Tanaman ini awalnya hanya berfungsi sebagai penyedap masakan untuk gulai kambing, dodol Aceh, mie Aceh, kopi Aceh dan sebagainya untuk menambah cita rasa makanan. Kelihaian orang Aceh meracik masakan dengan penyedap dari ganja (daun, biji dan batang) membuat kuliner Aceh pernah identik dengan tanaman terlarang ini.
Menurut sejarah, tanaman ganja masuk ke wilayah Aceh sejak abad ke-19 dari India. Ketika itu, Belanda membuka perkebunan kopi di Dataran Tinggi Gayo dan menggunakan ganja sebagai obat alami untuk menghindari serangan hama pohon kopi. Sejak itu, tanaman Cannabis tumbuh dan menyebar diberbagai wilayah di Aceh.
http://devel.acehpedia.org
Hampir disetiap jengkal belantara Aceh dihiasi tanaman ganja.
Di Aceh, ganja juga sudah menjadi bagian dari hidup. Masyarakat setempat, khususnya masyarakat yang menanami ganja, dengan keterbatasan teknologi dan sejuta keterpurukan lainnya, mengolah ganja secara tradisional. Dengan pengetahuan yang ada, masyarakat daerah meramunya menjadi bahan konsumsi sehari-hari.
Hampir tak ada orang Aceh yang tak pernah mencicipinya, ada yang menikmatinya melalui rokok, bumbu dapur, dodol, campuran kopi, hingga diolah ke berbagai jenis makanan lainya, selebihnya dijual ke luar Aceh.
http://aneukagamaceh.blogspot.com/
Pada mulanya daun dan biji ganja ini dipergunakan untuk bumbu penyedap rasa bumbu masakan seperti kari kambing,rendang,mie Aceh dan sebagainya,juga dalam minmuan seperti kopi, biasanya warung-warung yang terkenal enak kopi (walaupun sebenarnya kopi Aceh sudah terkenal enaknya tapi akan lebih nikmat kalau dicampur dengan sedikit ganja...awas loh jangan kebanyakan...mabuk tanggung sendiri ) serta ada yang sedikit nakal mencampurnya kedalam makanan seperti dodol dan sebagainya dan yang lebih nakal lagi biasanya ada anak muda ( termasuk saya waktu masih SMA...he..he...) menikmatinya dengan rokok...(kalau rokok filter masih mendingan ...bayangkan kalau rokok kretek kayak dji sam soe...oooh melayang dach..awas jangan di ikuti ya soal ini dilarang oleh agama dan pemerintah )dan yang lebih parah lagi ada penduduk serta oknum ( tahu ach sapa oknumny,soalnya di Aceh banyak oknum...he..he..)yang menjadikan tanaman surga ini sebagai lahar pengraup rupiah atau lebih kerennya ladang bisnis. ( sebagian banyak yang ke tangkapa...yang pasti banyak juga yang lewat ke kota-kota tujuan karena servis nya lancar.....capeck dach )...
Di Aceh, sebagai pusat ganja sekarang, bakong ijo ini juga menjadi bagian dari hidup, tapi bukan untuk menggoda Tuhan. Masyarakat setempat, dengan keterbatasan teknologi dan sejuta keterpurukan lainnya, mengolah ganja secara tradisional. Dengan pengetahuan yang ada, masyarakat daerah ini meramunya menjadi bahan konsumsi sehari-hari.
Hampir tak ada orang Aceh yang tak pernah mencicipinya, ada yang menikmatinya via rokok ternikmat, bumbu dapur, dodol, campuran kopi, hingga diolah ke berbagai jenis makanan lainya, selebihnya dijual ke luar Aceh. Apalagi jika ada kenduri, wah, ini yang lebih dahsyat. Bagi tamu yang belum terbiasa bisa kacau, tapi kalau di Aceh umumnya sih sudah biasa. Selain memiliki keunggulan seperti ramah lingkungan, di Aceh, ganja juga digunakan sebagai tanaman pengusir hama di ladang atau kebun.
http://aceh.tribunnews.com
Soal ganja, kelak menjadi sumber pemasukan penting bagi Aceh. Perangkat Radio Perjuangan Rimba Raya ternyata dibeli dari hasil penjualan ganja dan sumbangan rakyat Aceh. Radio yang digagasi pemimpin Aceh Tgk Daud Beureueh itu mengudara persis satu hari setelah agresi militer II Belanda pada 20 Desember 1948. Sehari sebelumnya, 19 Desember 1948, Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta "padam" dari udara karena dibom Belanda. Sebahagian dana pembelian pesawat Dakota, Seulawah sumbangan rakyat Aceh, 1949, yang menjadi modal utama berdirinya Garuda Indonesia Airways berasal dari penjualan ganja. Masuk akal, ganja yang di Aceh dikenal sebagai bumbu masak-sebagaimana halnya ketumbar-masa itu memang belum menjadi "barang haram."
========================
semua berita kesannya hanya meneruskan info2 yang telah terlanjur menyebar, tanpa berusaha mencari titik terangnya...dan hanya menimbulkan kesan yang sangat negatif buat Aceh..terlebih portal-portal Aceh punya tanggung jawab untuk membenahi citra Aceh kembali.
Sebagaimana dulu Belanda berhasil memecah belah dan melemahkan pertahanan masyarakat Aceh dengan mengutus ulama palsu,,, Ganja juga pasti sebagai media buat mereka untuk melemahkan masyarakat Aceh disamping kepentingan ekonomi yang besar buat mereka.
sebagai perbandingan silahkan baca artikel ini (klik link ) :
alhamdulillah..sebagian artikel di link tersebut kini telah di hilangkan. Kita harapkan info-info yang ada nantinya tidak lagi info sembarangan yang hanya berkesan negatif buat aceh tanpa ada bukti yang jelas.
ReplyDelete