Jika kita melihat contoh orang-orang terdahulu, contoh para ulama salaf, barangkali kita akan tercengang. Bagaimana tidak? Sungguh menakjubkan amal yang mereka lakukan.
Semangat mereka amat luar biasa.
Kontinuitas mereka dalam beramal selalu terjaga.
Di antara buktinya adalah kisah-kisah berikut ini. :
Semangat mereka amat luar biasa.
Kontinuitas mereka dalam beramal selalu terjaga.
Di antara buktinya adalah kisah-kisah berikut ini. :
* Waki’ bin Al Jarroh rahimahullah berkata, “Al A’masy selama kurang lebih 70 tahun tidak pernah luput dari takbiratul ihrom.”
Masya Allah, lalu di manakah kita? Tatkala mendengar adzan saja tidak dipedulikan. Apalagi seringnya telat dan bahkan sering menempati shaf terbelakang.
Masya Allah, lalu di manakah kita? Tatkala mendengar adzan saja tidak dipedulikan. Apalagi seringnya telat dan bahkan sering menempati shaf terbelakang.
Al Qodhi Taqiyuddin Sulaiman bin Hamzah Al Maqdisi rahimahullah berkata, “Aku tidaklah pernah shalat fardhu sendirian kecuali dua kali. Dan ketika aku shalat sendirian, aku merasa seakan-akan aku tidak shalat.”
Lihatlah penyesalan Sulaiman bin Hamzah di atas. Ia teramat sedih luput dari shalat jama’ah.
Berbeda dengan kita yang tidak sesedih itu.
Hati terasa tenang-tenang saja (tidak ada rasa menyesal) ketika shalat di rumah.
Kalau kita teringat akan pahala shalat jama’ah yang 27 derajat lebih mulia dari shalat
sendirian, tentu kita tidak akan meninggalkannya.
Muhammad bin Sama’ah rahimahullah berkata, “Selama 40 tahun aku tidak pernah luput dari takbiratul ihram (bersama imam) walaupun sehari saja kecuali ketika ibuku meninggal dunia.”
Lihatlah Muhammad bin Sama’ah karena ada udzur saja beliau tinggalkan shalat jama’ah.
Tidak seperti kita yang selalu kemukakan beribu alasan, sibuklah, ada tugaslah, dan
alasan lainnya yang sebenarnya bukanlah udzur yang dibenarkan.
Lihatlah penyesalan Sulaiman bin Hamzah di atas. Ia teramat sedih luput dari shalat jama’ah.
Berbeda dengan kita yang tidak sesedih itu.
Hati terasa tenang-tenang saja (tidak ada rasa menyesal) ketika shalat di rumah.
Kalau kita teringat akan pahala shalat jama’ah yang 27 derajat lebih mulia dari shalat
sendirian, tentu kita tidak akan meninggalkannya.
Muhammad bin Sama’ah rahimahullah berkata, “Selama 40 tahun aku tidak pernah luput dari takbiratul ihram (bersama imam) walaupun sehari saja kecuali ketika ibuku meninggal dunia.”
Lihatlah Muhammad bin Sama’ah karena ada udzur saja beliau tinggalkan shalat jama’ah.
Tidak seperti kita yang selalu kemukakan beribu alasan, sibuklah, ada tugaslah, dan
alasan lainnya yang sebenarnya bukanlah udzur yang dibenarkan.
Dalam biografi Sa’id bin Al Musayyib rahimahullah di kitab Tahdzib At Tahdzib disebutkan, “Selama 40 tahun tidaklah dikumandangkan adzan melainkan Sa’id telah berada di masjid.”
Lihatlah semangat yang luar biasa, berusaha tepat waktu ketika shalat, berusaha ontime sebelum adzan.
Tidak seperti kita yang masih asyik-asyikkan di depan TV, yang masih asyik-asyikan bercanda dengan teman, yang lebih senang bersama dengan istri dan anak-anak. Wallahul musta’an.
www.rumaysho.com
Lihatlah semangat yang luar biasa, berusaha tepat waktu ketika shalat, berusaha ontime sebelum adzan.
Tidak seperti kita yang masih asyik-asyikkan di depan TV, yang masih asyik-asyikan bercanda dengan teman, yang lebih senang bersama dengan istri dan anak-anak. Wallahul musta’an.
www.rumaysho.com
No comments:
Post a Comment