Trade Not Aid

Baru-baru ini team dari Sahabat Al Aqsha (www.sahabatalaqsha.com) mendapatkan ijin memasuki Gaza dan tinggal sekitar satu bulan di sana. Seluruh perjalanan ini didokumentasikan dalam sebuah film dokumenter yang sebagian penggalan-penggalannya sudah bisa disaksikan di Hijrah.TV, film lengkapnya saat ini sedang tahap finalisasi. Ada pelajaran yang sangat berharga dari saudara-saudara kita yang bertahun-tahun diboikot, dibom, diintimidasi dan didzolimi Israel ini yang saya ingin share di situs ini. Pelajaran untuk menjaga izzah atau harga diri dari umat ini.

Dalam segala keterbatasannya, mereka yang di Gaza baik yang dewasa ataupun yang anak-anak dapat menjaga diri dari meminta-minta. Bahkan ketika sumbangan itu disampaikan ke mereka tanpa diminta, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa membalasnya.

Izzah ini yang nampaknya hilang dari kita yang hidup di negeri subur—ijo royo-royo nan damai ini. Sedikit saja kita kena musibah, segala bentuk permintaan sumbangan memenuhi jalan raya. Para pemudanya yang gagah-gagah —mengatas namakan mahasiswa— dengan berseragam kampusnya masing-masing (entah kampus mana), bergerombol di perempatan-perempatan jalan meminta sumbangan.

Bahkan untuk memperbaiki pagar masjid, menambal jalan yang berlubang, dan apa saja hal-hal kecil bisa menjadi alasan untuk berdirinya sekelompok orang di tengah jalan meminta sumbangan. Di mana izzah kita ? di mana harga diri umat di negeri ini ?

Belajar dari saudara kita di Gaza yang mereka enggan untuk dibantu (Aid) tetapi ingin diajak berdagang (Trade) ini muncullah gerakan Trade not Aid yang diprakarsai oleh berbagai kalangan yang peduli Palestina dari berbagai negara.

Karena tanpa mereka minta, kita tetap ingin bisa membantu saudara-saudara kita yang terdholimi tersebut —dengan cara yang lebih elegant, maka kita di sini juga akan mulai merintis penggalangan dana yang lebih kreatif— untuk kebutuhan apapun.

Salah satu yang sudah kita mulai lakukan dan Anda semua dapat terlibat adalah meng-initiasi perdagangan yang seluruh keuntungannya disumbangkan untuk saudara-saudara kita di Palestina dan khususnya Gaza. Anda dapat lihat sekarang di salah satu situs e-commerce yang sudah kami aktifkan di www.altijaara.com.

Produk-produk kerajinan yang ada di sini adalah karya ibu-ibu dan remaja putri di komplek perumahan di mana kami tinggal. Mereka ingin membantu saudara-saudara kita di Gaza—tetapi bukan dengan uang suami atau Bapak mereka, mereka ingin membantu dengan karyanya.

Seluruh keuntungan dari penjualan bros-bros cantik tersebut akan disumbangkan ke Palestina khususnya Gaza melalui Sahabat Al Aqsha yang memang sudah secara langsung merintis banyak hal di sana. Ada sekolah TK yang 100% pendanaannya dari kaum muslimin Indonesia untuk Gaza, ada sumur-sumur air yang amat sangat mereka butuhkan dlsb-dlsb.

Menyumbang dengan cara ini insyaallah juga akan mendatangkan manfaat lain, yaitu terbangunnya keterampilan untuk berkarya dan terbangunnya kemampuan untuk berdagang.

Ketika mereka —para ibu-ibu dan remaja putri— ini sudah pada mulai pinter berkarya dan berdagang, maka mereka-pun bisa aktif berdagang untuk produk-produk lain menggunakan teknologi e-commerce yang juga kami fasilitasi. Selain www.altijaara.com, juga sudah kami aktifkan www.grosay.com untuk memfasilitasi perdagangan grosir untuk berbagai produk dan juga www.e-bimbel.com untuk retail maupun grosir buku-buku sekolah.

Dampak yang ingin kita capai dengan seluruh initiative ini adalah terbangunnya keterampilan untuk berproduksi dan sekaligus keterampilan berdagang, sehingga kita terbebas dari budaya menengadahkan tangan dalam situasai apapun untuk tujuan apapun. Menengadahkan tangan hanya kepada Allah Yang Maha Kaya bukan kepada sesama manusia yang fakir.

Bagaimana Anda bisa terlibat dalam program ini ? Banyak sekali caranya. Dengan Anda membeli produk-produk yang ada di situs-situs tersebut baik retailnya maupun grosirnya, insyaallah Anda sudah terlibat dalam kegiatan Trade not Aid ini.

Lebih jauh Anda bisa berbuat yang sama, misalnya mengumpulkan ibu-ibu dan anak-anak putri di sekitar Anda. Kemudian diajari keterampilan dan hasil keuntungannya disumbangkan, bisa ke Gaza atau ke siapapun yang membutuhkannya. Bisa saja ke masjid sekitar Anda yang lagi merenovasi pagarnya misalnya—agar mereka tidak kehilangan izzah-nya dengan menengadahkan tangan di tengah jalan.

Untuk keterampilan seperti membuat bros tersebut di atas misalnya, ibu-ibu di komplek kami akan dengan senang hati mengajarkan ke siapa saja dari A sampai Z-nya. Mulai dari membuat bahannya sampai membuat kerajinannya yang indah-indah, semua bisa diajarkan.

Yang lebih jauh lagi bisa kita lakukan adalah membantu menjualkan karya kerajinan ataupun karya lain dari saudara-saudara kita di Palestina. Bersamaan dengan pemutaran perdana film dokumenter tentang Gaza tersebut diatas, insyaAllah kami akan lelang karya-karya indah dari para perajin di Gaza—hasilnya semuanya akan dikembalikan ke mereka.

Dengan mengenal produk-produk mereka, barangkali kita bisa membantu dengan cara yang mereka sendiri senang menerimanya—yaitu melalui perdagangan (trade) bukan bantuan (aid). Dengan mengenal produk-produk mereka melalui lelang yang akan datang, barangkali di antara Anda ada yang mempunyai ide untuk memasarkannya.

Bila Anda tertarik untuk program ini, silahkan menghubungi team kami di sales@grosay.com atau sales@altijaara.com atau bisa juga ke saya langsung Iqbal@geraidinar.com atau melalui kontak menu di situs ini. Semoga initiative perdagangan ini bisa bener-bener menjadi altijaaratan lantabur—perdagangan yang tidak pernah merugi. Amin.

Sumber: geraidinar.com

Work Smart & Work Hard

Waktu saya mulai bekerja 25 tahun lalu, pimpinan perusahaan tempat saya bekerja mengajarkan konsep work smart—kerja secara cerdas. Dia tidak suka kerja lembur dan tidak suka pula bila ada karyawannya yang kerja sampai larut. Menurut dia hanya ada dua kemungkinan ketika orang harus secara rutin bekerja sampai larut, yaitu dia tidak capable untuk menyelesaikan tugas-tugasnya atau beban kerjanya yang terlalu tinggi. Keduanya menunjukkan ada sesuatu yang bermasalah, yang pertama masalah di dirinya sendiri dan yang kedua adalah masalah kemampuan manajemen dari atasannya.

Dari perusahaan pertama tersebut saya pindah ke perusahaan asing dimana banyak sekali expatriate dari berbagai negara. Ternyata tidak seperti yang kita umumnya duga, tidak semua expatriate tersebut pinter. Budaya yang dikembangkan di perusahaan tesebut adalah work hard, mereka terbiasa bekerja sampai larut—dan bahkan pucuk pimpinannya yang workaholic bekerja di hari libur.

Waktu bekerja sebagai karyawan tentu mayoritas kita akan lebih suka di perusahaan yang model pertama. Tetapi ternyata ketika terjun berusaha sendiri, keduanya memang diperlukan. Apalagi di era teknologi informasi yang semuanya bergerak cepat, nampaknya kita memang perlu work smart dan work hard untuk minimal bisa survive.

Mengapa work smart saja tidak cukup ? Skenarionya kurang lebih begini, saya misalnya bisa mengatur seluruh pekerjaan saya sehingga terdelegasikan dengan rapi ke team-team pelaksana dan penanggng jawabnya masing-masing di lapangan. Satu-satunya pekerjaan saya yang belum bisa didelegasikan adalah menulis artikel seperti ini. Untuk setiap tulisan seperti ini diperlukan riset satu-dua jam dan menulisnya dalam satu jam, jadi dengan tiga jam pekerjaan saya semua roda usaha saya insya Allah berputar. Tetapi apakah ini cukup ? saya gunakan apa sisa waktu saya setiap hari ?

Realitanya saya bekerja dua kali lebih panjang dari kebanyakan pegawai dan bahkan bekerja di hari libur dlsb. Seperti yang tertulis dalam puisi “Karena Aku Seorang Pengusaha”. Apakah ini karena kita merasa tidak cukup sehingga pingin terus bekerja keras mencari harta ? tidak demikian. Lebih seringnya adalah karena kita melihat peluang-peluang untuk dieksplorasi, melihat masalah-masalah untuk diatasi dan melihat ide-ide untuk ditindak lanjuti.

Mengapa work hard saja juga tidak cukup ? Saya ambilkan contohnya adalah apa yang dilakukan oleh para petani di sentra produksi pangan nasional Indonesia yang lagi jadi objek pengamaatan dan peluang pengembangan kita akhir-akhir ini. Para petani tersebut banyak yang bekerja dari habis subuh sampai menjelang magrib, bahkan tidak jarang dari mereka yang malam-malam—pun ke sawah. Tetapi apa yang mereka hasilkan ? hasil panenan mereka turun tinggal separuhnya dibandingkan dengan puncak kejayaan mereka tahun 80-an.

Jadi meskipun awalnya berbeda, akhirnya menjadi sama. Saya yang ingin menerapkan konsep work smart yang diajarkan bos pertama saya dahulu, ternyata harus work hard juga. Sebaliknya para petani yang sudah terbiasa work hard, kini nampaknya mereka harus mulai dijari untuk bisa work smart juga.

Akhir pekan ini bersama dengan sekitar 20-an pentolan para petani, kami akan mulai exercise menambahkan unsur work smart pada kebiasaan work hard mereka. Kita akan mulai ajak mereka berfikir, mengapa hasil panenan tahun-tahun ini tinggal separuh ketimbang tiga dasawarsa lalu. Apa penyebabnya, apa solusinya, apa yang bisa dilakukan dlsb.

Banyak wisdom di dunia pertanian yang orang-orang dahulu melakukan—yang kini tidak dilakukan lagi, bisa jadi ini salah satu penyebabnya. Pupuk-pupuk, insektisida dan pestisida yang dicurahkan ke lahan-lahan pertanian kita dalam tiga dasawarsa terakhir—bisa jadi ini pula penyebabnya. Pendek kata para petani yang kini banyak sudah turun ke generasi kedua yang terdidik, kita rangsang untuk berfikir dan mencoba.

Dahulu waktu belajar pertanian kita mengenal tiga bersaudara misalnya, yaitu jagung, waluh dan kacang panjang. Jagung ditanam dahulu sampai ketika dia mencapai ketinggian sejengkal, diikuti kacang panjang dan waluh di sekitarnya.

Jagung yang tumbuh lebih dahulu menjadi rambatan bagi kacang panjang yang tumbuh berikutnya, kacang panjang menghasilkan nitrogen yang dibutuhkan oleh jagung dan waluh. Waluh menutupi tanah dan menjadi mulsa alami, mencegah penguapan air tanah, mencegah tumbuhnya gulma dan menjaga suhu tanah.

Jagung bila berdiri sendiri kurang cocok untuk makanan pokok (seperti dahulu kita biasa makan sego/nasi jagung) karena dia kurang dalam hal amino acids lysine dan trypthophan yang dibutuhkan tubuh manusia untuk menghasilkan protein dan niacin. Tetapi kekurangan ini dapat dipenuhi dengan mudah oleh biji-biji kacang panjang, sehingga bila keduanya digabung bisa menjadi makanan yang seimbang.

Integrasi sejumlah tanaman yang saling menunjang atau bahkan juga dengan ternak, unggas, ikan dlsb. Kini seharusnya lebih memungkinkan dilakukan karena sumber informasi yang nyaris tanpa batas. Bahkan kini simulasi-simulasi dengan computer bisa memberikan kombinasi yang paling optimal untuk daerah tertentu dengan iklim tertentu dan sumber alam tertentu.

Bukan hanya dalam hal pertanian kita perlu menginjeksi work smart kedalam work hard dan sebaliknya work hard ke dalam work smart. Di era informasi intensif seperti sekarang, ilmu mudah diperoleh oleh siapapun—tetapi skills untuk bisa menerapkannya yang akan membedakan yang survive dengan yang tidak—dan ini menuntut work hard di lapangan.

Sebaliknya juga demikian, di negeri yang penduduknya sudah mendekati ¼ milyar ini, work hard saja hanya akan menjadikan kita buruh di negeri sendiri. Work smart-lah yang akan membuat kita memahami masalah, mengatasinya dan menangkap peluang yang hadir bersamanya. Fa inna ma’al ‘usri yusra, inna ma’al ‘usri yusra. Insya Allah.

sumber: geraidinar.com

BIAR ALLAH SAJA YANG MEMBALASNYA?

BIAR ALLAH SAJA YANG MEMBALASNYA?

Oleh: Jum'an

Sebagai umat Islam saya yakin akan ke-mahakuasa-an Allah dan Dia melihat perbuatan kita sehari-hari. Dan Dia menghendaki kita untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, amar ma'ruf nahi mungkar. Dalam kehidupan sehar-hari bila merasa dizalimi oleh orang lain, kita sering berkata "Biar saja! Nanti kan Allah yang akan membalasnya" sebagai pertanda iman kita kepada Nya. Kadang-kadang kita menghukum anak-anak atas kesalahan mereka; juga sebagai bukti iman serta amar ma'ruf dan nahi mungkar kita. Tetapi benarkah itu merupakan manifestasi iman? Ataukah kata-kata "biar nanti Allah yang akan membalasnya" merupakan dalih atas ke tidakmampuan kita untuk meluruskan kesalahan orang lain? Dan menghukum anak kita lakukan hanya karena mudah; sebab anak ada dibawah kekuasaan kita dan tidak akan berani melawan bila kita hukum. Dengan kata lain dalam keimanan, manusia masih mengincar peluang untuk mengelak. Urusan yang mudah, bolehlah kita yang melaksanakan tetapi urusan yang sulit kita tunggu biar Allah saja yang menyelesaikannya.

Mencegah dan menghukum orang yang bersalah tidaklah mudah dan murah tetapi memerlukan pengorbanan dan biaya. Bila seorang teman kita melecehkan teman kita yang lain, sebagai sahabat seharusnya kita menghentikan atau menjauhi si pengganggu tadi. Tetapi risikonya, persahabatan kita rusak atau ia balik melecehkan kita. Bila kita sebagai konsumen ingin menghukum produsen yang curang, kita harus membeli dari produsen lain, yang harus kita teliti lebih dulu dan serba merepotkan. Mengadili dan memenjarakan orang yang bersalah juga tidak murah. Apalagi bila dihitung untuk satu Negara. Jadi mengamalkan iman itu ber-risiko dan membutuhkan biaya. Kesanggupan untuk menanggung risiko dan memikul biaya akan membuktikan iman seseorang itu "berisi" atau sekedar kerangka saja.

Dalam situs harian Huffington Post baru-baru ini dimuat hasil penelitian Kristin Laurin dari Universitas Waterloo Kanada tentang seberapa jauh seseorang bersedia mengeluarkan uang tunai untuk suatu kesempatan menghukum orang yang bersalah. Penelitian menyimpulkan bahwa orang yang percaya adanya Tuhan yang maha kuasa dan maha melihat (singkatnya orang yang beriman, dalam kasus penelitian ini nasrani) ketika mereka diingatkan akan keyakinannya itu, mereka cenderung untuk tidak menghukum orang yang bersalah. Seolah-olah bahwa menghukum orang yang bersalah adalah tanggung jawab Tuhan yang maha kuasa, bukan tanggung jawab manusia.

Namun, para peneliti juga menemukan bahwa keyakinan agama pada umumnya membuat orang lebih menginginkan agar para pelanggar hukum diadili dan dihukum untuk melindungi masyarakat dari kejahatan dan penipuan. Tetapi kemudian kepercayaan terhadap Tuhan yang maha kuasa dan maha pengampun dianggap sebagai peluang untuk secara perorangan melepaskan tanggung jawab, dan memilih untuk tidak memikul biaya dan menaggung risiko.

Menghukum orang yang bersalah adalah hasrat manusiawi. Bahkan menurut penelitian, bayi yang berusia 8 bulan lebih suka melihat yang salah untuk dihukum.

Kisah Cinta Istri Para Syuhada'

"Akupun mengira, seandainya aku menikah dengan semua laki-laki yang ada di bumi ini, niscaya mereka akan terbunuh sebagai syuhada." (Atikah binti 'Amar)

Ketika cinta memanggilmu, maka datangilah ia meski jalan terjal berliku. Jika cinta memelukmu, maka dekaplah ia walau pedang-pedang terhunus siap menyambarmu. Sentuhlah cinta itu dengan tangan keabadian, karena cinta adalah satu-satunya rasa yang jika mendatangimu, maka engkau tak akan mampu membendung gelombangnya. Dan jika ia meninggalkanmu maka engkau tak pernah bisa memintanya untuk kembali.

Atikah binti 'Amr bin Nufail, seorang wanita terhormat, taat beragama, termasuk salah satu wanita tercantik di kalangan masyarakat Quraisy. Datang kepadanya seorang laki-laki yang sangat tampan, terhormat, dari keluarga yang taat beragama juga. Namanya Abdurrahman, putera Abu Bakar ash-Shiddiq. Merekapun akhirnya menikah.

Setelah mereka hidup bersama mengarungi biduk rumah tangga, Abu Bakar melihat bahwa puteranya terlalu larut dalam cinta istrinya. Abdurrahman sangat mencintai Atikah, begitu juga dengan Atikah. Melihat hal itu, Abu Bakar mengkhawatirkan anaknya. Ia takut jika cinta yang berlebihan itu merusak agamanya.

Suatu hari Abu Bakar menemui puteranya di kamar. "Wahai anakku, aku melihat sepertinya cintamu pada istrimu telah melemahkan logika berpikirmu, karena itu ceraikanlah istrimu!" kata Abu Bakar pada anaknya.

"Aku tak bisa melakukan itu, ayah!" jawab Abdurrahman sedih.

"Aku telah bersumpah atasmu untuk kamu ceraikan ia!" pinta Abu Bakar ash-Shiddiq.

Pemuda tampan itu bingung, di satu sisi hatinya sudah sangat mencintai istrinya dan sulit untuk berpisah dengannya, tapi di sisi lain ia tidak bisa membantah permintaan ayahnya. Abdurrahman memang sudah dikenal dengan anak yang sangat patuh pada orang tuanya, maka iapun memenuhi permintaan sang ayah untuk menceraikan istrinya.

Meski demikian, Abdurrahman tidak bisa mendustai hatinya yang sudah benar-benar cinta pada Atikah. Pasca perceraian, bayang-bayang Atikah tak mampu ia usir dari lamunannya. Ruang kosong di hatinya yang dulu diisi dengan cinta Atikah kini kembali kosong lagi. Kesedihan yang memuncak membuat putera sahabat dekat Rasulullah Saw itu meninggalkan makan dan minum. Lezatnya makanan dan segarnya minuman menjadi hambar untuk hati yang dirundung nestapa. Sampai-sampai ada orang yang berkata pada Abu Bakar: "Kamu telah menghancurkan anakmu!"

Suatu saat Abu Bakar melihat buah hatinya sedang berbaring di bawah terik matahari. Tatapan matanya kosong, pikirnya mengkhayal jauh, dan dari mulutnya keluar bait-bait syair yang menyuarakan jeritan jiwanya.

Demi Allah, aku tak akan melupakanmu, Atikah, selama mentari masih terbit...

Dan selama burung merpati itu masih mendekur...

Tak pernah kutemui orang bodoh sepertiku yang menceraikan wanita sepertinya...

Dan tak pernah kutemui wanita sepertinya yang dicerai tanpa dosa...

Akhlaknya terpuji, agamanya bagus...

Perangainya lurus dalam menjaga malu dan bertutur kata...

Tak kuasa Abu Bakar mendengar bait-bait syair anaknya. Hatinya luluh dan iapun segera menemui anaknya.

"Wahai anakku, rujuklah dengannya!" pinta ash-Shiddiq pada buah hatinya.

Abdurrahman pun rujuk dengan Atikah. Kini ruang kosong dalam hatinya kembali terisi dengan cinta wanita yang dicintainya. Bahtera rumah tangga merekapun kembali melaju siap untuk berlayar.

Pada tahun 8 H, setelah penaklukan kota Makkah, Rasulullah Saw keluar bersama pasukan Islam ke Thaif untuk memerangi orang-orang Hawazin dan Tsaqif yang melarikan diri saat perang Hunain ke sana. Abdurrahman ikut serta dalam pasukan itu. Ketika perang berkecamuk, dimana musuh bertahan di benteng yang kuat, sebuah anak panah mengenai tubuh Abdurrahman bin Abu Bakar ash-Shiddiq, sehingga ia gugur sebagai syuhada'.

Atikah sangat terpukul saat mendengar berita tentang syahidnya sang suami. Bait-bait syair yang keluar dari lisannya menggambarkan dengan jelas bagaimana perasaannya ketika itu.

Aku berjanji pada diriku untuk selamanya bersedih karena kehilanganmu...

Dan selamanya akan kubiarkan debu-debu menempel di kulitku...

Seumur hidup aku belum pernah mendapati seorang pemuda sepertinya...

Seorang pemuda yang pemberani, tangguh dan penyabar...

Jika perang telah dimulai maka ia akan menghajar musuh...

Dan tidak meninggalkan perang sampai tombaknya berlumuran darah...

Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, ia menikahi Atikah binti 'Amr. Walimah pun diadakan cukup meriah. Semua tamu menghadiri acara itu. Sejak saat itulah Atikah hidup menjalani biduk rumah tangganya yang baru bersama Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Hal itu berlangsung sampai akhirnya Umar bin Khattab meninggal sebagai syuhada' lantaran tikaman belati Abu Lu'luah al-Majusi. Kabar kematian suami keduanya itu kembali mengguncang jiwanya. Ia merasakan kesedihan yang mendalam.

Setelah itu, datanglah Zubair bin 'Awwam melamar Atikah. Keduanya pun akhirnya menikah. Zubair bin 'Awwam adalah seorang lelaki pencemburu. Sebagaimana biasanya, Atikah keluar ke masjid bersama wanita-wanita lainnya untuk melaksanakan shalat lima waktu. Sebenarnya Zubair keberatan jika Atikah keluar sekalipun ke masjid. Tapi dirinya tak mampu melarangnya lantaran Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian melarang para wanita yang hendak ke masjid!"

Sampai pada akhirnya suatu malam, Zubair bersembunyi di sebuah tempat yang biasa di lalui oleh Atikah di masjid. Tapi Atikah tidak mengetahui hal itu. Saat Atikah lewat, Zubair menepuk pantat Atikah dengan cepat lalu pergi. Atikah tidak tahu siapa yang telah melakukan hal itu padanya. Sejak saat itulah ia tidak mau ke luar ke masjid. Lalu Zubair bin 'Awwam bertanya kepadanya: "Kenapa kamu tidak keluar ke masjid, Atikah?"

"Dulu kami (wanita) keluar ke masjid ketika manusia masih memiliki jiwa kemanusiaannya, dan tidak ada penyakit dalam diri dan hati mereka. Adapun sekarang tidak begitu, karena itulah aku tidak keluar." jawab Atikah dengan mantap.

Memang benar, bukan laut jika airnya tak berombak. Bukanlah badai jika tidak mampu menggoyahkan pepohonan. Bukan cinta jika perasaan tak pernah terluka. Dan bukan kekasih namanya jika hatinya tak pernah merindu dan cemburu. Dan itulah yang dirasakan Zubair bin 'Awwam saat itu kepada istrinya, Atikah.

Bahtera rumah tangga yang dilaluinya bersama Zubair bin 'Awwam ternyata tidak berlangsung lama. Hingga pada suatu saat Zubair terbunuh di tangan 'Amr bin Jarmuz di lembah Siba'. 'Amr bin Jarmuz menikamnya saat ia sedang tidur di sana.

Tiga lelaki yang menikahinya semuanya mati terbunuh sebagai syuhada'. Mulai dari Abdurrahman bin Abu Bakar, Umar bin Khattab sampai Zubair bin 'Awwam. Semua terbunuh. Lalu datanglah Muhammad bin Abu Bakar menikahinya. Dia adalah lelaki keempat yang menikah dengannya. Namun sungguh sayang, Muhammad bin Abu Bakar terbunuh saat melarikan diri dari kejaran tentara Yazid bin Mu'awiyah dari Daulah Umawiyah ke Mesir. Di sana Muhammad bin Abu Bakar terbunuh.

Genap sudah empat lelaki yang telah menikah dengannya. Semuanya gugur di medan jihad sebagai syuhada'. Karena itulah Atikah mendapat julukan "Zaujusy Syuhada'" (istri para syuhada').

Baru pada saat itu lisannya mengucap beberapa patah kata: "Setelah ini aku tak akan menikah selamanya. Aku mengira, seandainya aku menikah dengan semua laki-laki yang ada di bumi ini, niscaya mereka akan terbunuh sebagai syuhada."

Sumber: cahayasiroh.com

Jerusalem (Israel) menjadi pusat gerakan kaum gay & lesbian.

Jerusalem Open House yang didirikan tahun 1997 kini menjadi tempat pusat gerakan kaum  lesbian, gay, bisexsual dan transgender (LGBT.) dan menjadi organisasi utama untuk pelayanan dan advokasi kaum LGBT di Timur tengah.

Berbagai kegiatan rutin diadakan disana untuk mendukung kegiatan LGBT baik di wilayah timur tengah maupun internasional :

Irshad manji juga tentu tidak mau ketinggalan kongkow disana :

https://www.irshadmanji.com/sites/default/files/art/jerusalem-open-house.jpg
(irshad manji dalam acara Jerusalem open house bersama sahabatnya yang diklaimnya kaum gay and lesbidari palestina)

Irshad manji: didalam bible gay dan tuhan itu cocok

Kini kita ketahui bahwa Gerakan irshad manji kini terus menerobos berbagai belahan bumi dan keyakinan akan paham kaum homoseksual yang diyakininya..

Terlepas bagaimana tanggapan agama lain terhadapnya...sebagai kaum muslim kita harus membentengi diri dari faham2 tersebut.

===================================
A speech that I gave several years ago about why I believe God and gays are compatible. In this speech, I take an ecumenical perspective, not just an Islamic one.

“Why Coming Out is My Duty to God”
Speech by Irshad Manji
University of Western Ontario
October 1999

Gays and God: So often we’re told that there’s no hope in hell for reconciling them. It’s easy to believe. After all, among the most common reasons that queers don’t come out is violence born of religious conviction.

But I’m here to suggest that God and gays are not just reconcilable. We’re downright compatible.

Now, I can’t claim to be an expert on the Torah, the Bible, or the Koran. I tried learning Arabic as a child and, for all kinds of reasons, never got there – which may have been God’s merciful way of shielding me from those who, in my adult years, would want me to indulge in semantic arguments with them. Even if I could do that, I wouldn’t. Because to me, there is ungodly arrogance in certainty. Instead, there is revelation in fluidity.

What do I mean by the arrogance of certainty? I mean, in a word, fundamentalism. Listen to this message I received last year from a viewer of my show, QueerTelevision:

I am writing to inform you that the one and only real God, the God of the Bible, make its painfully clear that all Sodomites (meaning “homosexuals” or like deviants by your warped terminology) have forsaken their humanity for their deranged, perverted, evil lusts. Thereby, they have become abominations, no longer human, and are to be executed immediately according to Leviticus and Deuteronomy, among countless other aspects of the Bible.

The subsequent fate of anyone who commits these sickening acts is an eternity in an unbearable Hell. Contrived propaganda by your repugnant ilk can never prevail over the perfect word of God. Even Jesus Himself directly decreed that anyone so reprobate as to abandon all moral grounding to gratify his own despicable, insane lusts will burn in Hell unquestionably, Luke 17:43.

There are several verses I could cite, all direct and indisputable, because all succinctly condemn Sodomites in whatever context one purports to place them.

A final word: ‘If a man so lieth with mankind as he lieth with a woman, both of them have committed an abomination; they shall surely be put to death and their blood shall be upon them.’ – God.”

Here’s how I responded:

Dear brother:

Thanks for taking the time to write such a detailed message. However, in your almost-thorough explanation of my disease-ridden immorality, you failed to mention what version of the Bible you’re quoting.

As everyone knows, there are several versions and some differ in wording. So, for instance, the final verse you cite has been expressed in other translations of the Bible as “if a man lieth with boys as with a woman…” – ie. a decree against pedophilia, not homosexuality. (Of course, to you these may be one and the same, but that’s another debate for another time.)

Similarly, in earlier (and thus less corrupted) translations of the Bible, sodomy referred to inhospitality towards neighbors, not to sexual deviancy. Ditto for German editions versus English ones.

We can disagree about the validity of one interpretation over the other, but the fact that alternate interpretations have been presented throughout Christendom is beyond dispute. See, for example, The Parallel Bible, which offers at least four differing translations for every verse in scripture.

If you have the definitive word of God, how do you explain these incongruities? And how do you know that YOURS is the most accurate interpretation?

You know what he wrote back? Nothing. I never heard from him again.

This tells me that fundamentalism is a false god. It’s based on the faulty premise that a literal reading is not an interpretation like all others, but that it is what it is: namely, the perfect word. Well, not only have Christians never been able to agree on what is the perfect word of God, but it’s not even clear that the Christian God wants perfection in his creatures.

Take the imperfection of Christ’s own life. Jesus was born to a poor, unmarried woman in an occupied territory. Today, arbiters of conservative morality would call him a bastard. A refugee criminal-to-be. Good with his hands but hardly leadership material. (And typical, isn’t it, that the son of a whore would hang around other hookers?)

By the same token, liberals should be reminded that Christ didn’t always live up to his compassionate billing. Consider his rocky relationship with his mother. In The Gospel According to Jesus, Stephen Mitchell observes that Mary of Nazareth is almost completely absent from Jesus’s life and words. The few times he does mention her, his words are chilly, even hostile. For example, after the exiled Jesus returns to Nazareth, he refuses to let his mother and brothers see him. When a woman in the crowd yells, “Blessed is the womb that bore you and the breasts that gave you suck,” Jesus reportedly bristles, then rejects her sentiment.

He goes on to dismiss two others who wish to say good-bye to their families before following him. Here’s what Jesus says to them in the Gospel of Thomas: “Whoever doesn’t hate his father and mother the way I do can’t become my disciple. And whoever doesn’t love his true Father” – God – “and true Mother” – the holy spirit – “as I do can’t become my disciple. For my mother gave me death, but my true Mother gave me life.”

Remember my statement that there’s revelation in fluidity? Revelation number one: Christ had issues.These imperfections give solace, even inspiration, to anybody who struggles with trying to love a community that often shuns them. That, of course, includes transsexuals, lesbians and gay men.

But there’s more to Christianity’s acceptance of imperfection than just the life of Jesus. Indeed, Jesus’s chosen scorn for his mother leads to a second revelation: that God created human beings with free moral will, expecting that as a result of our freedom we will sin, but preferring struggling creatures to sin-free automatons. That’s because God wants to see us mature into loving Him and each other.

Maturing into love, as opposed to starting with it, gives that love meaning, authenticity, integrity. To be embraced by robots is not necessarily to be loved, is it? Though I can’t be sure, I think that’s what God figures, too.

It’s the same principle of fluidity that operates in the coming out process: Strive for growth, not perfection, because perfection offers no room for improvement, no possibility for negotiation, no chance for creativity – and therefore no hope.

Unlike God, the need for growth is what fundamentalists deny. That’s also why I believe so many of them feel they must assert their influence – through cut-and-dried violence – rather than achieve it through love.

Which may spawn the question: But why wouldn’t a good God stop them from inflicting violence? I believe it’s for the same reason I just cited: that authentic and therefore enduring love can’t be imposed. Authentic love isn’t a destination; it’s a journey – like coming out.

(Which, by the way, means that the act of “outing” will never be a sincere strategy for loving gays and lesbians. Outing is not about celebrating love but about imposing an orthodoxy that calcifies the complexity of being queer into a tidy manifesto of Do’s and Don’t’s. In that way, outing mimics the religious fundamentalism that it brands as its enemy.)

Now for the good news: In both forms of gay-bashing – outing as well as inning (so to speak) – there is the possibility of redemption. In the best-selling book, Conversations with God, God is quoted as saying, “I do not demonstrate my love by not allowing you to demonstrate yours. And you cannot demonstrate love until you can demonstrate not loving.” Notice in that statement the hope for learning how to love.

If that strikes you as a lame excuse for God’s inaction in the face of, say, Matthew Shepard’s murder, remember: Shepard’s death resulted in new lives for many more. Because two people exercised their free will to do evil, thousands of others exercised their free will to come out.

Not perfect, but then there is no growth – and therefore no hope – in perfection.

All of which brings me to the faith into which I was born and with which I still identify: Islam. Its claim is perfection. As the third and last of the great monotheistic religions, Islam has supposedly improved upon its predecessors.

Devout Muslims will tell you that the Koran, having been revealed after the Torah and the Bible, reflects the culmination of humankind’s spiritual development and is consequently the infallible word of God.

They’ll add that Arabic, with its unique cadences and rhythms, can’t be translated into other languages. So, many Muslims will claim, the Koran has never lent itself to distorted interpretations like the Bible has.

And scholars will tell you that’s just the beginning of Islam’s perfection. The bigger deal is that what Moses introduced and Jesus embodied, Prophet Muhammad codified. In contrast to every other messenger of God, Muhammad systematized God’s rules into concrete and detailed prescriptions for your existence and mine. As such, there is no ambiguity. It’s all there. For that reason Islam is not just a religion; it’s a way of life.

As a result, most people are shocked to hear me argue that Allah and queerness are compatible. “No they’re not!” you’ll readily hear. “Islam is the straight path. The Koran is crystal-clear and unalterable. No reasoning by you, Irshad Manji, can change that!”

But if Islam is crystal-clear and unalterable, if Islam is the “straight path,” why is it practiced differently in even neighboring countries? If Islam is so powerful, why has it failed to penetrate the cultures of various places to establish a uniformity of custom and conduct? Why can my friend in Saudi Arabia call Islam the world’s most affirmative action religion – and back that up by citing fair inheritance laws and the opportunity to design her own hijab – while another friend sends me a postcard from Pakistan showing Muslim women clad from head to foot with barely a slit for seeing and breathing?

(The postcard ridiculously reads: “Greetings from Peshawar! Julie from the Love Boat, these gals ain’t…)

My point is that Islam is not as explicit – and therefore as perfect – as many Muslims would have us believe. Compared to other religions, it may be more easily prone to fundamentalism because it’s more prescription-oriented. But at the same time, Arabic is a richly symbolic language, so that each verse of the Koran lends itself to all kinds of meanings. Accuracy is as hard to come by in Arabic as in any English translation. That’s what the fundamentalists will never tell you.

Nor, given their focus on tribe, will the fundamentalists ever divulge Islam’s value on individuality. As a great Muslim philosopher has written, “This inexplicable finite centre of experience is the basic fact of the universe: All life is individual. God himself is an individual; He is the most unique individual.”

The philosopher goes on to suggest that we pay tribute to Allah’s creative powers by expressing our individuality --- that which makes us different from anyone or anything else. (Man, if that’s not an endorsement of coming out, I don’t know what is.)

And what this highlights is a crucial point made in the Koran that the fundamentalists will surely never address. The verses go like this:

If God had pleased, He would have made you all one people. But He hath done otherwise, that He might try you in that which He hath given unto you. Press forward in good works, unto God shall ye return. Unto you, your religion. And unto me, my religion.

Now, I recognize that Arabic can’t be accurately translated, so maybe I’m just picking the interpretation that best suits my biases. However, this comes from a 1950s translation – well before Western feminism’s rise.

What the passage shows is not just the virtue of tolerating difference, but that the diversity God created is deliberate! This is the aspect of the “God and gays” debate that never ceases to floor me: If we are the handiwork of a good and great God – an all-powerful, all-knowing, and all-loving God – then how can queers be an abomination (to get back to that email I received)?

If God did not want to make me, presumably He would have made someone else, yes? My opponent might say: But He did make someone else – straight people! Sure, I would say, and He made brown people, and female people, and people with disabilities and people with IQs over 120. Does that mean God never wanted white people and male people and able-bodied people and people with IQs under 120?

And the fact that He did make me – does that mean God never wanted straight people?

In the end, both the Judeo-Christian tradition and Islam affirm that we are creatures of the Almighty, so that knowledge of the self and knowledge of God are synonymous. Which means denial of the self keeps us separated from God (otherwise known as sin).

We have a duty to grow into our faith by constantly revealing ourselves to our maker. Coming out to our creator, then, is not just an option. At a certain point, coming out might be an obligation.

And who am I to deny my duty?

Dzatul 'Iqal; Mengejar Cinta ke Medan Syuhada'

Seorang wanita hebat. Punya semangat yang langka. Memiliki cinta yang ajaib. Suaminya adalah seorang sahabat Rasulullah yang meninggal dunia pada saat dikirim dalam perang Mu'tah. Tepatnya tahun delapan Hijriyah. Tidak jelas dengan pasti siapa nama wanita ini. Namun sejarah lebih akrab memanggilnya dengan julukan Dzatul 'Iqal.

Di awal kekhilafahan, Abu Bakar ash-Shiddiq mengirim pasukan yang telah dipilih oleh Rasulullah Saw sebelum meninggal dunia. Panglimanya masih sangat muda belia. Usamah bin Zaid namanya.

"Aku ingin melihat suamiku." kata Dzatul 'Iqal kepada Usamah bin Zaid sesaat sebelum pasukan diberangkatkan.

Panglima muda itu bertanya, "Di bagian mana suamimu berada?"

Dengan sangat bangga wanita itu menjawab, "Ia bersama para syuhada'. Meninggal pada waktu perang Mu'tah."

Raut wajah Usamah terlihat bingung. Ia terdiam sejenak lalu berkata, "Suamimu sudah berada dalam kasih sayang Allah dan surga-Nya. Bagaimana mungkin engkau memintaku sesuatu di luar kemampuanku?"

"Dengan segala kemurahan hatimu wahai panglima, terimalah aku dalam pasukanmu. Mudah-mudahan dengan begitu Allah mencatatku dalam daftar para syuhada', sehingga aku bisa berjumpa dengan suamiku di alam sana."

"Kembalilah kamu ke rumahmu. Semoga Allah memberkahi keberanian dan ketulusanmu. Kita sudah mempunyai tentara yang cukup." jawab Usamah dengan bijaksana.

Kemudian wanita itu memotong dua pintalan rambutnya yang panjang dan menyerahkannya kepada Usamah sambil berkata, "Ambillah dua pintalan rambutku ini. pakailah untuk tali kekang kudamu. Besok kamu akan melihat keberanianku di medan perang."

Dari sinilah sejarah menyebutnya dengan julukan Dzatul 'Iqal, sang pemilik ikatan rambut.

Keesokan harinya, datanglah seorang anak lelaki kecil menemui Usamah bin Zaid.

"Wahai panglima, bawalah aku untuk berjihad bersamamu di jalan Allah. Mudah-mudahan aku bisa bertemu ayahku bersama para syuhada'."

Senyuman manis terukir di bibir Usamah. Lalu ia menjawab, "Semoga Allah memberkahimu wahai anak kecil. Kembalilah kepada keluargamu. Kalau kamu sudah besar nanti ikutlah berperang bersama pasukan kami."

"Sungguh ibuku telah menghadiahkan diriku untuk Allah. Allah lah yang berhak menerima hadiah itu atau menolaknya."

Rona wajah Usamah dipenuhi dengan kekaguman. "Putera siapa kamu?"

"Aku adalah anak perempuan yang kemarin memberikan rambutnya kepadamu untuk kamu jadikan sebagai tali kekang kuda."

"Jadi kamu putera pemilik tali kekang itu?!" teriak Usamah.

"Ya, aku anaknya."

Usamah bin Zaid tak mampu memadamkan bara semangat anak kecil itu. Akhirnya ia mengizinkannya untuk ikut berperang bersama pasukannya.

Pasukan perang berangkat atas perintah dari Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Satu hari berlalu, hingga akhirnya pasukan sayap kanan dikejutkan dengan datangnya seorang tentara perang yang mengendarai kuda hitam sam bil membawa pedang membelah barisan mereka. Setelah mendekat, barulah mereka tahu ternyata ia adalah Dzatul 'Iqal.

Mendengar kedatangan Dzatul 'Iqal, Usamah bin Zaid pun menghampirinya. Ia memintanya agar nanti berada di belakang pasukan. Namun wanita yang sudah rindu kepada suaminya itu tidak mau. Ia hanya ingin berada di garda depan, agar bisa segera bertemu dengan sang suami. Tak ada jalan lagi bagi Usamah selain menuruti permintaan Dzatul 'Iqal.

Perang pun berkecamuk dengan sengit. Dzatul 'Iqal menunjukkan kehebatan dan keberaniannya kepada semua pasukan. Hal itupun memberikan semangat tersendiri kepada pasukan perang. Hingga merekapun bertakbir saat melihat kepahlawanan wanita itu.

Malam tiba. Perang ditunda dan baru dilanjutkan lagi hari berikutnya. Semua pasukan pun istirahat melepas lelah, agar esok hari tenaga mereka kembali pulih. Usamah bin Zaid keliling untuk mengontrol mereka. Hingga ketika melewati putera Dzatul 'Iqal, Usamah pun membangunkannya.

"Andaikata engkau membiarkanku tidur, karena sungguh aku telah bermimpi bertemu dengan ayahku menikmati hidangan surga bersama para syuhada'." kata anak itu saat melihat Usamah bin Zaid di depan matanya.

"Demi Allah, nak, sungguh engkau akan bersama dengan orang-orang baik dan ikhlas." puji Usamah bin Zaid. Iapun akhirnya meminta anak itu untuk berlatih cara berperang. Dan esok ia akan berada satu barisan dengan ibunya di sayap kanan pasukan.

Perang pun kembali berkecamuk keesokan harinya. Anak kecil itu menghunuskan pedangnya menebas setiap musuh yang datang menghampirinya. Hingga akhirnya sebilah pedang menghujam ke tubuhnya. Iapun pergi sebagai syuhada', menemui sang ayah.

Saat itu, Dzatul 'Iqal masih beradu pedang dengan musuh. Hingga ia melihat jasad anaknya terbaring tanpa nyawa. Dengan cepat dan waspada, Dzatul 'Iqal segera membawa jasad itu ke kemah sebelum musuh mencabik-cabik tubuh anaknya yang masih sangat kecil.

Sungguh cinta bisa melakukan banyak hal. Karena ingin mendapat keridhoan Allah untuk bertemu dengan sang suami, seorang Dzatul 'Iqal rela mengikuti perang bersama anaknya yang masih kecil. Sudah pasti, dalam medan perang tak ada pilihan selain dua hal. Hidup dalam keadaan terluka atau mati.

Namun apalah makna kematian dibanding gelora cinta yang sudah membara. Menjadi kecil tak terasa. Jika kematian saja menjadi sepele di mata seorang pecinta, maka luka-luka sayatan di kulit lebih tak berarti.

Sumber: cahayasiroh.com

Persatuan gay dan lesbi bahu membahu di belakang lady gaga

Sebuah aliansi gay dan lesbian progresif dari Filipina  telah menyatakan perang dan memberi dukungan kepada bintang pop Lady Gaga melawan anti-gay sensor di Malaysia.

Mereka mendukung lady gaga untuk mengajak kaum lesbian, gay, bisexsual dan transgender (LGBT) Malaysia untuk menuntut atas penghapusan lyric salah satu hit lady gaga oleh stasion radio di malaysia dan salah satu stasion musik "channel V" yang berbasis di hongkong.

Mereka protes karena Lyrik tersebut dianggap sebuah kebanggan untuk untuk kaum
lesbian, gay, bisexsual dan transgender (LGBT).

Juru bicara persatuan gay filipina Goya Candelario, mengajak agar persatuan LGBT Filipina dan malaysia bersatu menolah sensor lirik tersebut. "kami menuntut agar semua media di Asia menayangkan lagu "Born this Way" secara utuh dan original. tuntut mereka.

Inilah lirik lagu yang di potong/sensor  oleh radio Malaysia dan channel V tersebut..
Lagu yang merupakan lirik dari "Born this Way"


“No matter gay, straight or bi, lesbian, transgendered life, I'm on the right track, baby."

Lagu ini merupakan sebuah lagu kebanggan bagi kaum lesbian, gay, bisexsual dan transgender (LGBT).

===============

sumber

Bagaimana Lagi Jika Al-Masih Ad-Dajjal Yang Datang?

Oleh Ihsan Tandjung

Sungguh kita benar-benar sedang menjalani era penuh fitnah di Akhir Zaman. Bayangkan! Baru menghadapi seorang tokoh lesbi dari Kanada keturunan Gujarat campur Mesir —yaitu Irshad Manji— sebagian orang yang mengaku muslim di negeri ini sudah tersihir sehingga terpukau dan membela habis-habisan tokoh lesbi tersebut agar yang bersangkutan diizinkan mengadakan diskusi bebas. Diskusi mana isinya adalah menggugat kebenaran sikap Nabi Luth ‘alahissalam yang membenci perilaku liwath (hubungan sex sejenis kelamin) kaumnya. Mereka menuduh Nabi Luth as menentang gaya hidup homosex karena sebenarnya kecewa dan berputus-asa ketika kedua anak puteri beliau “tidak laku” untuk dinikahkan dengan lelaki dari kaumnya yang sudah mabuk gaya hidup homosexual. SubhaanAllah...!

Mereka mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap diskriminatif terhadap komunitas LG (lesbian dan gay). Hendaknya eksistensi komunitas LG diakui sebagai konsekuensi negara dan bangsa Indonesia telah menerima prinsip freedom of speech (kebebasan berpendapat), demokrasi dan HAM (Hak Asasi Manusia) menurut standar internasional (baca: standar Sistem Dajjal). Kebebasan yang mereka kehendaki adalah kebebasan mutlak-tanpa batas termasuk bebas untuk menggugat Allah SWT dan mengkritisi Kitabullah Al-Qur’anul Karim.

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raaf [7] : 80-81)

Mereka ingin mengatakan bahwa Nabi Luth adalah contoh seorang fanatik dalam beragama yang berwawasan sempit sehingga menolak kemungkinan hadirnya bentuk lain dalam hubungan sex antar manusia di tengah masyarakat. Bahkan mereka menuduh Nabi Luth dengan tuduhan yang sama persis seperti yang digunakan oleh kaum Nabi Luth dahulu kala. Mereka menuduh Nabi Luth sebagai seorang manusia yang sok suci. Demikian pula tuduhan Irshad Manji dan para pendukungnya kepada orang-orang beriman di zaman modern ini yang menentang komunitas LG.

“Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri." (QS. Al-A’raaf [7] : 83)

Kemudian hal yang serupa berulang kembali menjelang datangnya Ratu Syetan berinisial LG. Begitu banyak orang yang mengaku muslim di negeri ini tersihir sedemikian rupa sehingga begitu antusias membela habis-habisan agar LG –yang juga seorang lesbian- diizinkan menampilkan aksi erotisme, ritual syetan lengkap dengan segala asesori simbol-simbol Luciferian-nya. Perlu kita cermati pula apakah suatu kebetulan bahwa Ratu Syetan ini menggunakan nama yang inisialnya sejalan dengan filosofi yang didakwahkan oleh Irshad Manji dan kawan-kawannya, yakni gaya hidup “LG” (lesbian dan gay)...?  Sudah barang tentu bagi seorang mukmin ini tidak akan dilihat sebagai suatu hal yang kebetulan. Apalagi pada waktu yang berdekatan pemimpin negara adi-daya tunggal dunia, yaitu Barrack Obama,  mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya mendukung pernikahan satu jenis kelamin alias kaum LG. Perhatikan kutipan di bawah ini:

President Barrack Obama kembali mencalonkan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat pada Pemilu Presiden November 2012, dan dalam kampanyenya kali ini, dia menyuarakan dukungannya kepada pernikahan LGBT.

Selama dia memerintah, Presiden Obama membawa perubahan yang mendukung hak-hak LGBT. Salah satunya adalah penghapusan kebijakan “Don’t Ask Don’t Tell” dari militer Amerika Serikat. “Don’t Ask Don’t Tell” adalah kebijakan yang melarang prajurit Amerika Serikat untuk terbuka akan orientasi seksualnya.

Berikut adalah beberapa kutipan dari kampanye Presiden Obama: 

“Saya mau semua orang diperlakukan dengan adil di Negara ini (USA). Kita tidak melakukan kesalahan saat kita memberikan persamaan hak dan kewajiban kepada semua orang.

Kita berjuang bukan hanya untuk diri kita sendiri, kita berjuang juga untuk orang lain. Demikianlah cara kita memperoleh persamaan hak wanita. Demikianlah cara kita memperoleh hak pekerja. Dan demikian pula kita memperoleh hak LGBT.

Dan kalau anda siap untuk berjuang untuk Amerika yang lebih baik, yang tidak mendiskriminasikan siapa anda, Agama dan keyakinan anda, bahkan siapa yang anda cintai, saya bersama-sama dengan anda dalam setiap langkah perjuangan tersebut.”

(Sumber: http://lgbtindonesia.org/main/   Written by administrator Posted May 15, 2012 at 9:58 am)

Semua yang kita saksikan dewasa ini bukan hal mengejutkan bagi mukmin yang peduli dengan hadits-hadits Rasulullah Muhammad SAW khususnya mengenai era fitnah-fitnah di Akhir Zaman. Kemungkaran yang kian berani menampilkan kehadirannya benar-benar membuktikan bahwa dunia sudah berada di ambang hadirnya puncak fitnah alias fitnah paling dahsyat sepanjang zaman, yakni fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.

"Rasulullah SAW  pernah berkhutbah: Sungguh, semenjak Allah menciptakan anak cucu Adam, tidak ada fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Ad-Dajjal, dan tidak ada satu Nabipun yang diutus Allah melainkan ia akan memperingatkan umatnya mengenai fitnah Ad-Dajjal. Sedangkan Aku adalah Nabi yang terakhir dan kamu juga ummat yang terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Ad-Dajjal akan keluar di tengah-tengah kalian.” (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Majah)

Sebelum fitnah paling dahsyat itu keluar dan tampil ke tengah umat manusia, maka masyarakat dunia akan disibukkan dengan aneka fitnah sebagai pengantar sebelum hadirnya Ad-Dajjal.  Bilamana seseorang dapat tetap istiqomah dalam iman dan tauhidnya menghadapi berbagai fitnah pra-Dajjal, maka insyaAllah iapun akan selamat menghadapi fitnah Ad-Dajjal. Demikian pula sebaliknya. Jika menghadapi fitnah-fitnah pra-Dajjal saja seseorang sudah tersihir dan terjerembab ke dalamnya, maka jangan harap ia akan sanggup untuk selamat tatkala puncak fitnah telah hadir...!!! Wa na’udzubillahi min dzaalika.

“Dan tidak ada orang yang dapat selamat dari fitnah-fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan ia pasti selamat pula darinya (fitnah Dajjal) sesudahnya. Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk (menjemput kehadiran) fitnah Ad-Dajjal." (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)

Artinya, bila menghadapi sosok-sosok seperti Irshad Manji saja yang sudah jelas berda’wah ke jalan syetan dengan kampanye gaya hidup LG-nya, seseorang sudah mudah tersihir dan terpukau hingga membelanya, bagaimana lagi dia akan sanggup menghadapi Ad-Dajjal yang merupakan puncak fitnah alias fitnah paling dahsyat sepanjang zaman...?!? Jika kemungkaran dan kekafiran seorang Irshad Manji saja tidak mampu dideteksi seseorang, maka bagaimana lagi ia akan mampu mendeteksi kemungkaran dan kekafiran Ad-Dajjal? Padahal sihir Irshad Manji belum ada apa-apanya dibandingkan sihir yang Allah bakal izinkan untuk diperlihatkan oleh Al-Masih Ad-Dajjal....!

Artinya, bila menghadapi Ratu Syetan saja seseorang sudah dengan mudahnya tersihir dan menjadi penggemarnya sehingga rela membelanya mati-matian, lalu bagaimana lagi perilakunya kelak bila Allah sudah taqdirkan Dajjal yang datang...?!? Jika seseorang tidak sanggup mendeteksi kemungkaran, kebatilan, kekafiran dan aroma Iblis yang disebarkan oleh Ratu Syetan berinisial LG, lalu bagaimana lagi ia akan selamat menghadapi Al-Masih Ad-Dajjal yang Allah bakal izinkan untuk menipu serta menyihir kebanyakan manusia dengan segenap kemampuan supra-natural-nya....?!? Jika kekafiran dan ciri-ciri pengikut Iblis dalam berbagai konser yang ditampilkan Ratu Iblis “LG” saja, seseorang tidak sanggup melihatnya dengan mata hatinya, lalu bagaimana lagi ia bisa diharapkan mampu membaca tulisan “KAFIR” yang bakal terbaca oleh setiap mukmin ketika Ad-Dajjal sudah keluar ke tengah-tengah masyarakat dunia.....?!?

“Dajjal itu buta mata sebelah kirinya, di atasnya ada kulit tebal, di antara kedua matanya tertulis: KAFIR, yang bisa dibaca oleh setiap mu`min yang bisa baca tulis ataupun buta huruf." (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)

Tampaknya tesis yang dilontarkan oleh seorang muslim Inggris bernama Ahmad Thomson memang benar adanya. Dunia modern semenjak hampir seabad yang lalu, yaitu saat runtuhnya khilafah Islam terakhir tahun 1924, benar-benar telah membentuk dirinya menjadi sebuah Sistem Dajjal. Novus Ordo Seclorum alias New World Order alias Tatanan Dunia Baru tidak lain adalah sebuah sistem global yang dilandasi nilai-nilai kafir Dajjal. Segenap sendi-sendi kehidupan modern dirancang untuk mengingkari nilai-nilai Rabbani dan Nabawi ajaran Al-Islam. Sistem Dajjal sudah berdiri dan eksistensinya semakin dikokohkan.  Bilamana eksistensinya dipandang sudah mapan, maka saat itulah oknum Al-Masih Ad-Dajjal akan keluar untuk segera dinobatkan sebagai pucuk pimpinannya oleh para pendukung Sistem Dajjal tersebut. Wallahu a’lam bish-showwaab.

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Sumber: http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/bagaimana-lagi-jika-al-masih-ad-dajjal-yang-datang.htm

KETAKUTAN MATI PARA DOKTER

KETAKUTAN MATI PARA DOKTER

Oleh: Jum'an

Kullunafsin dzaaiqatul maut; semua orang akan merasakan mati. Sejak kecil ayat 185 Ali Imran itu sudah bersarang dikepala saya. Sebagai anak SD, kalimat itu saya rasakan sebagai sebuah ancaman dan bukan kalimat berita. Bukan hanya artinya, bunyinyapun bila diucapkan dengan aksen santri, kedengaran magis dan menyeramkan. Dalam pikiran anak-anak, mati artinya terbujur kaku, dibungkus kafan, diikat atas-bawah, dipendam dalam tanah tak bisa bernafas dan sendirian! Menakutkan sekali. Untung selalu ada teman yang tiba-tiba mengajak bermain atau harus segera berangkat kesekolah sehingga ketakutan itu lenyap dalam sekejap, berganti dengan keceriaan. Semakin besar, dewasa dan tua ketakutan itu tetap ada hanya berubah kadar dan pengertiannya. Saya tidak lagi takut dipendam tanpa bernafas, tetapi takut sekarat dan menghadapi pengadilan dengan standar pernilaian Tuhan, bukan standar kita. Padahal saya banyak dosa. Padahal sesakit apa hukuman menipu teman saja, saya belum tahu. Padahal amalan  sehalus debupun akan dibalas juga. Api neraka. Siapa yang tidak takut.

Ketakutan pada kematian adalah universal, karena semua tahu akan mati dan semua tidak bisa mengelak dan semua tidak tahu bagaimana nasib mereka sesudah itu. Kebanyakan orang tidak suka dan mengelak untuk membicarakan soal kematian, meskipun sebenarnya mereka selalu memikirkannya. Penelitian sebuah tim psikiater di Missouri menyimpulkan bahwa orang Amerika dari semua usia berfikir tentang kematian dan sesudahnya empat kali lebih daripada fikiran mereka tentang seks dan asmara. Demikian pula jajak pendapat terhadap 3.000 remaja Jerman Barat mengungkapkan bahwa pertanyaan nomor satu di benak mereka adalah kekhawatiran tentang kehidupan sesudah mati. Persoalan sosial dan politik, yang oleh penyelenggara survei diperkirakan menempati posisi paling atas justru kurang menarik perhatian mereka.

Dr. Ira Byock, dokter ahli dan tokoh perawatan paliatif dari Hanover, menggambarkan pola pikir orang Amerika tentang kematian sebagai “aib nasional” (national disgrace). Mereka enggan berbicara tentang mati. Budaya Amerika cenderung menghindari percakapan serius tentang kematian. Meskipun mereka dengan lantang memperdebatkan legalitas aborsi, hukuman mati, hak bunuh diri (euthanasia) dan penggunaan kontrasepsi tapi bila saatnya diajak membahas tentang kematian mereka sendiri, mereka berlagak bodoh seperti burung unta yang membenamkan kepalanya kedalam pasir. 

Diantara yang paling sering menyaksikan dan berurusan dengan kematian adalah para dokter. Karena kondisi yang khas itu para dokter tentu menyikapi kematian mereka sendiri dengan cara yang berbeda dibanding kita-kita yang bukan dokter. Mereka tahu semua tentang perawatan yang sia-sia seperti penggunaan kemoterapi yang berkepanjangan dan penggunaan obat yang gagal untuk meningkatkan kualitas hidup. Kebanyakan pasien atau keluarga pasien selalu menuntut perawatan yang berlebihan. Kalau masih bisa memperpanjang hidup, obati terus, rawat terus apapun kondisinya. Mungkin dokter sebagai profesional medis yang berpengetahuan, menginginkan perawatan yang lebih dari yang bukan dokter. Mereka punya akses dan pendidikan tentang terapi terbaru dan terbaik. Tetapi anehnya dokter tidak ingin mati seperti masyarakat umum - mereka memilih perawatan secukupnya saja; setidaknya begitu pengakuan R.C. Senelick, M.D. Neurolog dan International Speaker dalam "Why Dying Is Different for Doctors". Mereka terbiasa melihat kamar ICU dipenuhi terlalu banyak pasien tua yang mereka anggap tak ada harapan lagi. Mereka kenyang melihat efek samping pengobatan yang mengerikan yang lebih buruk daripada kematian. Kebanyakan dokter tidak menginginkan tindakan heroik bila mereka mengalami hal yang sama. Jika mereka  atau keluarganya dihadapkan dengan penyakit  terminal yang mengerikan dan tidak ada pilihan yang masuk akal, mereka sepakat untuk membatasi intervensi dan menghindari langkah-langkah luar biasa untuk memperpanjang hidup. Begitu hasil sebuah jajak pendapat.   

Tepapi tidak semua dokter sama sikapnya. Penelitian “Fear of Personal Death  Among Physicians” menunjukkan bahwa para psikiater, yang paling jarang berhadapan dengan kematian ternyata paling cemas menghadapi kematian mereka sendiri, diikuti oleh internis (lumayan cemas) dan kemudian ahli bedah yang memiliki eksposur  terbesar melihat kematian (paling tak cemas). Sesuai dengan dugaan, para dokter tua lebih kurang cemas menghadapi kematian ketimbang rekan mereka yang lebih muda. Dokter yang religius terbukti lebih cemas menghadapi mati dibanding dokter yang tidak religious (penelitian  terbatas, di Israel). Mereka lebih takut terhadap hukuman setelah mati. Suatu penemuan yang menarik. Walhasil secara kelompok, dokter  menghadapi  keputusan-keputusan mengenai kematian mereka lebih terbuka dan dengan mudah menjelaskan kepada keluarga dan rekan-rekannya apa yang mereka ingin lakukan dan tidak ingin dilakukan jika mereka menderita sakit parah atau  memiliki sedikit kesempatan kelangsungan hidup yang berkualitas. Wallohu a’lam

NU: Pelarangan Lady Gaga Berlebihan!

Kamis, 17 Mei 2012 - 18:05 wib; Muhammad Saifullah  - Okezone

Menurut Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (PP Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU), Al-Zastrouw Ngatawi, pelarangan Lady Gaga sebagai suatu hal yang berlebihan.

"Menurut saya, ini suatu yang berlebihan dan dibesar-besarkan saja. Kalau itu dibiarkan saja, saya kira tidak akan terjadi apa-apa. Itu kan orang sentimentil saja. Di sini (Indonesia) sendiri, juga ada yang seperti itu (perpakaian seperti Lady Gaga) dan tidak ada masalah," katanya saat ditemui wartawan di Depok, Jawa Barat, Kamis (17/05/12).

Zastrouw mengungkapkan, semua menyadari bahwa Lady Gaga dari sisi pakaian, prilaku mengundang kontroversi dan tidak cocok dengan tradisi masyarakat. Hanya saja, jika responnya terlalu berlebihan maka reaksinya juga akan berlebihan.

"Seharusnya masyarkat kita yang ingin menolak Lady Gaga tidak usah berlebihan seperti itu. Jadi, mereka ini terlalu sok moralis," paparnya tidak menjelaskan siapa mereka itu.

Pelarangan konser Lady Gaga yang sedianya berlangsung 3 Juni mendatang di Senayan, Jakarta, kata dia, adalah bentuk kekhawatiran dan ketidakmampuan dalam mendidik anak dan generasi mendatang. Akibat dari keengganan mendidik generasi dengan baik, akhirnya menggunakan alat negara.

"Kalau sebagai bentuk filter, kita beri penjelasan dan kita didik anak-anak dengan baik. Mereka ini kan dalam pemahaman agamanya secara instan, akhirnya menggunakan kekuatan negara, menekan dan lainnya," tuturnya.

Meski begitu, dalam proses penyaringan tersebut masih bisa dilakukan dengan melokalisir. Jangan sampai, katanya, melakukan hal yang kecil melupakan permasalahan yang besar.

"Ibaratnya jangan sampai, membunuh nyamuk dengan bom. Padahal, masih banyak permasalahan yang besar dan harus diselesaikan. Yang terjadi, justru amburadul dan tidak akan berjalan dengan baik," tegasnya.

Sampai saat ini Polda Metro Jaya tidak merekomendasikan konser Lady Gaga di Jakarta setelah menerima surat penolakan dari ormas Front Pembela Islam (MUI) dan Majelis Ulama Islam (MUI).

Namun, setelah banyaknya protes di media internet soal pelarangan ini, Kapolri Jenderal Timur Pradopo siap mengkaji kembali konser Lady Gaga di Jakarta. (tre)

Sumber: http://music.okezone.com/read/2012/05/17/386/631155/nu-pelarangan-lady-gaga-berlebihan

*** Komentar oleh Fuad Al-Hazimi ***

Perkataan kaum Homoseks, Lesbian dan para pemuja syahwat dari zaman ke zaman tidak pernah berubah :

"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (homoseksual dan lesbian) itu sedang kamu memperlihatkan (nya) ?"

"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita ? sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)".

"MAKA TIDAK LAIN JAWABAN KAUMNYA MELAINKAN MENGATAKAN : "USIRLAH LUTH BESERTA KELUARGANYA DARI NEGERIMU; KARENA SESUNGGUHNYA MEREKA ITU ORANG-ORANG YANG (MENGAKU DIRINYA) SUCI...!!!!".

"Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)".

"Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), Maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu".

(QS An NAml 54 - 58)

Perhatikan ucapan ini :

"Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mengaku dirinya) suci".

Bandingkan dengan ucapan para Mala' (penguasa dzalim dan melampaui batas) berikut ini :

"Pemuka-pemuka (mala’) dari kaumnya (Nabi) Syu'aib yang menyombongkan diri berkata : "SESUNGGUHNYA KAMI AKAN MENGUSIR KAMU HAI SYU'AIB DAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN BERSAMAMU DARI KOTA KAMI, ATAU KAMU KEMBALI KEPADA AGAMA KAMI". berkata Syu'aib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun Kami tidak menyukainya?" (QS Al A'raf 88)

ALLAH TELAH MENJELASKAN DENGAN GAMBLANG BAGAIMANA PENGUASA DZALIM INI AKAN SELALU BERSEKUTU DENGAN PARA PEMUJA SYAHWAT DAN BIRAHI KARENA MEREKA MEMPUNYAI KEPENTINGAN YANG SAMA...... : 

"MEMUASKAN SYAHWAT BIRAHI DAN SYAHWAT KEKUASAAN MEREKA ...!!!"

HINGGA TIBA SUATU SAAT NANTI BAHKAN UNTUK BERIMAN KEPADA ALLAH PUN HARUS SEIJIN PARA THAGHUT ITU ...!!!!

Allah Ta'ala berfirman (artinya) :

"Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan".

"Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina".

"Dan Ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud".

"Mereka berkata: "Kami beriman kepada Rabb semesta alam",

"(yaitu) Rabb nya Musa dan Harun".

"Fir'aun berkata : "APAKAH KAMU BERIMAN KEPADANYA SEBELUM AKU MEMBERI IZIN KEPADAMU?, SESUNGGUHNYA (PERBUATAN INI) ADALAH SUATU MUSLIHAT YANG TELAH KAMU RENCANAKAN DI DALAM KOTA INI, UNTUK MENGELUARKAN PENDUDUKNYA DARI PADANYA; MAKA KELAK KAMU AKAN MENGETAHUI (AKIBAT PERBUATANMU INI)”

"Demi, Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya."

"Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Rabb kami, kami kembali".

"Dan kamu tidak menyalahkan Kami, melainkan karena Kami telah beriman kepada ayat-ayat Rabb kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (mereka berdoa): "Ya Rabb kami, Limpahkanlah kesabaran kepada Kami dan wafatkanlah Kami dalam Keadaan berserah diri (kepada-Mu)".

"Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun) : "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka".

QS Al A'raf 118 - 127

JIKA INGIN LEBIH JELAS LAGI TENTANG DIALOG PARA NABI DAN RASUL DENGAN PEMUJA SYAHWAT ITU, SILAHKAN BACA SURAH AL A'RAF 59 - 137.

Jangan Pernah Anda Menikah

JANGAN MENIKAH KARENA HARTA, PERASAAN, RUPA, IBA, SEX, KELUARGA, DESAKAN, USIA DAN JASA

1. Jangan menikah karena harta
Tidak ada gunanya hidup bergelimangan harta tanpa cinta. Harta dapat datang dan pergi setiap saat. "Cinta" yang sesat dan sesaat dapat diperoleh setiap saat, tapi cinta yang sejati tidak dapat dibeli dengan harta.


2. Jangan menikah karena perasaan asmaraRasa tertarik, simpati, naksir, yang merupakan asmara yang sering disalahartikan sebagai cinta. Asmara itu bukan cinta. Asmara dapat cepat berubah oleh rupa, harta, tempat dan keadaan. Asmara itu buta, tidak tahan lama dan tidak tahan uji . Cinta perlu diuji dalam suka dan duka dengan mata terbuka.

3. Jangan menikah karena rupa saja
Kecantikan yang diluar memang indah, tapi dapat luntur termakan umur.
Utamakanlah kecantikan yang di dalam.

4. Jangan menikah karena iba
Iba (rasa kasihan) memang baik dan harus ada dalam hidup kita, tapi tidak boleh menjadi dasar pernikahan. Kasihan dapat habis,tapi kasih tidak berkesudahan. Dasar pemikahan adalah kasih, bukan kasihan
5. Jangan menikah untuk kepuasan sex saja
Memang sex suci dan penting dalam hubungan suami-istri, namun tidak boleh menjadi tujuan utama dari pemikahan. Sex hanyalah salah satu bagian dari pernikahan. Orang yang hanya mengejar kenikmatan sex akan kecewa dan terjerat oleh kesusahan yang diciptakannya sendiri.

6. Jangan menikah karena paksaan keluarga
Seorang anak harus berbakti kepada keluarga, namun tidak boleh menyerah dalam hal nikah, kalau mereka memang salah dan anda benar. Berdoalah dan berikanlah penjelasan kepada mereka, jangan dengan kekerasan.

7. Jangan menikah karena desakan usia
Bila semakin bertambahnya usia dan rekan-rekan sudah berpasangan, orang akan mulai gelisah (terutama pada wanita). Banyak orang akhimya asal tabrak dan sikat." Hindarilah tindakan tersebut. Sabarlah dan yakinilah bahwa Tuhan sudah menyediakan yang terbaik untuk anda. Jangan takut kehabisan jatah dan kadaluarsa.

8. Jangan menikah untuk membalas jasa
Orang yang telah berbuat baik perlu dibalas, tapi jangan dengan pernikahan.
Salah satu hal lain yang tidak boleh dilupakan, dan merupakan yang terpenting adalah Jangan MenikahTtanpa Pengertian Dan Persiapan DenganTtindakan Yang Nyata.

- Menikahlah Menurut Pola Rencana Allah. Daripada Salah Dan Mengundang Derita, Lebih Baik Menunggu Menikah. Jika tidak diteguhkan oleh Allah. Karena Allah yang menciptakan manusia sepasang-sepasang. Tanpa persetujuan Allah, tidak mungkin manusia dapat bersatu !*point2 ini pernah pula disampaikan sama Murobbi..

sumber: http://awalsholeh.blogspot.com/2009/06/jangan-menikah-karena.html

pernah diposting di blog saya: http://adit9.multiply.com/journal/item/182/JANGAN_PERNAH_ANDA_MENIKAH

Keutamaan Sedekah di Hari Jumat

Keutamaan shadaqah di sisi Allah Ta’ala itu sangat agung sekali dan pahalanya pun demikian besar. Allah Ta’ala berfirman:

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan harta-nya di jalan Allah), maka Allah akan melipat-gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak...” [QS. Al-Baqarah (2) : 245]

Dan dalam kitab ash-Shahiihain disebutkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa bershadaqah senilai biji kurma dari hasil usaha yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, untuk kemudian Dia kembangkan bagi pelakunya sebagaimana salah seorang di antara kalian memelihara anak kuda sehingga menjadi seperti gunung (besar dan kuat).” [Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 1410 dan 7430) dan Muslim (no. 1014)]

Ketahuilah -semoga Allah memberimu jalan petunjuk untuk mentaati-Nya- bahwa umat ma-nusia akan berdiri pada hari Penghimpunan di alam mahsyar di bawah terik matahari yang sangat panas, di mana matahari sangat dekat sekali dengan kepala, hari pun sangat panjang, di mana satu hari sama dengan seribu tahun berdasarkan hitungan kalian, dengan berbagai kejadian yang dahsyat, juga hal-hal yang mengerikan, menakutkan, lagi mengkhawatirkan.

Seandainya engkau mengetahui hari Kiamat dengan berbagai kejadiannya,Pastilah engkau akan lari menjauh dari keluarga dan juga dari tempat tinggal.Hari yang begitu panas yang panasnya mengelilingi semuaMakhluk, sehingga tersebar luar dengan kejadiannya yang luar biasa.Hari di mana langit pecah dengan kejadiannya,Dan anak-anak pun menjadi beruban.

Pada hari yang menakutkan itu, engkau akan melihat orang-orang yang bershadaqah berdiri di bawah naungan shadaqah-shadaqah yang pernah mereka keluarkan di dunia. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dengan sanad yang shahih:

“Dari Yazid bin Abu Habib, dia memberi-tahu bahwa Abu al-Khair telah menyampai-kan kepadanya bahwa dia pernah mendengar ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap orang berada di bawah naungan sha-daqahnya sehingga diadili di antara umat manusia.’”

Yazid mengatakan, “Tidak ada satu hari pun berlalu dari Abu Khair, melainkan dia selalu bershadaqah meski hanya dengan sepotong kue, bawang, atau yang lainnya.” [Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/148) dengan sanad yang shahih dan dinilai shahih oleh al-Albani di dalam kitab Shahiih at-Targhiib (no. 872)]

Dan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan:

“Naungan orang mukmin pada hari Kiamat kelak adalah shadaqahnya.” [Hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dinilai shahih oleh al-Albani di dalam kitab Shahiih at-Targhiib (no. 872)]

Dan menurut riwayat ath-Thabrani dan al-Baihaqi, dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya shadaqah itu dapat memadamkan panas kuburan dari penghuninya. Dan sesungguhnya orang mukmin pada hari Kiamat kelak akan bernaung di bawah naungan shadaqahnya.” [hadits Hasan: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani di dalam kitab al-Kabiir, dan al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh al-Albani di dalam kitab Shahiih at-Targhiib (no. 873)]

‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu 'anhu mengatakan, “Pernah dikatakan kepadaku bahwa seluruh amal perbuatan akan merasa bangga sehingga shada-qah akan berkata, ‘Aku yang lebih utama dari kalian.’” [Hasan: Dinilai shahih oleh al-Hakim yang disepakati oleh adz-Dzahabi (I/416). Dan al-Albani di dalam kitab Shahiih at-Targhiib (no. 878)]

Ini salah satu bagian dari keutamaan shadaqah pada setiap harinya. Sedangkan shadaqah pada hari Jum’at memiliki keutamaan khusus dari hari-hari lainnya.

Telah diriwayatkan oleh Imam ‘Abdurrazzaq ash-Shan’ani rahimahullah dari Imam Sufyan ats-Tsauri, dari Mansur, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu 'anhuma, dia berkata, Abu Hurairah dan Ka’ab pernah berkumpul. Lalu Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, “Sesungguhnya pada hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang muslim bertepatan dengannya dalam keadaan memohon kebaikan kepada Allah Ta’ala melainkan Dia akan men-datangkan kebaikan itu kepadanya.”

Maka Ka’ab Radhiyallahu 'anhu berkata, “Maukah engkau aku beritahu kepadamu tentang hari Jum’at? Jika hari Jum’at tiba, maka langit, bumi, daratan, lautan, pohon, lembah, air, dan makhluk secara keseluruhan akan panik, kecuali anak Adam (umat manusia) dan syaitan. Dan para Malaikat berkeliling mengitari pintu-pintu masjid untuk mencatat orang-orang yang datang berurutan. Dan jika khatib telah naik mimbar, maka mereka pun menutup buku lembaran-lembaran mereka.

Dan merupakan kewajiban bagi setiap orang yang sudah baligh untuk mandi seperti mandi janabah. Dan tidak ada matahari yang terbit dan terbenam pada suatu hari yang lebih afdhal dari hari Jum’at, dan shadaqah pada hari itu lebih agung daripada hari-hari lainnya.”

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu 'anhuma mengatakan, “Ini Hadits Abu Hurairah dan Ka’ab. Saya sendiri berpendapat, ‘Jika keluarganya memiliki minyak wangi, maka hendaklah dia memakainya pada hari itu.’” [Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq (no. 5558), disebutkan oleh Ibnul Qayyim di dalam kitab Zaadul Ma’aad (I/407) dari Ahmad Ibnu Zuhair bin Harb, “Ayahku memberitahu kami, ia berkata, “Jarir memberitahu kami dari Manshur.”]

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya shadaqah pada hari Jum’at itu memiliki kelebihan dari hari-hari lainnya. Shadaqah pada hari itu dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam sepekan, seperti shadaqah pada bulan Ramadhan jika dibandingkan dengan seluruh bulan lainnya.” [Zaadul Ma’aad (I/407)]

Lebih lanjut, Ibnul Qayyim juga mengatakan, “Aku pernah menyaksikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, semoga Allah menyucikan ruhnya, jika berangkat menunaikan shalat Jum’at membawa apa yang terdapat di rumahnya, baik itu roti atau yang lainnya untuk dia shadaqahkan selama dalam perjalanannya itu secara sembunyi-sembunyi.”

Aku pun, lanjut Ibnul Qayyim, pernah mendengarnya mengatakan, “Jika Allah telah memerintahkan kepada kita untuk bershadaqah di hadapan seruan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka shadaqah di hadapan seruan Allah Ta’ala jelas lebih afdhal dan lebih utama fadhilahnya.” [Zaadul Ma’aad (I/407)]

Sumber: http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2012/03/keutamaan-sedekah-di-hari-jumat.html

Keluarnya Ad-Dajjal Dan Mengeringnya Danau Tiberias

Keluarnya Ad-Dajjal Dan Mengeringnya Danau Tiberias

Oleh Ihsan Tandjung

Bila anda membuka google dan menelusuri kata “Tiberias”, maka anda akan menemukan keterangan Wikipedia sebagai berikut:

The Sea of Galilee, also Kinneret, Lake of Gennesaret, or Lake Tiberias (Hebrew: יָם כִּנֶּרֶת ‎ Judeo-Aramic: יַמּא דטבריא, Arabic: بحيرة طبرية ‎ ), is the largestfreshwater lake in Israel, and it is approximately 53km (33mi) in circumference, about 21km (13mi) long, and 13km (8.1mi) wide. The lake has a total area of 166km2 (64sqmi), and a maximum depth of approximately 43 m (141feet).

Artinya:

Laut Galilea, juga Kinneret, Danau Genesaret, atau Danau Tiberias (Ibrani: יָם כִּנֶּרֶת Yahudi-Aramic: יַמּא דטבריא, Arab: بحيرة طبرية), adalah danau air tawar terbesar di Israel, dan ia adalah sekitar 53 km (33mil) lingkar, sekitar 21 km (13 mil) panjang, dan 13 km (8,1 mil) lebar. Danau ini memiliki luas wilayah 166 km2 (64 sq mi), dan kedalaman maksimum sekitar 43 m (141 kaki).

Air dari Danau Tiberias merupakan sumber utama air bersih bagi bangsa Yahudi dan pemerintah Zionis Israel. Dewasa ini pemerintah Israel sangat khawatir karena keberadaan air Danau Tiberias sudah kian menepis. Jika kita click http://www.savethekinneret.com/ kita akan temukan peringatan dari pemerintah Israel kepada segenap warganya sebagai berikut:

The Kinneret, Israel's major reservoir of fresh water, is drying up! Many years of below-average rainfall have led the water level to dip to the "black line," beyond which water cannot be pumped without causing severe damage to the entire water supply. Though there are plans in place to build more desalination plants, they will not be operation for several years, so it is incumbent upon us all to conserve water!

Artinya:

Danau Kinneret, waduk utama air bersih Israel kian mengering! Bertahun-tahun curah hujan di bawah rata-rata telah menyebabkan level air berada di "garis hitam," dimana air tidak bakal dapat dipompa lagi tanpa menyebabkan kerusakan parah pada pasokan air secara keseluruhan. Meskipun ada rencana untuk membangun pabrik desalinasi, ia tidak akan beroperasi selama beberapa tahun, sehingga menjadi tugas kita bersama untuk menghemat air !

Mungkin bagi sebagian orang informasi ini dianggap tidak penting bahkan tidak menjadi urusannya. Tapi bagi setiap muslim-mukmin yang peduli dengan tanda-tanda Akhir Zaman informasi ini sangat berharga dan sangat serius. Mengapa? Karena dalam sebuah hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim terdapat kata “Danau Tiberias”. Dan hadits tersebut berkaitan erat dengan bakal keluarnya fitnah paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah al-Masih Ad-Dajjal...!

Hadits tersebut sangat panjang. Di dalam hadits tersebut dikisahkan bagaimana seorang pelaut Arab Nasrani bernama Tamim Ad-Dari bersama 30 orang awak kapalnya terdampar di sebuah pulau. Kemudian di dalam pulau itu ia berjumpa dengan seorang lelaki yang menurutnya digambarkan sebagai ”orang terbesar yang pernah kami lihat, paling kuat dan tangannya terbelenggu di leher, antara lutut dan mata kakinya terbelenggu besi”. Lalu terjadi dialog antara Tamim Ad-Dari dengan lelaki misterius yang ternyata adalah Al-Masih Ad-Dajjal. Dialog tersebut sebagai berikut:

Ia berkata: "Beritahukan padaku tentang kurma Baisan." Kami bertanya: "Tentang apanya yang kau tanyakan?" Ia berkata: "Aku bertanya pada kalian tentang kurmanya, apakah sudah berbuah?" Kami menjawab: "Ya." Ia berkata: "Ingat, ia hampir tidak membuahkan lagi." Ia berkata: "Beritahukan padaku tentang danau Thabari (Tiberias)." Kami bertanya: "Tentang apanya yang kau tanyakan?" Ia menjawab: "Apakah ada airnya?" Mereka menjawab: "Airnya banyak." Ia berkata: "Ingat, airnya hampir akan habis." Ia berkata: "Beritahukan padaku tentang mata air Zughar." Mereka bertanya: "Tentang apanya yang kau tanyakan?" Ia berkata: "Apakah disana ada airnya dan apakah penduduknya bercocok tanam dengan air itu?" Kami menjawab: "Ya, airnya banyak dan penduduknya bercocok tanam dengan air itu." Ia berkata: "Beritahukan padaku tentang Nabi orang-orang buta huruf, bagaimana keadaannya?" Mereka menjawab: "Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib." Ia bertanya: "Apakah orang-orang arab memeranginya?" Kami menjawab: "Ya." Ia bertanya: "Apa yang mereka lakukan terhadapnya?" Lalu kami memberitahunya bahwa beliau menang atas bangsa Arab di sebelahnya dan mereka menaatinya. Ia bertanya pada mereka: "Itu sudah terjadi?" Kami menjawab: "Ya." Ia berkata: "Ingat, sesungguhnya itu baik bagi mereka untuk menaatinya. Aku akan beritahukan pada kalian siapa aku. Aku adalah Al Masih (Ad-Dajjal) dan aku sudah hampir diizinkan untuk keluar lalu aku akan keluar.” (HR. Muslim No. 5235)

Berdasarkan hadits di atas berarti Ad-Dajjal telah mengungkap kunci-kunci kejadian yang menjadi indikator kapan ia bakal diizinkan untuk keluar dan menebar fitnah-fitnahnya. Dan salah satu indikator sudah dekatnya saat Ad-Dajjal keluar ialah bilamana air Danau Tiberias telah mengering. Sedangkan saat ini jelas kondisi tersebut sudah hampir menjadi kenyataan...! Silahkan dilihat grafik level air Danau Tiberias yang kian menyurut sejak tahun 2004 hingga 2012 (Kinneret Water Levels 2004-2012). Waspadalah saudaraku, fitnah Ad-Dajjal tidak lama lagi akan segera keluar...! Siapkan diri beserta keluarga anda dengan kemantapan iman dan tauhid sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat.

Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari azab jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Amin ya rabbal’aalamiin.

Sumber: http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/keluarnya-ad-dajjal-dan-mengeringnya-danau-tiberias.htm

Note:

Gambar grafiki: http://www.water.gov.il/SiteCollectionImages/Miflas/kineret-chart1.12.JPG, untuk data real time: http://www.savethekinneret.com/