Demo Anti-Mubarak di Bundaran HI Dibalas Pengusiran WNI di Kairo
Kairo - Tindakan elit dan kelompok mahasiswa di Jakarta yang mencampuri urusan dalam negeri Mesir berakibat buruk. Setelah mahasiswa RI, giliran WNI diusir dari tempatnya bekerja di Kairo.
Tri Mulyati, salah seorang istri mahasiswa RI di Mesir mendapat perlakuan yang tak terduga sebelumnya. Tri menceritakan bahwa setelah mengurus kelengkapan paspor di Konsuler Nasr City, Kairo, ia kembali ke rumah majikan, tapi belum sejam berada di rumah majikan, madame (istri majikan) memanggilnya dan langsung menghardik.
Madame: Tri... Go out from my house (Keluar dari rumahku)!!!
Tri: What's going on madame? I don't understand... (Ada apa Nyonya? Aku tak mengerti...)
Madame: Look at the television! See what they do to my country. This is not your country's problem. This is our country's problem. This is our bussiness... I don't care... You have to leave from my house... I don't want to see Indonesian in my house. Get out Tri...!!!
(Lihat itu di televisi! Lihat apa yang mereka lakukan terhadap negaraku. Ini bukan masalah negaramu. Ini masalah negaraku. Ini urusan kami... Aku tak peduli... Kau harus pergi dari rumahku... Aku tak mau melihat orang Indonesia di rumahku. Keluar Tri...! - Sambil menunjuk pintu keluar).
Madame pada saat itu sedang menyaksikan siaran berita di televisi setempat tentang aksi solidaritas mahasiswa di Bundaran HI Jakarta dengan aksi menginjak-injak foto Presiden Hosni Mubarak.
Sambil menangis, Tri mencoba menjelaskan bahwa dia tidak salah apa-apa dan itu (aksi-aksi di Jakarta) bukan kesalahan dia.
Madame: I don't care!!! Ya laah etlah barra!!! (Sambil memanggil kepala rumah tangga dan menyuruhnya agar menyeret Tri keluar).
Tri: Okay, Madame... I am leaving now... But what about my salary (Ok, Nyonya... Aku pergi sekarang. Tapi bagaimana dengan gajiku)?
Madame: You ask Indonesian demonstrant to pay you (Kau minta demonstran Indonesia untuk membayar gajimu) !!!
Demikian disampaikan Tri melalui Syamsu Alam Darwis kepada detikcom malam ini atau Selasa (8/2/2011) WIB, dengan beberapa kutipan bahasa Inggris telah diedit oleh redaksi).
Dari pengalaman pahit tersebut, Tri meminta kepada para mahasiswa dan aktivis di Indonesia agar berhati-hati dalam bertindak.
"Hendaknya tidak campur tangan urusan dalam negeri Mesir, karena kami secara pribadi yang tidak tahu-menahu menjadi korban," ujar Tri getir.
Lanjut Tri, selama ini dia mendapat gaji USD650 hingga USD700 per bulan bekerja sebagai pengajar bahasa Inggris privat dua anak majikan Mesir, yang sekolah di British International School di 6th October City. Setiap pekan anak-anak majikan tersebut dapat juara star of the week di bidang matematika, sains, bahasa Inggris dan komputer.
Selama ini Tri mengaku senang bekerja dan tinggal di Mesir, karena dapat membiayai kehidupan orangtua dan keluarganya di kampung. Namun saat ini segalanya sirna dan kesempatan mengejar cita-cta menjadi tertunda.
Anggota Tim Evakuasi WNI di Mesir Syamsu Alam Darwis menyikapi bahwa saat ini perlu ada fiqh prioritas dengan mengutamakan penyelamatan dan evakuasi WNI di Mesir daripada melakukan aksi solidaritas mendukung revolusi Mesir.
"Dalam hal ini tekanannya pada menjaga nilai-nilai universal Islam yakni keselamatan jiwa, raga, harta benda dan kehormatan masyarakat mahasiswa dan WNI di Mesir harus didahulukan daripada hak menyalurkan aspirasi dan kewajiban menyampaikan nasehat kepada penguasa," tegas Syamsu.
Syamsu meminta kepada segenap mahasiswa dan aktivis di Indonesia, termasuk anggota DPR RI, agar memahami bahwa politik luarnegeri RI adalah politik bebas aktif.
"Kita berikan kebebasan kepada warga dan pemimpin Mesir untuk menentukan nasibnya sendiri, pada prinsipnya rakyat dan pemerintah RI dapat bekerjasama dengan siapapun yang akan memimpin Mesir sekarang dan yang akan datang," demikian Syamsu. (es/es)
Detik.com--------------lagi
=====================================================
- Judul tidak sesuai dengan Isi.... Kalau dari judulnya terkesan kalau di mesir terjadi pengusiran WNI secara global, padahala itu hanya masalah antar pembantu dan majikan.... Mngkin saja majikannya tidak mau membayar gajinya dan ini adalah kesempatan yang pas untuk mengelak.
- Mental orang terjajah...Terlalu cepat menyalahkan saudara sendiri dan terlalu membenarkan tindakan orang lain. Lihatlah Orang ramai disini saling menyalahkan, Padahal demo itu terjadi di mana-mana bukan hanya di Indonesia. Padahal sebelum saling menyalahkan yang perlu dilakukan adalah membela saudara kita yang tidak bersalah dan diperlakukan dengan sewenang-wenang.
- Apapun alsannya Tidak berhak seseorang mengusir warga negara lain hanya karena demo di negaranya. Indonesia dan malaysia telah sering saling demo,,,Namun sejauh ini belum ada saling usir antar negara...karena warganya telah paham sejauh mana demo itu dan hak2 warga negara lain dinegara mereka. Hal itu beda dengan majikan di mesir tersebut yang bertindak sembarangan.
kemaren baca di salah satu qn yang masuk ke inbox saya, dia copas dari status teman fb-nya, yg katanya teman dari wni tsb dan anehnya namanya kok beda ya, Nadine C.... (lupa panjangnya) bukan tri mulyati.
ReplyDeletejadi sepertinya memang ada penggiringan opini oleh detik
sudah banyak kasus tidak dibayarnya gaji oleh majikan di negara timur tengah. enggak heran kalo momment seperti inipun dijadikan alasan oleh mereka.
ReplyDeletetemen yg ngalamin disana...
ReplyDeleteemang bener.. wni yg mahasiswa pun sempat terintimidasi gara2 demo HI itu...
dianggapnya seluruh WNI itu anti-mubarak
alhasil, ada temenny temen yg "kena culik" sama militer (pro mubarak)
dia bisa jelasin... (bersilat lidah)
dibebaskan stelah bbrapa jam dculik
itulah perlunya kita pemahaman yang luas. Hal itu disamping berguna untuk memahami suatu peristiwa, juga berguna bagi diri sendiri. Walau mahasiswa yang terintimidasi, tapi karena mereka bisa menjelaskan duduk perkara toh akhirnya pihak mesir mengerti dan membebaskan mereka.
ReplyDeleteBeda dengan majikan tersebut, dimana dia menjadikan alasan tersebut untuk tidak membayar gaji dan mengusir wni.
Anehnya justru media malah membuat kecil nyali bangsa ini dengan saling menyalahkan, bukannya membela warga yang di jalimi disana.
Setiap orang asing pastilah dicurigai dalam suasana seperti itu, hal itu juga berlaku bagi bangsa lain. dari itu pembelaan terhadap saudara kita yang berada disana harus lebih dikedepankan oleh media massa kita, bukan malah kesannya menyalahkan bangsa sendiri yang membuat bangsa lain melihat kita semakin kecil.