya tersebut, termasuk seorang sufi yang sederhana hadir diistananya tersebut.

Setelah menyantap makan malam tiba tiba sang istri pria tersebut mendadak sakit,sang istri merasa pusing, dadanya sesak mukanya pucat tampak kecemasaan dan kepanikan datang menerpa sang istri pria kaya tersebut.
Dokter keluarga pria kaya tersebut akhirnya menangani sang istri dengan memberinya obat tetapi hanya berselang beberapa menit sang istri kambuh kembali bahkan lebih panik dan cemas dari semula.

Sang sufi menghampiri pria kaya tersebut yang duduk dipembaringan sang istri yang tergoleh lemah untuk meminta izin membantu sang istri.
Lalu sang pria kaya tersebut mengizinkan, dengan tulus dan iklash sang sufi pun menghampiri sang istri daan membacakan doa doa kesembuhan.

Hal ini membuat sang dokter kesal dan marah sambil mengerutu '' Zaman sekarang ini, kita memiliki berbagai macam obat obatan modern dan cara ilmiah lainnya tuk menyembuhkan orang.Omong kosong dengan cara cara tersebut orang sakit bisa sembuh'' gerutu sang dokter dengan raut muka kesal dan jengkel

Sang sufi menoleh kepada dokter yang mengerutu tersebut dan berkata '' Aku tidak tahu bagai mana seorang pria BODOH dan TOLOL semacam pria ini menjadi seorang dokter ?''
Sang dokter bertambah kalap dan emosi dan mulai berkata kasar kepada sang sufi.

Dengan nada lembut dan sopan sang sufi segera berkata '' wahai dokter saya meminta maaf kepada anda jika KATA KATA saya membuat anda menjadi marah, mata anda memerah, begitu pula raut wajah anda, pembuluh darah anda menjadi membesar sehingga jantung anda menjadi berdebar debar, laju andenalin anda meningkat sehingga anda tak dapat mengontrol kata kata yang keluar dari mulut anda. Semua ini disebabkan PERKATAAN saya kepada anda, kalau saja perkataan saya dapat membuat anda seperti itu JADI MUNGKIN SAJA PERKATAAN YANG DIAMBIL DARI KITAB SUCI DAPAT MENYEMBUHKAN PENYAKIT YANG DIDERITA MANUSIA.''

Banyak manusia memandang hanya apa yang ia cercap dari indaranya saja. Ia hanya melihat dengan matanya mendengar dengan telinganya dan merasakan lewat kulit dan lidahnya dan membaui lewat hidungnya.

Banyak manusia hanya menyangka hidup ini hanya materi saja yang dapat ia lihat dengar dan rasakan padahal kita memiliki dunia dalam yang jauh lebih luas dan besar.

Ada DUNIA LUAR dan DUNIA DALAM
Ada DUNIA KECIL dan DUUNIA BESAR
Ada LAHIR dan BATIN
Ada JASAD dan RUH
Kesemuanya satu kesatuaan yang tak bisa dipisahkan dari diri manusia.

Wahai teman, hatimu bagaikan cermin yang mengkilap
kau harus selalu membersihkannya dari semua debu yang menghinggapinya
sehingga kau dapat melihat rahasia yang tidak dapat kau lihat lewat matamu.

Maknun fajar susilo

STEVE JOBS ANAK HARAM ATAU KETURUNAN NABI?

STEVE JOBS ANAK HARAM ATAU KETURUNAN NABI?

Oleh: Jum'an

Tentulah bukan derajat saya untuk meremehkan seorang Steve Jobs, pendiri Aple Inc yang begitu besar jasanya. Dunia mengakuinya. Judul yang sinis ini hanyalah seperti kalau kita sedang melecehkan Presiden; tidak serius tapi ada benarnya. Steve meninggal bulan lalu karena kangker hati. Abdul Malik Mujahid, Ketua Dewan Parlemen Agama-Agama Dunia dan mantan Ketua Dewan Organisasi Islam Chicago Raya juga mengakui jasa-jasanya. Beliau yang juga pendiri Sound Vision yang mengembangkan software-software pendidikan Islam menulis: "Saya sedang duduk tafakkur diatas sajadah selepas solat subuh, ketika kulihat komputer Macintosh hasil karya Steve Job diatas meja. Saat itu (1990) hanya komputer Macintosh yang dapat untuk menulis huruf Arab, dan mempunyai hyperlink yang dapat menghubungkan text, gambar dan suara dan video tanpa hardware tambahan. Ide saya membuat membuat program belajar membaca Alqur'an datang seketika saat itu. Dengan bantuan beberapa kolega lahirlah program Al-Qari yang saya selesaikan dalam beberapa bulan. Program itu kemudian menjadi terkenal dan dibahas dalam majalah New York Times dan ABC News sebagai inovasi yang  ilmiah. Al-Qari tidak mungkin lahir saat itu kalau tidak karena jasa Steve Jobs. "Terima kasih Steve!" kata Mujahid dalam tulisan belasungkawanya.

Nama asli Steve Jobs adalah Abdul Lateef Jandali anak dari Abdul Fattah John Jandali seorang Muslim Syria yang menjadi dosen di Universitas Wisconsin AS dengan Joanne Schieble mahasiswinya -mereka hampir seusia- yang beragama Kristen dari keluarga petani yang kolot. Steve lahir sebelum mereka menikah. Meskipun tidak drestui oleh keluarga Joanne, mereka akhirnya menikah setelah Steve di adopsi oleh keluarga Paul dan Clara Jobs. Dua tahun kemudian lahirlah Mona Jandali yang kemudian bernama Mona Simpson karena setelah bercerai dengan Abdul Fattah, Joanne menikah dengan George Simpson. Mereka bercerai berai masing-masing dengan jalan hidupnya sendiri-sendiri. Abdul Fattah (kini 80 tahun) tinggal di Reno, Nevada sebagai pemilik hotel dan rumah judi disana. Ia penganut Islam abangan. Mona 53 tahun menjadi professor bahasa Inggris di UCLA dan novelist terkenal. Mendiang Steve yang sangat terkenal meninggal pada umur 55 tahun. Mona baru bertemu dengan Steve pada umur 25 tahun.  Kenangan pertemuan dengan abangnya itu ia sampaikan dalam acara pemakaman Steve: "Meskipun saya seorang feminist, seumur hidup saya mengidamkan seorang lelaki untuk saya cintai dan mencintai saya. Selama bertahun-tahun saya bayangkan orang itu pastilah ayah saya. Pada usia 25 saya temukan idaman itu. Dia adalah abangku". Steve memang sangat menyayangi Mona, hampir dua hari sekali ia menilpun adiknya itu meskipun mereka tinggal berjauhan. Sehari sebelum meninggal ia menilpun: “Mona cepatlah datang kemari. Maaf sekali saya terpaksa meninggalkan kamu. Saya katakan ini sekarang khawatir kita tidak sempat berjumpa". Saat-saat terakhir ia ditunggui oleh Mona, istri dan anak-anaknya serta Patty saudari angkatnya. Lama ditatapnya mereka satu persatu, lalu ia melihat kekejauhan. Kemudian ia mengucapkan: "Oh wow. Oh wow. Oh wow", lalu meninggal. Kalimat terakhir yang menimbulkan teka-teki itu seperti ungkapan perasaan heran melihat atau merasakan sesutu yang mengagumkan. Entahlah. Wallohu a’lam. Tapi dalam bayangan saya ia ingin berkata: Lho. Lho.. kok saya terpisah dari badan saya!”

Steve Jobs tidak kenal Islam, ia penganut Kristen awam, tetapi sangat terpengaruh dan banyak yang mengatakan ia penganut agama Budha. Yang jelas dia berdarah Arab. Mona sebelum berjumpa dengan Steve membayangkan bahwa abangnya pasti mirip dengan Omar Sharif aktor pemeran Lawrence of Arabia dan Doctor Zhivago yang tampan itu. Ternyata lebih tampan, kata Mona. Bassma Al Jandali, reporter senior pada surat kabar Gulf News di Dubai adalah sepupu Steve Jobs, yang tidak saling mengenal karena pamannya, Abdul Fattah tidak pernah pulang ke Syria. Dalam Gulfnews.com 7 Oktober Bassma Jandali menulis diantaranya: Abdul Fattah John Jandali termasuk keluarga Sunni yang terkenal di Homs, Syria. Keluarga tersebut adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad saw. Bagaimana seorang yang mengaku keturunan Nabi memelihara rumah judi, kumpul kebo dan melahirkan anak diluar nikah? Atau keturunan memang bukan jaminan.