Punya Kesempatan Membalas Makian Ahok, Wahidin Pilih Mendoakan


Wahidin Halim



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Wali Kota Tangerang, Wahidin Halim memiliki kesempatan untuk membalas perlakuan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada 2010, lalu. Saat itu, Ahok sebagai anggota Komisi II DPR memaki Wahidin yang akan menggusur bangunan yang berada di bantaran sungai Cisadane. 

Saat ini, kata Wahidin, Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta melakukan penggusuran warga Kampung Pulo dan dia sebagai pimpinan Komisi II DPR RI. Namun, dia tidak ingin membalas Ahok.

"Sebagai mantan Wali Kota Tangerang yang pernah dimaki-maki Ahok, saya tidak memaki-maki Ahok, tapi hanya berdoa semoga Ahok sadar bahwa memimpin kota dan mengurus rakyat itu tidak gampang. Terlebih ketika mengambil kebijakan yang dinilai melukai hati nurani rakyat," kata Wahidin dalam surat Hak Jawab-nya yang diterima Republika Online (ROL), Rabu (26/8).

Wahidin memuat Hak Jawab atas pemberitaan ROL pada Senin dan Selasa, 24 dan 25 Agustus 2015 yang berjudul; “Ahok Pernah Tegur Wali Kota Tangerang Karena Ingin Gusur Warga Cina Benteng” dan “Ahok Tolak Samakan Penggusuran Kampung Pulo dengan Cina Benteng.”

Wahidin menjelaskan, kebijakan penggusuran di bantaran Cisadane 2010 tidak represif, intimidatif dan tidak menimbulkan korban fisik seperti kasus Kampung Pulo. "Serta sudah sesuai dengan aturan dan tahapan yang benar," katanya. Bahkan, pemerintah membangun komunikasi yang intens sehingga warga secara sadar membongkar bangunannya dan meninggalkan lahan tersebut. 

"Karena secara nyata bangunan tersebut telah melanggar Garis Sepandan Sungai (GSS) 20 meter yang membahayakan keselamatan warga, sedangkan saat itu sedang musim hujan yang berpotensi banjir."

Karena itu, Wahidin mengecam tindakan represif aparat dalam penggusuran Kampung Pulo yang dipimpin Ahok. "Saya, baik dalam kapasitas pribadi maupun Wakil Ketua Komisi II DPR RI dengan tegas mengecam tindakan represif tersebut," katanya. 

Dia menilai, tindakan represif dalam penggusuran warga Kampung Pulo mengakibatkan bentrok fisik dan memakan korban jiwa dari warga. Wahidin mengecam tindakan itu seperti kecaman yang banyak disampaikan oleh para tokoh, organisasi, maupun warga masyarakat lainnya. "Jadi, yang saya dan masyarakat kritisi dan kecam adalah tindakan represif aparat terhadap warga." Baca: Mantan Wali Kota Tangerang Kecam Cara Ahok Gusur Kampung Pulo 

Seperti diketahui, Pemprov DKI Jakarta menertibkan pemukiman Kampung Pulo di Jakarta Timur. Alasan penggusuran Kampung Pulo merupakan bagian dari rencana pemerintah menormalisasi sungai Ciliwung. Relokasi hari pertama, Kamis (20/8), sempat berujung bentrok karena warga tidak mendapat dana hanti rugi atas bangunan mereka.

Pemerintah DKI Jakarta menargetkan penggusuran Kampung Pulo hingga 1,8 Kilometer. Namun karena tidak dapat sekali menggusur, upaya perataan akan dilakukan setiap hari.

Sejarawan Restu Gunawan juga menyebut daerah Ahok dulunya resapan air

Ahok Vs Rizal: Terungkap, Kisah Rumah Ahok yang Diributkan  


TEMPO.COJakarta - Gubernur Jakarta Basuki Tjahjana Purnama alias Ahok sewot bukan kepalang terhadap JJ Rizal, sejarawan jebolan Universitas Indonesia.

Maklum, JJ Rizal menuding kebijakan Ahok tidak humanis ketika menggusur warga Kampung Pulo pada Kamis, 20 Agustus 2015.
Dalam cuitannya, JJ Rizal mengatakan, “Kalo Ahok konsisten menggusur (warga) Kampung Pulo karena dianggap tinggal di lahan hijau/resapan, maka dia harus menggusur juga dong lingkungan rumahnya di Pantai Mutiara.” 

Pantai Mutiara merupakan lahan hasil reklamasi yang letaknnya di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. “Sejarawan gak ngerti ilmu aja, sok ngerti ilmu banjir,” katanya, Minggu, 23 Agustus 2015.  

Ahok menyarankan agar JJ Rizal datang ke Kementerian Pekerjaan Umum dan berdiskusi soal proyek antisipasi banjir Ibu Kota dengan para ahli di sana. “Datang saja ke sana, supaya pinter,” katanya.

Namun dia menolak ajakan JJ Rizal untuk berdebat soal sejarah wilayah Pluit, Pantai Mutiara, dan Pantai Indah Kapuk, kawasan hutan mangrove yang kini sudah menjadi permukiman mewah di Jakarta Utara. “Apa yang mau diperdebatkan lagi?

Nah,  siapa yang benar? Ahok atau JJ Rizal? Restu Gunawan, sejarawan yang pernah meneliti akar masalah banjir di Jakarta, punya pendapat. Penulis buku Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa ini membenarkan sinyalemen JJ Rizal bahwa daerah Teluk Gong, Pluit, Krendang, dan sekitarnya memang dulu merupakan kawasan resapan air.

Berdasarkan hasil riset itu, penjajah Belanda membuat rencana induk tata kota Batavia pada 1913.  Pada cetak biru penanganan banjir Jakarta seratus tahun yang lalu itulah pertama kalinya pintu air Manggarai-Karet menuju utara digagas. 

Namun, zaman berubah, keinginan penguasa pun turut berubah. Restu bercerita bagaimana pemerintah Orde Baru bertindak sembrono dengan mengabaikan rencana tata ruang Jakarta. 

Pada era Presiden Soeharto, keinginan para pengusaha untuk mengembangkan kawasan permukiman mewah di bibir Teluk Jakarta tak terbendung. Pembangunan masif dan reklamasi di pantai yang sebelumnya menjadi area hutan bakau pun dimulai. “Itu semua mulai terjadi pada 1990-an,” kata Restu.

Sejak saat itulah, kata Restu, problem banjir Jakarta makin runyam. “Sebenarnya, selama pembangunan di Pluit menyesuaikan dengan masterplan semula, tidak masalah. Artinya, harus tetap memperhatikan wilayah resapan,” tuturnya.

Sebagai sejarawan, Restu rupanya punya pemahaman sendiri soal prinsip dasar penanganan banjir. “Kalau rumah manusia menggusur rumah air, ya, airnya akan ngamuk. Jadi, kalau mau bangun rumah manusia, airnya dibuatkan rumah dulu.” 

DINI PARAMITA

Ahok Mengelak rumahnya disebut serapan air oleh sejarawan Jakarta, malah menuduh komplek lain

Beda Tanggapan Ahok Terhadap Kritikan JJ Rizal dan Tommy Soeharto


Gubernur DKI Jakarta Ahok.


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merelokasi kawasan pemukiman Kampung Pulo, Jakarta Timur menuai banyak kontroversi. Tak sedikit yang mendukung, namun banyak juga yang mengecam kebijakan tersebut.

Sejarawan JJ Rizal pada Kamis (20/8) menyatakan sikap gubernur Ahok dalam penertiban warga itu tidak konsisten. Menurut Rizal, bila konsisten dalam menggusur lahan hijau atau resapan air, Ahok juga harus berani menggusur lingkungan rumahnya di Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara. Kawasan Pantai Mutiara merupakan kawasan 860 hektare yang diperuntukkan bagi hutan bakau dan resapan. 

"Tapi Ahok kok malah belaga enggak tahu dan enggak berdosa tinggal di sana," ujar Rizal dalam twitter-nya @JJRizal.

Menanggapi itu, Ahok menyebut Rizal tidak mengerti apa-apa. Termasuk soal wilayah Pluit yang dimaksud. "Dia goblok, isu itu tuh adanya di Pantai Indah Kapuk (PIK). Dia nggak bisa bedain PIK dan Pluit," kata Ahok, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (21/8).

Ahok menyebut antara PIK dan Pluit berbeda jauh. Lokasi rumahnya di sekitar Muara Angke, Muara Baru yang bukan termasuk wilayah resapan air yang disebutkan Rizal.  Ia bahkan menawarkan Rizal belajar dengannya soal wilayah Pluit. "Makanya kalau mau nanya Pluit tanya gua biar agak pinter, jelas. Kasihan kalau terlalu goblok," sindirnya.

Kampung Pulo Vs Rumah Ahok : Mana yang layak di gusur

Tuding Salahi Peruntukan, Rizal: Rumah Ahok Harus Digusur


Tuding Salahi Peruntukan, Rizal: Rumah Ahok Harus Digusur


TEMPO.COJakarta - Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dituding menetapkan standar ganda dan pilih kasih. Tuduhan ini dilontarkan JJ Rizal, sejarawan yang melakukan banyak penelitian mengenai Jakarta dan Betawi.

Kepada warga Kampung Pulo, Ahok--panggilan akrab Basuki, menuduhnya melanggar aturan karena bermukim di bantaran Sungai Ciliwung. Menurut Rizal, Ahok bersikap tanpa kompromi dengan menggusur dan melakukan kekerasan di Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur.

"Rumah Ahok di Pluit juga menyalahi peruntukan, harusnya dibongkar juga," kata Rizal, Jumat, 21 Agustus 2015. Menurutnya, kompleks perumahan mewah Pluit dan Pantai Mutiara, berdiri di lahan yang peruntukannya hutan bakau dan resapan air. 

Pada tahun 1970-an dan 1980-an, kompleks perumahan itu dibangun oleh pengembang swasta. Berikutnya berdiri kompleks Pantai Indah Kapuk yang membabat hutan mangrove milik Departemen Kehutanan. Pemerintah Orde Baru yang represif memfasilitasi ekspansi bisnis perusahaan swasta itu. 

Tak hanya itu, Ahok disebut Rizal terlalu longgar mengizinkan reklamasi Teluk Jakarta yang dilakukan beberapa pengembang raksasa. Padahal, proyek itu ditengarai bakal menjadi bencana ekologis bagi Ibu Kota.

Rizal mengatakan cara Ahok menggusur warga Kampung Pulo justru menunjukkan wajah kota yang angkuh dan kasar. Lebih-lebih, pemerintah DKI seakan melihat masyarakat miskin dengan penuh prasangka. “Perspektif mereka ialah warga miskin sebagai sumber masalah dan kesemrawutan,” dia menjelaskan.

Rizal juga kecewa lantaran Ahok tak bisa mengakomodasi usulan alternatif penataan kawasan Kampung Pulo berbasis kampung susun yang disodorkan Komunitas Ciliwung Merdeka. 

Padahal, konsep itu merupakan intisari dari pemikiran ahli lintas disiplin. “Saya pikir konsep kampung susun sangat relevan untuk menciptakan lanskap permukiman yang dekat, bersahabat, dan mampu menjaga habitat sungai,” kata Rizal.

RAYMUNDUS RIKANG

Ide Jusuf Kalla di jadikan tameng penghancur ummat Islam

Masjid di Papua Dibakar, Kapolri Perintahkan Polda Turun Tangan


REPUBLIKA.CO.ID, MENTENG -- Insiden perbedaan pendapat yang berujung terbakarnya sebuah masjid di Tolariko Papua membuat Kapolri Badrodin Haiti mengerahkan personilnya di Papua untuk segera menuntaskan kasus ini. Menurut dia, Wakapolda Papua langsung turun ke lokasi kejadian.

"Wakapolda langsung saya perintahkan ke sana. Saya berharap ini tidak berkembang," ujar Badrodin saat usai mengunjungi rumah Senior PDIP, Megawati, Jumat (17/7).

Badrodin mengatakan, ia memberikan amanat kepada semua tokoh agama di sana untuk berkumpul dan membahas persoalan tersebut. Jangan sampai kesalah pahaman membuat perpecahan antar warga.

Badrodin sudah mengetahui inti persoalan terkait hal ini. Ia mengatakan, hal ini dipicu dari anggapan jemaat nasrani yang merasa terganggu dengan speaker masjid yang akan melakukan sholat ied.

Umat Nasrani mengklaim suara speaker yang dipasang di tengah lapangan menggangu ketenangan umum. Mereka meminta umat muslim untuk membubarkan kegiatan sholat ied tersebut. Hal itu berujung pada perang mulut antara kedua kubu. Kelompok nasrani kemudian melempari masjid dengan api hingga kebakar.

====================
Tren sekarang Pemimpin kita suka mengecilkan Gaung Islam di negeri ini demi Popularitas pada kaum sekuler. Bahkan mereka cenderung ikut2an program yang umat islam tidak setuju seluruhnya demi popularitas semata.

Pembakaran Mesjid dan gerakan sertifikasi imunisasi untuk SD adalah bentuk Pemimpin kita di era sekarang ini yang lemah dalam melindungi kaum muslim di negeri ini.

Pengungsi Rohingya Bersyukur Jalani Puasa di Indonesia



REPUBLIKA.CO.ID, KUALA CANGKOI -- Muhammad Yunus terdampar di kepualauan yang ada di Indonesia karena kecelakaan perahu yang dia tumpangi. Dia berlayar bersama ratusan imigran lainya yang berasal dari Rohingya.

Meskipun dalam keadaan yang sulit, dia tetap bersyukur. Diskriminasi yang diterima mereka di negara Myanmar tak lagi dirasakan pada bulan puasa ini. Sebab, dia terdampar di negara yang penduduk Muslimnya baik dan bersedia membantu para pengungsi.

"Segala puji bagi Allah, kita diselamatkan dan dibawa ke sebuah negara Muslim. Orang-orang di sini sangat baik dan telah membantu kami, mereka melihat pengungsi Rohingya sebagai saudara mereka," kata Yunus yang juga dulu pernah menjadi guru pendidikan agama, sebagaimana dilansir laman beritanews.kuwaittimes.net, Kamis (18/6).

Yunus diselamatkan di lepas pantai Aceh pada 10 Mei dengan sekitar 580 migran lainnya. Dia merasa lega telah terdampar di Indonesia, terutama saat Ramadhan. Jauh dari Myanmar yang mayoritas beragama Buddha adalah yang selalu dirindukan karena menghadapi diskriminasi dan ditolak kewarganegaraan.

Ada ribuan pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Aceh. Mereka tiba di negara Asia Tenggara pada Mei setelah tindakan keras Thai yang melakukan perdagangan penyelundupan manusia, sehingga mengakibatkan kekacauan dan memicu krisis regional.

Al Faatih Kaffah Nusantara Siap Tampung Anak-Anak Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pesantren Al Faatih Kaffah Nusantara (AFKN) Nuu Waar, Ustaz Fadlan Garamatan mengatakan jika ada yang ingin mengirimkan dan menghubungkan, pesantrennya siap untuk menampung anak-anak pengungsi Rohingya.
Tidak hanya Ronghingya, masyarakat manapun boleh datang. Bagi Fadlan, anak-anak rohingya dan lainnya yang ingin belajar di AFKN adalah bagian bersama untuk membangun masyarakat luar.
Fadlan menuturkan kalau ada pesantren di Indonesia yang ingin menampung anak-anak pengungsi Rohingya kenapa tidak. Tujuannya ingin mencerdaskan pengungsi Rohingya bahwa mereka adalah orang beriman yang diuji Allah SWT. 
Ia mengatakan ketika pengungsi Rohingya terombang-ambing di bumi karena keimanan, Allah SWT akan memberikan hadiah surga sehingga kelak mereka tidak terombang-ambing. Hari ini masyarakat dunia tengah melihat pengungsi Rohingya terombang-ambing, tetapi Allah SWT tidak. Ini ujian yang diberikan Allah SWT kepada hambah-Nya. 

Kisah Heroik Penyelamatan Rohingya: Allahu Akbar, Allahu Akbar !


Kisah Heroik Penyelamatan Rohingya: Allahu Akbar, Allahu Akbar

"Saat kami tolong mereka, tak ada di hati selain iba. Saya membayangkan saat itu, seandainya mereka itu adalah kami, tentu kami saat itu akan sangat berharap pertolongan dari siapa pun," kata Adenan.
Dream - Ini kisah heroik penyelamatan para manusia perahu dari Myanmar dan Bangladesh oleh nelayan Aceh pada Jumat 15 Mei silam. Kala itu, ada enam nelayan Aceh yang memberi pertolongan kepada para pengungsi yang terapung-apung di lautan. Salah satunya, kapal yang dinahkodai oleh Muhammad Adenan.
"Kami baru melaut satu hari, saat menemukan orang-orang asing itu," ungkap Adenan sebagaimana dikutip Dream dari laman Aksi Cepat Tanggap (ACT), Kamis 21 Mei 2015.
Biasanya, tambah dia, kapal berada di laut 5 sampai 6 hari. Kapal yang dipimpin Adenan membawa 40 anak buah kapal (ABK). Mereka memutuskan untuk mengevakuasi para manusia perahu asal Myanmar dan Bangladesh itu. Keputusan dilakukan usai saling kontak antarnelayan via radio dan diminta saling merapat.
"Kami ikut mendekat ke lokasi di mana orang-orang itu berada," tutur bapak enam anak ini. Kapal Adenan adalah kapal terakhir yang mengangkut sisa pengungsi. Jumlahnya 45 orang. "Lima kapal yang lain sudah di depan kami," tambah Adenan.
Saat kapal nelayan dan pengungsi saling mendekat, beberapa pengungsi langsung terjun ke laut untuk mendekat ke kapal Adenan. Tak hanya laki-laki, ada juga perempuan yang nekat terjun berenang mendekati kapalnya. Jarak kapal Adenan dan kapal para pengungsi itu sekitar 30-40 meter. Para pengungsi itu berteriak-teriak, "Allahu akbar, Allahu akbar!"
Didorong rasa iba, Adenan dan kawan-kawannya segera lebih mendekat, untuk mencegah mereka terjun ke laut. "Saat kami menolong mereka, tak ada di hati kecuali rasa iba. Saya membayangkan saat itu, seandainya mereka itu adalah kami, tentu kami saat itu akan sangat berharap pertolongan dari siapapun," tutur Adenan.
"Apa salah mereka? Dan mengapa mereka seolah-olah tak boleh kita tolong?" jawab Adenan ketika ditanya keputusan mereka untuk melakukan penyelamatan.
Kapal saling merapat. Para pengungsi itu berpindah kapal. Mereka langsung duduk di dek dan sebagian, mungkin karena kelelahan, langsung berbaring. Sebagian laki-laki terlihat luka-luka yang masih setengah kering. Ada luka di lengan, punggung, kaki, dan kepala.
Adenan mengatakan karena masalah bahasa, ABK kapal tak banyak bicara dengan pengungsi. "Yang kami lakukan segera mengeluarkan makanan dan air bekal kami mencari ikan untuk sepekan, yang masih banyak, karena kami baru berada di atas laut sehari semalam," tutur dia.
Adenan mengaku makin trenyuh saat melihat para pengungsi itu makan dengan lahap. Mereka nampak sama sekali tak mampu menyembunyikan rasa lapar dan haus mereka. "Bahkan saat kami baru mau selesai menaruh makanan ke piring, mereka langsung menyambarnya," ungkap Adenan.
Melihat semua itu, Adenan menjadi lega. "Hati saya lega, bisa menolong orang kesusahan. Mereka berada di laut sama seperti kami. Mereka manusia, sama seperti kami," kata Adenan.
Adenan dan kawan-kawannya tak menyesal, meski kapal mereka sempat ta bisa melaut karena kapal mereka sempat ditahan aparat karena keputusan menolong manusia perahu itu. Kesempatan itu digunakan untuk mengecat kapal milik bosnya. "Mungkin karena kami masih dibutuhkan katerangannya kali," ujar Adenan. (Sumber: ACT

sumber :
http://www.dream.co.id/news/kisah-heroik-penyelamatan-rohingya-allahu-akbar-allahu-akbar-150521a.html

Pelarangan Jilbab TNI Vs Naskah Pidato Bung Tomo

Berikut ini Naskah Pidato Bung Tomo 10 November 1945

Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya
kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini
tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua
kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang
mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan
mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih
tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara 
di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya
pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung
telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol
telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana
hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini
maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran
tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya
Saudara-saudara kita semuanya
kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara inggris itu
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini
dengarkanlah ini tentara inggris
ini jawaban kita
ini jawaban rakyat Surabaya
ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian
hai tentara inggris
kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu
kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu
kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita
untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada
tetapi inilah jawaban kita:
selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itu kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang
yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!