ANAK SOLEH YANG TEWAS OVERDOSIS

ANAK SOLEH YANG TEWAS OVERDOSIS

Oleh: Jum'an

Banyak peristiwa ganjil melintas dalam kehidupan yang saya tidak pernah tuntas memahami sebab-musababnya. Ini contohnya. Belum lama ini saya menyaksikan seorang pelajar SMA anak tetangga yang begitu baik, hormat dan taat kepada orang tuanya yang juga alim tanpa disangka-sangka mati karena overdosis. Ada tetangga lain dan kenalan yang jeli melihat gelagat anak itu yang mengingatkan orang tuanya supaya berhati-hati tetapi mendapat jawaban yang emosional: "Tidak mungkin! Anak saya bukan jenis yang begituan!". Sesudah kejadian, apa mau dikata; sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tidak berguna. Saya hanya menontonnya sebagai tragedi lingkungan hidup saya yang semoga jangan sampai menimpa keluarga saya. Itu saja.

Mengapa kita bisa salah memahami watak dan kelakuan orang dekat kita? Pada umumnya kita membayangkan karakter atau watak sebagai rangkaian sifat-sifat yang menyeluruh dan konsisten. Atau jelasnya kalau kita mengenal seseorang dengan watak yang lembut berarti ia lembut dalam keluarga, lembut pada orang lain, lembut waktu susah dan lembut waktu senang, dari waktu kewaktu tetap lembut. Begitulah kita memahami watak orang: menyeluruh dan konsisten. Kalau seorang anak selalu mencium tangan ibunya, menuruti perintah dan permintannya dengan sungguh-sungguh, bukan hanya kadang-kadang saja, tidak salah kalau sang ibu memahami anaknya memang berwatak baik atau akhlaknya terpuji. Katakanlah anak soleh. Menyangka dan mengharap watak orang konsisten dan menyeluruh seperti itu menyebabkan kita sering merasa terheran-heran ketika menyaksikan ada anak soleh tahu-tahu mati overdosis, ada komandan tentara yang ternyata sangat penurut kepada perintah isterinya atau ulama panutan yang kejam tehadap anak-anaknya. Salah memahami watak orang dapat menimbulkan akibat yang fatal seperti orang tua yang kehilangan anaknya tadi. Bahkan seorang penjahat yang sudah benar-benar tobat jarang diberi tempat di masyarakat karena mereka yakin bahwa wataknya tetap jahat.

Kita cenderung menyimpulkan bahwa orang yang baik dalam keluarga, akan baik dalam masyarakat dan baik pula dalam lingkungan kerja. Orang yang amanah menyimpan rahasia akan amanah memegang janji dan amanah pula manjabat sebagai bendahara. Orang yang baik kepada kita tentu baik juga kepada orang lain. Itulah sebabnya mengapa isteri seorang koruptor dengan yakin mengatakan bahwa suaminya adalah seorang ayah teladan, jujur, bayak beramal dan peduli. Kebaikan pribadi kepadanya diyakini sebagai watak alamiah, yang utuh dan menyeluruh. Banyak orang tua terpukau oleh perilaku anaknya yang sopan santun dan hormat dan memahaminya sebagai bagian dari wataknya yang memang soleh. Padahal kenyataanya tidak demikian. Ada sifat-sifat yang saling bertentangan dalam watak seseorang. Kita tidak pernah tahu bagaimana perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda-beda. Kita juga tidak tahu sejauh mana dia bisa menyimpang dari karakternya yang kita kenal. Sebagai contoh, kita berpendapat bahwa kebanyakan orang adalah baik dan bahwa kebanyakan orang baik tidak mungkin menyakiti orang lain tanpa alasan. Tetapi tidak demikian kenyataannya. Hasil eksperimen psikolog Stanley Milgram yang pernah saya kutip dalam tuulisan yang saya beri judul "KITA RAJA TEGA" (disini) membuktikan bahwa orang awam dengan keseharian yang manusiawi bisa berubah menjadi monster yang menakutkan dan tanpa rasa berdosa.

Watak saleh yang utuh dan kosisten atau kebaikan yang tahan uji dan tahan provokasi adalah sebuah prestasi yang hanya dapat dicapai melalui usaha keras dan ujian yang berterusan; bukan sifat bawaan atau yang lahir secara instan. Kalau kita tidak pernah mendidik, menguji dan mengawasi, jangan katakan bahwa "Anak saya soleh" atau "Suami saya teladan". Tanpa terus menerus mengatasi ujian dan cobaan tidak mungkin kita mencapai kearifan yang awet. Sebaiknya kesalehan, kearifan ataupun kejujuran kita deklarasikan saja sebagai komitmen hidup, bukan sebagai karakter yang sudah kita miliki. Rawan sekali untuk mengharap sesorang jujur sepenuhnya atau jujur seterusnya, dimana saja dan kapan saja. Semoga anak anda soleh, suami anda teladan dan saya jujur. Amin.

Petinggi TNI Diduga Terlibat Aksi Geng Motor

Sabtu, 21 April 2012 00:00 WIB

SETELAH sekitar dua pekan publik hanya berspekulasi tentang dugaan keterlibatan anggota TNI dalam aksi kekerasan geng motor, Pangdam Jaya Mayjen Waris akhirnya mengakui keterlibatan empat anak buahnya.

Mereka ialah Serda Yogi Pramana, Serda Jaka Trima, Praka Mazuri, dan Pratu M Khotibul Imam. Keempatnya anggota Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) VI Tanjung Priok. 

Lebih mengejutkan lagi, Pangdam Jaya menyebutkan adanya indikasi campur tangan pejabat TNI pada peristiwa yang menelan korban jiwa dalam aksi kekerasan geng motor di Jakarta itu.

Kepada wartawan seusai acara silaturahim TNI-Polri di Jakarta Kamis (19/4) malam, Waris mengaku hal itu sudah dilaporkan kepada Presiden Yudhoyono di kediaman pribadi di Puri Cikeas beberapa hari lalu.

"Saya bilang kepada Presiden, mohon maaf saya belum mampu memenuhi keinginan senior saya yang ekstrem," tutur Waris. Presiden merespons dengan bertanya, "Senior yang mana?" 

Waris lalu menyebutkan nama orang yang dimaksudnya. "Saya jawab lantang si A, atasan yang memimpin aksi geng motor." Namun, Waris enggan menyebutkan nama jelas si A itu.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengatakan pihaknya sudah mendapatkan informasi tersebut. Bahkan petinggi TNI yang ekstrem itu sudah diproses oleh Polisi Militer untuk segera diambil tindakan.

"Informasi dari Pangdam sudah didalami Polisi Militer," tutur Marciano. Marciano mengatakan akan ada sanksi tegas jika terbukti secara hukum petinggi TNI mendukung aksi geng motor pita kuning itu.

Kekerasan geng motor bermula pada Sabtu (31/3) dengan tewasnya Kelasi Arifin Sirih. Sejak itu geng motor berpita kuning menganiaya sejumlah orang di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat hingga menelan korban jiwa.

Pada kesempatan terpisah Kapendam Jaya Kolonel Infanteri Adrian Ponto mengatakan keempat anggota TNI itu telah dipanggil komandan masing-masing dan diperiksa di POM TNI pada Rabu (18/4).(Edn/Mad/Nat/*/X-4)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/21/314433/265/114/Petinggi-TNI-Diduga-Terlibat-Aksi-Geng-Motor-

Dari Istri Simpanan hingga Komunisme

oleh Budi Ashari *

Potret Generasi Masa Depan Indonesia!

Kasihan…sambil mengurut dada. Itu yang bisa dilakukan oleh siapapun yang sadar akan pendidikan Islami. Kurikulum pendidikan negeri ini kacau balau. Terbayangkankah oleh kita bagaimana hasil anak didik yang kelak mengambil alih kemudi negeri ini.

Ramai di media tentang LKS kelas dua SD atau MI. Kata istri simpanan yang bukan saja tidak mendidik dan tidak penting sama sekali, serta banyak yang belum paham artinya itu muncul dalam kisah fiktif yang tidak banyak gunanya.

Saat media mencoba mengorek siapa yang bertanggung jawab, semua lari. Kepala pusat kurikulum dan buku kemendikbud Diah Hariyanti mengaku tidak tahu menahu perihal adanya lembar kerja siswa sekolah dasar yang memuat materi tentang ‘istri simpanan’. Ia menegaskan, hal itu merupakan tanggung jawab internal sekolah.
"Wah saya tidak tahu. Itu bukan tanggung jawab kami karena LKS diedarkan tanpa harus melewati seleksi Puskurbuk," jawabnya ringan (kompas.com)
Sementara Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti, Dinas Pendidikan DKI Jakarta harus bertanggungjawab dan dinilai lalai sehingga LKS dan buku teks yang memuat materi kontroversi bisa beredar dan dikonsumsi oleh para siswa SD.
Belum lagi hal itu reda, muncul kembali kurikulum tingkat SMA. Tentang kata komunisme yang telah terlarang di negeri ini. Yang diributkan di televisi —yang saya saksikan— tentu tidak menyentuh akar permasalahan. Ada yang lebih fundamental dan lebih penting untuk dibahas tentang kata komunisme ini.
Diperlihatkan tulisan di kurikulum itu, tentang landasan negara. Dan berikut ini landasan negara yang dijejalkan di otak anak-anak yang sebentar lagi menjadi pemimpin itu: 
Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme dan Pancasila. 
Ada yang janggal? Ya, jelas. Kemana Islam?

Hitunglah negara ini tidak suka disebut negara Islam, setahu saya masih ada negara yang menyebut landasannya adalah Islam. Seperti negara kaya dan besar, Saudi Arabia. Mengapa tidak dicantumkan? Big Question....

Ditambah lagi dengan pertanyaan dalam buku tersebut yang memerintahkan siswa untuk mencari kesamaan konsep antara Pancasila dengan salah satu dari ketiganya. Sangat tidak ada gunanya! 

Ada dua hal dalam informasi di atas:

  1. Kurikulum dengan kualitas rendah
  2. Kurikulum yang tidak perlu ada

Generasi kita sering mendapatkan kualitas kurikulum rendah. Sehingga bisa diduga isi kepala mereka. Coba lihat soal pilihan AGAMA tingkat MI atau SD berikut ini:

Siapa yang menurunkan hujan?

  1. Allah
  2. Malaikat
  3. Manusia

Apa jawaban Anda?

Soal ini menunjukkan si pembuat kurikulum agama harus belajar agama lagi. Allah memerintahkan malaikatnya untuk menurunkan hujan. Malaikat tidak bertindak kecuali atas perintah Allah. Jika disuruh memilih salah satunya, maka jawaban mana yang benar?

Saya teringat saat ada ujian TOAFEL (Bahasa Arab) di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Ada teman saya, anak Jambi kelahiran Mekah, besar di Mekah, sekolah hingga S1 di Mekah. Jadi, Bahasa Arab bukan saja bahasa hariannya, tetapi dia juga ahli bahasa Arab. Keluar ruangan ujian, dia berkata kepada saya: (تركت الأسئلة لصاحب الأسئلة / saya serahkan beberapa pertanyaan kepada pembuatnya). Sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa bukan bagaimana menjawabnya, tetapi soalnya yang salah.

Kualitas....oh....kualitas

Ada lagi pembahasan yang lebih mendasar. Yaitu, jumlah kurikulum yang membuat punggung anak-anak kita bengkok karena menggendong tasnya, ada pertanyaan yang harus dijawab: apakah semua kurikulum itu penting adanya?

Ibarat komputer, otak generasi kita yang dijejali dengan berbagai macam file sampah, maka akan kerjanya akan berjalan sangat lambat. Karenanya, Islam tidak saja melarang perbuatan dosa. Tetapi juga melarang kesia-siaan. Tidak sedikit ayat dan hadits yang menyampaikan hal itu.

Inilah salah satu ciri hamba Allah yang baik dalam Surat Al Furqon: 72,

"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya."

Ayat ini menggabungkan antara dosa dan perbuatan sia-sia. Keduanya harus dijauhi. Maka, pada kurikulum pun harus dihilangkan dua hal ini. Dosa dan sia-sia. Dengan demikian harus muncul pertanyaan: Apa manfaat dari kurikulum PLBJ, umpamanya. Untuk dunia dan akhirat generasi masa depan kita? Tidakkah untuk budaya, bisa hanya dengan program kunjungan berkala, tidak perlu mendesak-desak file otak anak-anak kita dengan jam yang dikhususkan?

Pertanyaan yang perlu dijawab. Dan pertanyaan yang perlu dibuat untuk kurikulum lain.

Di tengah, semua carut marut ini, harapan orangtua ditumpahkan ke sekolah-sekolah berlabel Islam.

Tapi, beberapa hari lalu saya kedatangan seorang guru agama senior di sebuah sekolah Islam yang besar. Panjang beliau menumpahkan keluh kesah.

Dengarkan salah satunya: Sekolah saya sekolah Islam, tetapi pelajaran Islam dipinggirkan. Kalau ada anak yang nilai matematikanya jelek, akan dibuatkan kelas-kelas pendalaman materi. Tetapi kalau ada anak yang nilai Bahasa Arabnya jelek, sekolah tidak peduli.

Padahal para orangtua itu mau menyekolahkan anak-anaknya di sekolah dengan label huruf “I” (Islam) dengan biaya yang tidak murah, dikarenakan ada huruf itu. Tetapi ternyata baru sekadar brand jualan belaka.

Tulisan ini tidak sedang menghakimi semuanya. Karena memang tidak menguasai semua data sekolah. Tetapi silakan dijadikan sebagai cermin untuk memandangi sekolah masing-masing.

Islam dan Efektifitas Kurikulum

Pendidikan Islam yang sejalan dengan ajaran Islam, mempunyai efektifitas dalam hal kurikulum. Sejarah Islam mengungkapkan hal itu.

Dalam biografi orang-orang besar dalam sejarah Islam; baik ulama, ilmuwan atau pemimpin. Sistim Islam telah menghadirkan mereka dengan karya-karya istimewa di berbagai bidang sejak usia awal. Sehingga begitu banyak karya yang dihasilkannya pada usia berapapun wafatnya.

Ibnu Khaldun selesai belajar ilmu di negaranya (karena konflik negara) di usia 17 tahun. Dan itu telah cukup untuk membekalinya menjadi pakar di berbagai bidang ilmu yang diakui seluruh dunia hingga masyarakat barat.

Ibnu Sina telah menjadi dokter kenamaan di istana kekhilafahan pada usia 17 tahun. Dan pada usia 18 tahun telah merambah ilmu baru yaitu menjadi seorang fisikawan.

Muhammad Al Fatih belajar dari kecil dan telah diuji coba untuk memimpin Kota Manisa pada usia 14 tahun. Dan pada usia 22 tahun, saat ayahnya meninggal, ia telah siap memimpin kesultanan besar; Turki Utsmani.

Shahabat Usamah bin Zaid sangat dikenal oleh muslimin karena telah menjadi panglima perang yang dikirim melawan pasukan Super Power pada usia 17 tahun dan pulang membawa kemenangan.

Mereka semua hanya contoh kecil bahwa sistim pendidikan Islam adalah sistim yang efektif dan mengirit umur untuk berkarya di masyarakatnya. Tidak membebani orangtua, tidak membebani masyarakat. Bukan sekolah dan kampus yang hanya menghasilkan wacana di otak. Tetapi pendidikan yang menghasilkan karya baik, bagi seluruh kehidupan di segala bidangnya.

Maka, mengapa kita tidak berani mengembalikan sistim pendidikan yang istimewa itu. Mengapa tidak percaya diri.

Harus ada yang bergerak memulai. Menggali kurikulum pendidikan Islam berbasis kebesaran masa lalu yang masih utuh tercatat.

Jangan terus berkutat memodifikasi kurikulum yang menyuguhkan istri simpanan dan komunisme.

Karena kalau tidak, hasil didikan generasi ini hanya berkutat mencari istri simpanan dan menjadi manusia tanpa Tuhan. Astaghfirullah....

Sumber: http://www.cahayasiroh.com/index.php?option=com_content&view=article&id=281%3Adari-istri-simpanan-hingga-komunisme&catid=39%3Akajian-tematik&Itemid=190

*Tentang Penulis. Budi Ashari, lelaki berkaca mata yang wajahnya hari-hari belakangan ini sering menghiasi acara "Khalifah" Trans 7 setiap jum'at jam 05.00 pagi adalah ayah dari 3 orang anak. Lahir di Tulungagung, 17 April 1975. "Cerdas" adalah kesan yang akan di dapat oleh setiap orang yang mendengar kajiannya. Wajarlah kalau ia menjadi salah satu lulusan terbaik dengan predikat cumlaude dari Fakultas Hadits dan Studi Islam di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Majalah Ghoib, Sinetron Astaghfirullah (SCTV) dan reality show "Kehebatan Ruqyah" (Lativi) adalah beberapa sentuhan produk yang di bidaninya. Salah satu pendiri yayasan Cahaya Siroh dan direktur Lembaga Kajian dan Study Ilmu Peradaban Islam Cahaya Siroh ini memiliki obsesi besar untuk menghadirkan berbagai kurikullum pendidikan yang dapat mengembalikan peradaban Islam. Bersama Muhamimin Iqbal yang merupakan praktisi bisnis sekaligus pemilik "geraidinar.com" membangun "Kutab" sebuah institusi pendidikan untuk anak-anak usia 5-12 tahun. Sebuah institusi yang terinspirasi dari sejarah pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. "Ketika hidup selalu terasa sial" dan "Inspirasi dari rumah cahaya", adalah dua buah buku yang di hasilkan dari kegemarannya menulis. Iapun menjadi salah satu inspirator, pendiri dan penulis rutin website cahayasiroh.com. Dengan motto hidup "Jangan pernah beristirahat sebelum sebelah kaki kita menginjak di surga", kita akan merasakan kiprahnya dalam menghadirkan berbagai informasi dan ulasan tentang kedahsyatan kehidupan generasi Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam membangun peradaban Islam di pentas dunia.

Hidayat: Jakarta Bebas Perda Syariah

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Calon Gubernur DKI Jakarta, yang tak lain mantan Presiden Partai Keadilan Sosial (PKS), Hidayat Nurwahid, berjanji, jika dirinya terpilih menjadi orang nomor satu Ibu Kota tidak akan menerapkan Peraturan Daerah (Perda), berbasis Syariah.

"Pertama Perda Syariah itu memang juga tidak ada. Anda boleh cek konteks kami di PKS, dalam anggaran rumah tangga, kita tidak mengusung terminologi syariah, yang kita usung Indonesia, yang sejahtera, dan itu semua yang menjadi common platform bangsa," ujar Hidayat, saat berkunjung ke kantor Tribunnews.com, Jakarta, Rabu (18/4/2012).

Meski begitu dalam kesempatan yang sama, Hidayat juga mengkritisi adanya fobia terhadap produk perundang-undangan berbau Syariah. Menurutnya, beberapa produk perundang-undangan yang ada, saat ini sudah mengadopsi beberapa hukum syariah, dan tidak menimbulkan diskriminasi di kehidupan berbangsa, dan bernegara.

"Walaupun yang harus dikritisi bahwa fobia Syariah, karena identik dengan Islam, seperti UU Perbankan Syariah, UU Haji, itu Syariah tapi tidak diskriminasi," terangnya.

Ia juga menyinggung adanya kekhawatiran beberapa golongan masyarakat Jakarta, terhadap dirinya yang berasal dari sebuah partai yang bernafaskan Islam. Kekhawatiran itu adalah akan adanya kebijakan diskriminatif yang dikeluarkan pihaknya jika nanti duduk menjadi Gubernur DKI, terhadap masyarakat non-Islam.

Menurutnya kekhawatiran itu tidak beralasan, walau ia mengaku berasal dari sebuah partai bernafaskan Islam, dirinya, bersama dengan partainya kerap kali bekerja sama dengan organisasi maupun tokoh-tokoh masyarakat yang berasal dari kalangan non-Islam.

Penulis: Samuel Febrianto  |  Editor: Rachmat Hidayat

Sumber: http://jakarta.tribunnews.com/2012/04/18/hidayat-jakarta-bebas-perda-syariah

Merebaknya Kebodohan Dan Kedustaan

Oleh: Ihsan Tandjung

Apabila kita memperhatikan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW mengenai berbagai fitnah yang bakal terjadi di akhir zaman, maka kita sungguh sangat khawatir, sebab isinya menggambarkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Tetapi apabila kita refleksikan hadits-hadits tersebut kepada situasi dan kondisi dunia modern di mana kita berada saat ini, maka kekhawatiran kita semakin menjadi-jadi. Mengapa? Karena tidak sedikit hadits tentang fitnah-fitnah di akhir zaman yang mendeskripsikan secara tepat situasi dan kondisi dunia modern dimana kita berada saat ini...!

Sebut saja misalnya hadits di bawah ini:

"Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan." (HR. Bukhari-Shahih)

Banyak orang barangkali tidak sependapat mengatakan bahwa hadits di atas menggambarkan kondisi dunia modern. Mereka malah memandang dunia modern saat ini sebagai dunia sarat kemajuan ilmu-pengetahuan dan teknologi. Padahal yang dimaksud oleh Rasulullah SAW ialah diangkatnya ilmu dienullah (agama Islam) bukan ilmu menyangkut urusan keduniaan. Dan makna kebodohan ialah keawaman masyarakat terhadap ilmu agama. Nabi SAW tidak mengatakan bahwa era fitnah di akhir zaman akan tampil dalam bentuk kemunduran ilmu-pengetahuan dan teknologi. Untuk itu kita mendapati hadits lainnya yang memperjelas hadits di atas:

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba-hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama. Hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan". (HR. Bukhari-Shahih)

Jelas hadits di atas mengarahkan perhatian kita kepada diangkatnya ilmu yang dikuasai oleh para ulama. Dan itu tentunya adalah ilmu agama. Sedemikian mengkhawatirkannya keawaman dan kebodohan masyarakat akan ilmu agama sebagai akibat diwafatkannya para ulama, sehingga Nabi SAW memprediksi akan munculnya orang-orang bodoh yang dijadikan tempat bertanya dan berfatwa. Dan ketika mereka berfatwa, maka mereka berfatwa tanpa ilmu agama. Akibatnya fatwa yang dihasilkan bersifat sesat dan menyesatkan ummat, demikian kata Rasulullah SAW...!

Dalam realita dunia modern, baru-baru ini kita dikejutkan oleh berita sepasang lelaki gay mengaku Muslim yang dinikahkan oleh seorang Imam masjid yang juga gay. Beritanya sebagai berikut:

"Ludovic Mohamed Zahed, seorang pria Prancis asal Aljazair, dan pasangannya Qiyam al-Din dari Afrika Selatan, dilaporkan telah menikah sesuai dengan 'Syari'at Islam' di hadapan seorang imam (gay) asal Mauritius bernama Jamal, yang merestui mereka pada (12/2/2012), seperti yang dilansir Albawbaba pada (2/4).

Sebelumnya, keduanya telah menikah di Afrika Selatan di bawah hukum pernikahan sesama jenis di negara tersebut, yang mengizinkan pernikahan gay karena Prancis tidak mengizinkan pernikahan sesama gay.” (Arrahmah.com, Senin, 9 April 2012 09:38:05)

Imam gay asal Mauritius ini merupakan contoh seorang bodoh yang mengeluarkan fatwa sesat dan menyesatkan. Ia telah merestui jalinan hubungan homosexual yang jelas-jelas dilarang di dalam dienullah. Bahkan rasulullah SAW memperingatkan dengan sangsi keras berupa hukuman bunuh bagi pelakunya.

Nabi SAW bersabda, "Siapa saja di antara kalian mendapati seseorang yang melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual), maka bunuhlah pelakunya beserta pasangannya." (HR. Abu Dawud-Shahih)

Demikian pula kita dibuat prihatin saat mendengar adanya salah satu Lembaga Tinggi negara di negeri ini yang mengeluarkan keputusan hukum membenarkan bahwa jika anak dari hasil di luar pernikahan (baca: hasil zina) dapat dibuktikan melalui teknologi modern bahwa ia secara genetis merupakan anak seorang lelaki tertentu, maka ia berhak dinisbatkan kepada nasab keturunan lelaki tersebut dan berhak menjadi ahli-warisnya. Astaghfirullah al-‘adzhiim...!

Sedemikian merebaknya kebodohan akan ilmu agama sampai-sampai orang-orang yang dianggap memiliki ilmu agama secara formal-akademis dengan mudahnya terjebak faham sekularisme. Sebuah faham yang memisahkan urusan agama dengan urusan kehidupan yang mencakup politik, sosial, ekonomi dan hukum. Mereka menyetujui faham yang bersumber dari kaum kafir tersebut. Mereka membenarkan bahwa urusan agama hanya berlaku pada private sector (ruang lingkup pribadi), sedangkan untuk public sector (ruang lingkup publik) dapat diatur dengan berbagai faham, ideologi dan ajaran selain Islam. Untuk urusan politik pakai paradigma demokrasi dan praktek machiavelli, ekonomi pakai kapitalisme dan praktek ribawi, hukum pakai man-made laws (hukum produk manusia) yang tidak kunjung dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat. Para doktor, master dan sarjana agama Islam tersebut seolah membenarkan opini yang mengatakan bahwa ajaran Islam tidak cukup lengkap dan sempurna untuk menata segenap sendi kehidupan. Ajaran Islam hanya lengkap dan sempurna untuk urusan ibadah ritual-formal seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Tidak untuk urusan selain itu.

Hadits lainnya yang juga sangat tepat menggambarkan kondisi dunia modern jahiliyah saat ini ialah sebagai berikut:

"Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang amanah dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara." Lalu beliau ditanya, "Apakah Ruwaibidlah itu?" beliau menjawab, "Orang-orang bodoh yang mengurusi perkara umum." (HR. Ibnu Majah-Shahih)

Dalam dunia jahiliyah modern kita menyaksikan bagaimana orang yang memiliki karakter jujur dan amanah justeru didustakan dan dikhianati. Sebaliknya pendusta dan pengkhianat malah dibenarkan dan diberi jabatan serta diangkat menjadi pemimpin masyarakat. Orang yang justeru dengan jujur dan lantang menyuarakan pentingnya tauhid dan penegakkan hukum Allah dipandang sebagai pengacau stabilitas nasional. Sedangkan para pendusta agama Allah dan pengusung faham kafir sekularisme dan pluralisme justeru dinilai sebagai seorang yang berwawasan luas, berpandangan jauh ke depan dan mengikuti perkembangan zaman. Fihak yang mentaati Allah dalam perkara mengingkari thaghut didustakan oleh masyarakat, sedangkan mereka yang ber-musyarokah (bekerjasama dan berpartisipasi) dengan thaghut malah dibenarkan. Padahal mengingkari thaghut merupakan salah satu rukun pokok aqidah tauhid:

"Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat." (QS. Al-Baqarah [2] : 256)

Sungguh berat hidup di zaman merebaknya kebodohan dan kedustaan akan dienullah. Inilah zaman jahiliyah modern dimana fitnah-fitnah meneylimuti dunia sehingga dunia menjadi laksana sepotong malam yang gelap-gulita.

"Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang lelaki dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di sore harinya. Di sore hari seorang lelaki dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia menjual diennya (agamanya) demi memperoleh kenikmatan dunia." (HR. Muslim-Shahih)

sumber: http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/merebaknya-kebodohan-dan-kedustaan.htm

ANDA MUNGKIN CUCU JENGIS KHAN

ANDA MUNGKIN CUCU JENGIS KHAN

Oleh: Jum'an

Jarak perselingkuhan zaman dulu hanyalah sejauh 20 km, yaitu jarak terjauh seorang pria dengan berkuda mengunjungi rumah kekasih simpanannya lalu bercanda secukupnya, makan dan tidur siang sambil menebar benih, lalu pulang tanpa tiba dirumah kesorean. Kini dengan adanya mobil dan pesawat terbang seorang pria dapat menebar benih bukan saja dari Jakarta ke Bandung, tetapi dari Arab ke Bogor dan dari Lagos di Nigeria ke Tanah Abang di Jakarta. Anak-anak mereka kelak mungkin akan menebar benihnya lebih jauh lagi. Selama 20 tahun perang Vietnam tentara Amerika dengan semangat bertempur menebar benih disana yang sekarang berkembang menjadi ras Amerasia. Banyak pula orang Indonesia yang menetap diluar negeri karena berbagai alasan. Tentu mereka telah berkembang biak disana. Didesa saya yang terpencil di Jawa Tengah sudah ada beberapa anak dari benih yang biasanya tumbuh di padang pasir yang dikandung oleh ibunya ketika menjadi pembantu disana. Begitu benih manusia bertebaran ke segala penjuru sejak dulu sampai hari kiyamat kelak.

Sebuah tim internasional ahli-ahli genetika telah melakukan penelitian selama 10 tahun tentang kromosom kaum pria yang tinggal di kawasan bekas kekaisaran Mongolia dulu yaitu dari China sampai ke Asia Tengah dan Eropah Timur. Mereka terkejut menemukan banyak sekali pria yang membawa 'kromosom Y' yang identik, yaitu kromosom yang diturunkan hanya dari ayah ke anak laki-laki saja. Kromosom Y ditemukan pada 16 juta pria (=0,5% jumlah pria sedunia) di Asia, dari Manchuria, dekat Laut Jepang, ke Uzbekistan dan Afghanistan di Asia Tengah. Artinya mereka berasal dari keturunan satu orang laki-laki. Artinya pula, satu dari 200 pria didunia ada kaitannya dengan laki-laki ini. Siapa gerangan pejantan yang begitu produktif menebar benihnya sehingga memiliki 16 juta keturunan laki-laki yang masih hidup sekarang? Baik tim ahli genetika itu maupun para sejarawan sepakat bahwa dialah Jengis Khan. Kaisar Mongol, panglima perang, penakluk yang bengis, biadab dan sangat menakutkan yang hidup di abad 13. Dalam waktu 20 tahun ia menguasai dan menaklukkan negara-negara China, Russia, Armenia, Iraq, Iran, Turki, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Pakistan, Afghanistan, Korea, Kuwait banyak negara lainnya. Dalam setiap penaklukan ia dan bala tentaranya membunuh dan menawan kaum pria, menjarah  harta dan membariskan tawanan wanita untuk bagi-bagi: yang cantik-cantik untuk Kaisar dan sisanya untuk komandan dan para prajuritnya. Puncak kesenangan hidup menurut Jengis Khan adalah mengejar musuh, mengalahkan, membunuh dan merampok harta mereka, menyaksikan tangisan orang yang mereka sayangi dan meniduri istri dan anak perempuan mereka. Jengis Khan hampir selalu meniduri istri dan anak perempuan pemimpin yang ditaklukkannya. Nafsu birahinya luar biasa dan entah berapa ribu wanita yang telah dihamilinya.

Kekejamannya lebih-lebih nauzubillah.  Setahun setelah ia dan bala tentaranya menyerbu Beijing pada 1214, tulang-tulang korban pembantaian  membetuk perbukitan, tanah disana berminyak karena lemak manusia. Dikota Merv, pusat kajian ilmu di Turkmenistan, Jengis Khan melakukan pembantaian massal secara manual yang terbesar dalam sejarah. Penduduk digiring keluar kota untuk disembelih dari pagi hingga malam selama 4 hari berturut-turut. Sejarawan Persia al-Juvayni menulis tentang penghancuran Merv: Tentara Mongol telah membunuh seluruh penduduk Merv termasuk wanita dan anak, tak ada seorangpun yang tersisa, kecuali 400 orang tukang dan pengrajin yang mereka butuhkan. Seorang prajurit bertugas mengeksekusi sampai 300 atau 400 orang penduduk.  Menurut para sejarawan korban mencapai satu juta orang lebih. Di Rusia, mereka menghancurkan tentara gabungan yang empat kali lebih besar. Para pemimpin yang masih hidup, termasuk Pangeran Romanovitch dari Kiev, menyerah dengan pengertian penumpahan darah akan dihentikan. Tapi tentara Mongol justru mengikat dan merebahkan mereka berjajar untuk landasan kayu-kayu berat dimana para komandan Mongol berpesta dan memilih wanita yang akan ditiduri, sedangkan Pangeran dan sekutunya mati terhimpit atau tercekik.

Begitulah Jengis Khan membunuh dan menebar benih diladang orang, begitu merangseknya sehingga merubah peta genetika dunia. Anak tertuanya Tushi, mempunyai 40 anak laki-laki resmi (belum terhitung yang jadah) dan Kubilai Khan, cucunya (pendiri dinasi Yuan di China), memiliki 22 anak laki-laki resmi dan menambah 30 perawan untuk haremnya setiap tahun. Mudah difahami bahwa keturunannya berkembang secara eksponensial.

Lalu jangan-jangan, saya atau anda termasuk salah satu dari 200 pria yang terkait dengan Jengis Khan. Tetapi seandainya ya, tidak apa-apa karena kita memang lahir bukan atas kehendak kita. Lagipula kita tidak harus menanggung dosa nenek moyang kita. Asal ingat…..… jangan menebar benih sembarangan.