Polri Berbohong? Tukang Ojek itu Betul-betul Tewas Dibunuh
Dalam pengamatan voa-islam, terjadi kesimpang-siuran pemberitaan oleh media massa seputar jumlah yang tewas terkait insiden berdarah di Ambon, Ahad (9/11) lalu. Termasuk, apakah tukang ojek itu tewas karena murni kecelakaan atau betul-betul dianiaya. Diperlukan kejujuran dari sikap aparat untuk mengungkapkan apa yang sesungguhnya terjadi? Ini penting, agar akar masalah itu bisa diselesaikan dengan baik, tanpa harus memanipulasi fakta sesungguhnya.
Bukan rahasia umum, giliran banyak korban yang menimpa umat Islam, media massa didesak untuk tidak memperkeruh suasana. Tapi begitu korbannya menimpa umat Nasrani, media massa dan para pengamat membesar-besarkan pemberitaan dan memvonis umat Islam sebagai provokator. Sungguh sikap yang tidak fair.
Kepala Badan Intelijen Negara Sutanto maupun Menteri Koordinator Politik, Hukum & Keamanan Djoko Suyanto berharap kerusuhan di Ambon pada hari Minggu lalu tidak sampai berkembang seperti kerusuhan pada 1999. Ia berharap media massa turut memelihara situasi damai di sana dan berhati-hati dalam memberitakan pascakerusuhan di Ambon. Pasalnya, konflik antarkelompok yang terjadi di Ambon kemarin bisa membesar bahkan meluas jika pers salah menyikapi.
Menurut keterangan resmi Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam, setidaknya tiga warga tewas dalam kerusuhan di Kota Ambon, Ahad (11/9), di antaranya karena tertembak. Korban yang tewas tertembak itu adalah Sahrun Ely (22), Djefry Siahaan (tertembak di bagian perut), dan Cliford Belegur (tertembak di bagian dada sebelah kiri).
Padahal, sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, jumlah korban tewas di Ambon mencapai lima orang. Hal ini disampaikan Djoko berdasarkan laporan tertulis yang diterimanya. "Saya tidak usah bilang korban dari kelompok siapa. Sementara yang tewas ini ya lima orang itu," kata Djoko kepada para wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (12/9/2011).
Dibunuh, Bukan Kecelakaan
Mabes Polri menyatakan, berdasarkan hasil otopsi dan keterangan saksi, tewasnya tukang ojek Darmin Saiman, yang diduga menjadi pemicu kerusuhan Ambon, adalah murni kecelakaan tunggal."Hasil otopsi dari dokter dan keterangan saksi di sana bilang dia kecelakaan murni," kata Kadiv Humas Polri, Irjen (Pol) Anton Bachrul Alam.
Senada dengan statemen Kepala Bareskrim Polri, Komjen (Pol) Sutarman, kerusuhan di Ambon dipicu tewasnya seorang tukang ojek dalam kecelakaan tunggal, namun sempat dipukuli oleh sekelompok orang. Nyawanya tidak tertolong saat dilarikan ke rumah sakit. Perbedaan keyakinan antara kelompok si tukang ojek dan kelompok pemukul memicu kerusuhan makin meluas.
"Ada seorang tukang ojek yang sebenarnya kecelakaan tunggal tapi malah dipukuli kelompok tertentu, sehingga terjadi balas dendam setelah upacara pemakaman," ujar Sutarman saat hendak mengikuti rapat perihal rusuh Ambon ini di Mabes Polri, Jakarta, Minggu (11/9/2011) petang.
Sementara itu dikatakan Bernard Abdul Jabbar dari Forum Umat Islam (FUI), jumlah korban yang tewas dalam bentrokan di Ambon sebanyak 8 orang. Adapun, tukang ojek itu faktanya betul-betul dibunuh, bukan murni kecelakaan, seperti dikatakan pihak kepolisian. “Saya punya fotonya, banyak bekas tusukan, sangat jelas sekali, ada unsur penganiyaan dengan motif dibunuh,” kata Bernard yang juga aktivis Hizbut Dakwah Islam (HDI) kepada voa-islam via SMS.
Umat Islam mendesak Polisi untuk mengotopsi ulang tukang ojek yang tewas itu dengan melibatkan tim investigasi yang didalamnya terdapat perwakilan dari ormas Islam.
Besok, rencananya, Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan memanggil Kepala BIN untuk dimintai keterangannya terkait kerusuhan di Ambon, Maluku.
***
FPI: Ada keterlibatan polisi kristen ikut membantai umat islam ambon
Front Pembela Islam (FPI) menemukan fakta adanya aparat kepolisian beragama Kristen yang turut membantai umat Islam dalam kerusuhan di Ambon. FPI mendesak Kapolri memecat Kepala Brimob dan mengadili polisi yang terlibat dalam kerusuhan itu.
Laporan warga itu diaminkan oleh Front Pembela Islam (FPI). Menurut Sekjen FPI, KH Muhammad Shabri Lubis, aparat Kristen terlibat langsung dalam kerusuhan Ambon jilid II yang menewaskan umat Islam ini.
“Kita terus mengikuti perkembangan, memang kerusuhan ini sekarang meluas dan melibatkan aparat-aparat Kristen untuk ikut serta membantai umat Islam. Jadi aparat Kristen itu turun, itu temuan kita,” ujarnya kepada voa-islam.com, Senin sore, (12/9/2011).
Selain itu, FPI juga mensinyalir ada permainan kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS) di belakang tragedi Ambon berdarah itu. “Iya ini RMS yang bermain,” tegasnya.
Untuk mengantisipasi agar kerusuhan yang tak berimbang itu tidak meluas, FPI menuntut Kapolri agar menindak aparat kepolisian yang terlibat dalam pembantaian umat Islam dalam tragedi Ambon jilid II itu.
“Kita minta kepada Kapolri dan Panglima TNI untuk segera mengirimkan Polisi Militernya agar melihat di situ aparat-aparat yang terlibat dan ikut serta membantai kaum muslimin,” desak Shabri. “Mereka harus diseret ke pengadilan atau mahkamah militer dan juga kepada HAM Internasional, itu yang kita akan tuntut,” tambahnya.
FPI sangat menyayangkan aparat yang tidak profesional dalam menjalankan tugas di Ambon dengan ikut membantai kaum Muslimin.
“Tidak boleh terjadi lagi adanya aparat yang diketahui berbuat seperti itu karena mereka itu digaji, dibayar oleh Negara bukan untuk membantai umat Islam apalagi untuk pengkhianatan karena mereka itu ingin mendirikan RMS,” kecamnya.
Untuk itu, FPI mendesak Kapolri agar turun langsung ke TKP di Ambon untuk melakukan sidak dan mengusut anak prajuritnya.
“Maka dari itu kita menunggu ketegasan dari panglima TNI untuk mengusut tuntas masalah ini dan juga Kapolri untuk melihat anak buahnya di bawah,” tegas Shabri.
FPI menengarai, keterlibatan aparat dalam kerusuhan di Ambon yang menewaskan umat Islam itu mudah terjadi karena komposisi aparat Brimog yang mayoritas beragama Kristen.
“Kita juga mempertanyakan apakah normal jumlah dan komposisi Brimob yang ada di Ambon ? Sebab di situ ada Brimob bisa berjumlah lebih dari 70 persen Nasrani. Ini masuk di akal apa tidak?” tukas Shabri. “Ini jadi kesempatan mereka, bukannya melakukan penertiban malah melakukan pembantaian,” imbuhnya.
Sebagai solusi agar tidak terulang lagi pembantaian umat Islam yang dilakukan oleh aparat Kristen, FPI menuntut agar Kepala Komando Brimob dicopot, lalu komposisi anggota Brimob yang ditugaskan ke Maluku diperbaiki yang proporsional.
“Kita juga minta Kepala Komando Brimob di sana untuk diganti, dan juga jumlah komposisi anggota Brimob yang Muslim dan yang Nasrani bisa segera disesuaikan misalnya 50-50 jadi ada keadilan, jadi tidak didominasi kalau mereka memang betul-betul untuk menjaga NKRI. Tapi kalau Polisi ini memang dikuasai agen-agen Yahudi untuk melepas Indonesia melalui itu, urusan mereka,” ujar Shabri.
No comments:
Post a Comment