Para Pembela Ahmadiyah "Bejibun dan Ngawur"

oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede adalah penulis buku Ummat Dikepung Maksiat, Politik Kotor dan Sesat

Pasca kerusuhan Cikeusik, Pandeglang, Banten, 6 Februari 2011, yang menewaskan tiga jemaat Ahmadiyah, ada sejumlah (banyak, bejibun) pembela aliran sesat Ahmadiyah berkomentar di berbagai media massa. Yang menarik, dari sekian banyak para pembela Ahmadiyah ini, ada satu keluarga anak-beranak yang terlihat konsisten dan setia menjadi pembela Ahmadiyah, meski aliran ini sudah pernah dinyatakan sesat oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan Bahtsul Matsail NU (Nahdlatul Ulama).

Anak-beranak yang setia membela aliran sesat Ahmadiyah ini adalah keluarga mendiang Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Selain Gus Dur dan istrinya (Shinta Nuriyah), ternyata-anak-anak mereka juga pembela Ahmadiyah. Sebagaimana bisa ditemukan pada berbagai media terbitan 4 Mei 2008, mendiang Gus Dur pernah ditanya sejumlah wartawan mengapa ia membela Ahmadiyah? Ketika itu Gus Dur mengatakan, “…karena mereka kaum minoritas yang perlu dilindungi dan saya tidak peduli mengenai ajarannya…” (lihat tulisan berjudul “Gus Dur Bela Ahmadiyah Berdalih karena Minoritas” di nahimunkar.com edisi May 8, 2008 1:10 am).

Begitu juga dengan istri Gus Dur, Shinta Nuriyah, pernah memberikan pembelaan terhadap Ahmadiyah. Pada satu kesempatan, ia pernah mengatakan, “…keyakinan penganut Ahmadiyah yang memposisikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, merupakan bagian dari kebebasan berkeyakinan dan berekspresi…” (lihat tulisan berjudul Bangsa Banyak Bicara (B3) di nahimunkar,com edisi October 3, 2010 9:35 pm). http://www.nahimunkar.com/bangsa-banyak-bicara-b3/#more-3448

Paham sejenis juga dianut putri kedua Gus Dur, Yeni Wahid, yang pernah mengatakan, “… saya juga tidak terlalu tahu akidah mereka (maksudnya ahmadiyah-red nahimunkar) seperti apa, tapi bahwa mereka berhak meyakini keyakinan mereka. Dan kita tidak bisa paksakan keyakinan kita pada mereka…” (detiknews edisi Jumat, 17/09/2010 03:54 WIB).

Sehari pasca kerusuhan di Cikeusik, putri tertua Gus Dur, Alissa Wahid, menyampaikan orasi keprihatinan di Tugu Yogya, pada hari Senin malam tanggal 7 Februari 2011. Alissa mengatakan, “…Kita orang Indonesia, seharusnya kita saling membantu, bukan saling membunuh. Kebangsaan kita saat ini sedang digoyah…”

Sebuah orasi yang terkesan indah, namun hampa, seperti popcorn (jagung goreng yang mengembang). Disebut demikian, karena bentrokan antara warga Cikeusik dengan jemaat Ahmadiyah, berkaitan dengan akidah. Bukan kebangsaan. Bila umat Islam yang sedang mempertahankan akidahnya disebut kebangsaannya sedang goyah, itu sama dengan asma (asal mangap), mengada-ada. Meski jemaat Ahmadiyah digolongkan sesat, mereka tetap diakui sebagai bangsa Indonesia, sebagai rakyat Indonesia.

Dalam hal “… saling membantu, bukan saling membunuh…” Alissa juga salah cara berfikirnya. Bagaimana mungkin umat Islam Indonesia, setidaknya yang berada di Cikeusik, mau saling bantu dengan jemaat Ahmadiyah yang justru punya tujuan merusak akidah umat Islam. Apalagi, jemaat Ahmadiyah justru merasa benar, dan berusaha meyakinkan sekitarnya untuk menerima ‘kebenaran’ yang mereka yakini.

Bila Alissa Wahid diajak manggung oleh Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai (AJI Damai), Inayah Wahid sang adik, diajak manggung oleh Jaringan Aktivis Perempuan dan Aktivis HAM untuk Demokrasi, pada hari yang sama (Senin pagi tanggal 7 Februari 2011), di depan Istana Negara, Jakarta. Inayah antara lain mengatakan, “…Pemerintah Indonesia seharusnya kembali memaknai semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung nilai keberagaman, sehingga insiden penyerbuan terhadap warga Ahmadiyah beberapa waktu lalu tidak terjadi…”

Kakak-beradik ini rupanya sama-sama ora mudheng (tidak faham persoalan), bahwa kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah akarnya bukan ketidakmampuan menerima keragaman. Tetapi, karena Ahmadiyah mencederai akidah umat Islam. Ahmadiyah memaksakan pemahamannya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi sesudah kenabian Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Paham punya nabi sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. itu jelas bertentangan dengan Islam.

Bahkan, kelompok Ahmadiyah ini bercita-cita menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penganut paham sesat Ahmadiyah terbesar di dunia. Cita-cita itulah yang membuat mereka militan. Dalam kasus Cikeusik, jemaat Ahmadiyah yang hanya berjumlah 25 orang, tentu tidak akan diusik bila mereka tidak melakukan upaya-upaya menyebarkan paham sesat Ahmadiyah kepada lingkungan sekitarnya.

Yang jadi pertanyaan, mengapa jemaat Ahmadiyah yang sedikit itu punya keberanian menyebarkan paham sesatnya? Padahal, tindakan itu tidak dibenarkan dan bertentangan dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) yang ditandatangani Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung, yang diterbitkan pada hari Senin tanggal 9 Juni 2008.

SKB No 3/2008, KEP-033/A/JA/6/2008, dan No 199/2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat, selengapnya berisi:

        
  1. Memberi peringatan dan memerintahkan warga masyarakat untuk tidak menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan keagamaan dari agama itu yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran itu.
  2.     
  3. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus JAI sepanjang mengaku beragama Islam untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam, yaitu penyebaran paham yang mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad SAW.
  4.     
  5. Penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus JAI yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu dan diktum kedua dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk organisasi dan badan hukumnya.
  6.     
  7. Memberi peringatan dan memerintahkan warga masyarakat untuk menjaga dan memelihara kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban kehidupan bermasyarakat dengan tidak melakukan perbuatan dan/atau tindakan melawan hukum terhadap penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus JAI.
  8.     
  9. Warga masyarakat yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu dan diktum keempat dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
  10.     
  11. Memerintahkan aparat pemerintah dan pemerintah daerah melakukan langkah-langkah pembinaan dalam rangka pengamanan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan Bersama ini.

Masalahnya, bukan hanya jemaat Ahmadiyah yang membandel, tetapi pihak pemerintah juga tidak tegas. Seharusnya, sudah sejak kemarin-kemarin Ahmadiyah dibubarkan. Menteri Agama Suryadharma Ali usai mengikuti rapat gabungan pemerintah dan DPR tentang ormas di Gedung DPR, Senayan, hari Senin tanggal 30 Agustus 2010 lalu, pernah mengatakan: “Ahmadiyah itu seharusnya dibubarkan. Kalau tidak dibubarkan permasalahannya akan terus berkembang.”

Sehari kemudian, 31 Agustus 2010, usai mengikuti buka bersama Wakil Presiden Boediono dengan para ulama di Kediaman Dinas Wapres, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Suryadharma Ali kembali menegaskan: “Jadi sekali lagi, ini harus diselesaikan. Kalau dibiarkan ini me-maintenance masalah. Ini setiap hari, setiap minggu, potensi konflik terus ada gitu, lho. Kalau ini tidak diselesaikan, kita khawatir eskalasinya makin meningkat dan pada akhirnya keadaannya makin buruk.”

Dimanfaatkan untuk menutupi kasus yang lebih besar?
Faktanya, hingga enam bulan kemudian, posisi Ahmadiyah tetap menggantung. Padahal, umat Islam sudah seperti hilang kesabaran menanti realisasi dibubarkannya aliran dan paham sesat Ahmadiyah. Seperti ada politik pembiaran terhadap kasus ini, yang sewaktu-waktu akan dimanfaatkan untuk menutupi kasus yang lebih besar, misalnya kasus mafia pajak. Barangkali, itulah yang terjadi pada kasus Cikeusik, Pandeglang, Banten, pada tanggal 6 Februari 2011 lalu.

Ketika perhatian sedang tercurah kepada kasus Cikeusik, tiba-tiba Buyung Nasution yang selama ini menjadi pengacara Gayus Tambunan, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pengacara Gayus sejak 7 Februari 2011. Keputusan itu disampaikan Buyung pada 8 Februari 2011, dalam sebuah jumpa pers di Menara Global, Jl Gatot Subroto, Jakarta.

Jangan lupa, selain nama Adnan Buyung Nasution tercantum dalam iklan AKKBB Mei-Juni 2008, ia juga pembela Ahmadiyah (lihat tulisan berjudul Adnan Buyung Bela Ahmadiyah Mewakili Siapa? di nahimunkar.com edisi May 9, 2008 5:19 am).http://www.nahimunkar.com/adnan-buyung-bela-ahmadiyah-mewakili-siapa/#more-59. Menurut Buyung, ia mundur karena Gayus sudah memakai jasa pengacara lain (Hotma Sitompoel), dan mengubah haluan soal mafia pajak dan mafia hukum.

Menurut Buyung, Gayus yang semula menyudutkan perusahaan Bakrie terkait pajak, kini berbalik arah. Bahkan Gayus berani mengatakan, nama Bakrie ia kait-kaitkan karena diarahkah oleh Denny Indrayana. Jika semula Gayus terkait dengan 149 perusahaan yang laporan pajaknya ia rekayasa, kini arahnya berbalik yaitu Gayus sama sekali tidak ada kaitannya dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

Jangan juga dilupakan, bahwa Hotma Sitompoel selama ini adalah anak emas Buyung Nasution. Kedekatan mereka sudah terjalin sejak keduanya aktif di Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Kalau saat ini terkesan keduanya seperti berseberangan, apakah punya makna tersembunyi?

Para pembela Ahmadiyah pasca kerusuhan Cikeusik, bagai sekawanan laron yang menyerbu cahaya usai hujan petang hari. Mereka antara lain Anick H. Tohari. Menurut Anick, negara gamang dalam menangani kasus Cikeusik ini secara tuntas. Anick juga berpendapat, negara tidak berhak membuat penafsiran suatu agama. Pendapat itu terkesan gagah, tapi ngawur. Karena, kesesatan Ahmadiyah bukanlah produk penafsiran negara, tetapi merujuk kepada akidah baku umat Islam yang dilandaskan pada Al-Qur’an yang kemudian diikuti oleh para ulama shalih.

Selain Anick, yang juga tercantum namanya dalam iklan AKKBB adalah Eva Kusuma Sundari dari PDIP. Menurut Eva, pemerintah telah gagal menjamin kebebasan warga negara dalam memeluk agama dan melaksanakan ibadah. Pendapat itu dikemukakan Eva terkait insiden penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten.

Pendapat tersebut juga terkesan gagah dan humanis, namun ya ngawur juga. Karena, masalahnya bukan pada memeluk (memilih) agama dan melaksanakan ibadah, tetapi kepada adanya keyakinan (akidah) yang bertentangan dan dipaksakan untuk diterima sebagai kebenaran, padahal bathil. Menurut Akil Mochtar (hakim konstitusi), “Keyakinan itu tidak dilarang. Konstitusi mengaturnya secara tegas, memberikan jaminan atas kebebasan berkeyakinan. Namun, ketika keyakinan tersebut telah menyinggung keyakinan orang lain, maka itu harus dibatasi.”

Dalam hal ini, Ahmadiyah tidak mau dibatasi. Mereka maunya disamakan, dibebaskan dengan kebathilannya, dan dibebaskan merusak akidah umat Islam. Sikap bathil ini ternyata didukung oleh laron-laron AKKBB yang neo-sinkretis. Salah satu laron itu adalah Qasim Mathar, Guru Besar UIN Alauddin Makassar.

Qasim Mathar selaku jurubicara Forum Masyarakat Sulawesi Selatan (FMS) yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas agama, akademisi dan aktivis organisasi non pemerintah, meminta pemerintah merevisi SKB 3 Menteri. Alasannya, SKB tersebut telah menjadi penyebab terjadinya sejumlah tindak kekerasan dan dijadikan dasar bertindak untuk menyerang kelompok Ahmadiyah.

Pandangan itu jelas mengada-ada dan tidak sesuai kenyataan. Karena, SKB itu justru bagai macan ompong yang tidak bisa menghentikan perusakan akidah yang sedang dijalankan Ahmadiyah. Kalau toh mau direvisi, SKB itu perlu diperkuat dan dipertegas, sehingga penyebaran paham sesat Ahmadiyah bisa berhenti, dan umat Islam tidak lagi direpotkan dengan ulah mereka. Barulah kita bisa berharap potensi konflik bisa diakhiri.

Sekedar mengingatkan, pada harian Media Indonesia edisi 26 Mei 2008 (hal. 13), pernah terpampang ratusan nama pendukung AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan), sebagai berikut:

        
  • A. Mubarik Ahmad
  •     
  • A. RAHMAN TOLLENG
  •     
  • A. Sarjono
  •     
  • A. Suti Rahayu
  •     
  • A. SYAFII MAARIF
  •     
  • AA GN Ari Dwipayana
  •     
  • Aan Anshori
  •     
  • Abdul Moqsith Ghazali
  •     
  • Abdul Munir Mulkhan
  •     
  • Abdul Qodir Agil
  •     
  • Abdur Rozaki
  •     
  • Acep Zamzam Nur
  •     
  • Achmad Chodjim
  •     
  • Achmad Munjid
  •     
  • Ade Armando
  •     
  • Ade Rostina Sitompul
  •     
  • Adi Wicaksono
  •     
  • ADNAN BUYUNG NASUTION
  •     
  • Agnes Karyati
  •     
  • Agus Hamonangan
  •     
  • Agustinus
  •     
  • Ahmad Baso
  •     
  • Ahmad Fuad Fanani
  •     
  • Ahmad Nurcholish
  •     
  • Ahmad Sahal
  •     
  • Ahmad Suaedi
  •     
  • Ahmad Taufik
  •     
  • Ahmad Tohari
  •     
  • Akmal Nasery Basral
  •     
  • Alamsyah M. Dja’far
  •     
  • Albait Simbolon
  •     
  • Albertus Patty
  •     
  • Amanda Suharnoko
  •     
  • AMIEN RAIS
  •     
  • Ana Lucia
  •     
  • Ana Situngkir
  •     
  • Anak Agung Aryawan
  •     
  • ANAND KRISHNA
  •     
  • Andar Nubowo
  •     
  • Andreas Harsono
  •     
  • Andreas Selpa
  •     
  • Anick H. Tohari
  •     
  • Antonius Nanang E.P.
  •     
  • Ari A. Perdana
  •     
  • Arianto Patunru
  •     
  • ARIEF BUDIMAN
  •     
  • Arif Zulkifli
  •     
  • Asep Mr.
  •     
  • Asfinawati
  •     
  • Asman Aziz
  •     
  • ASMARA NABABAN
  •     
  • Atika Makarim
  •     
  • Atnike Nova Sigiro
  •     
  • Ayu Utami
  •     
  • AZYUMARDI AZRA
  •     
  • Bachtiar Effendy
  •     
  • Benny Susetyo, SJ
  •     
  • Bivitri Susanti
  •     
  • Bonnie Tryana
  •     
  • BR. Indra Udayana
  •     
  • Budi Purwanto
  •     
  • Butet Kertaredjasa
  •     
  • CHRISTIANTO WIBISONO
  •     
  • Christina Sudadi
  •     
  • Cosmas Heronimus
  •     
  • Daddy H. Gunawan
  •     
  • Daniel Dhakidae
  •     
  • Daniel Hutagalung
  •     
  • Djaposman S
  •     
  • DJOHAN EFFENDI
  •     
  • Doni Gahral Adian
  •     
  • Donny Danardono
  •     
  • Eep Saefulloh Fatah
  •     
  • Eka Budianta
  •     
  • Eko Abadi Prananto
  •     
  • Elga J. Sarapung
  •     
  • Elizabeth Repelita
  •     
  • Elza Taher
  •     
  • Endo Suanda
  •     
  • Erik Prasetya
  •     
  • EVA SUNDARI
  •     
  • F. Wartoyo
  •     
  • Fadjroel Rahman
  •     
  • Fajrime A. Goffar
  •     
  • Farid Ari Fandi
  •     
  • Fenta Peturun
  •     
  • FIKRI JUFRI
  •     
  • Franky Tampubolon
  •     
  • Gabriella Dian Widya
  •     
  • Gadis Arivia
  •     
  • Garin Nugroho
  •     
  • Geovanni C.
  •     
  • Ging Ginanjar
  •     
  • GOENAWAN MOHAMAD
  •     
  • Gomar Gultom
  •     
  • Gus TF Sakai
  •     
  • Gustaf Dupe
  •     
  • GUSTI RATU HEMAS
  •     
  • Hadi Nitihardjo
  •     
  • Hamid Basyaib
  •     
  • Hamim Enha
  •     
  • Hamim Ilyas
  •     
  • Hamka Haq
  •     
  • Haryo Sasongko
  •     
  • Hasif Amini
  •     
  • Hendardi
  •     
  • Hendrik Bolitobi
  •     
  • Herman S. Endro
  •     
  • Heru Hendratmoko
  •     
  • HS DILLON
  •     
  • I Gede Natih
  •     
  • ICHLASUL AMAL
  •     
  • Ifdal Kasim
  •     
  • Ihsan Ali-Fauzi
  •     
  • Ika Ardina
  •     
  • Ikravany Hilman
  •     
  • Imam Muhtarom
  •     
  • Ilma Sovri Yanti
  •     
  • Imadun Rahmad
  •     
  • Indra J. Piliang
  •     
  • Isfahani
  •     
  • J. Eddy Juwono
  •     
  • Jacky Manuputty
  •     
  • Jaduk Feriyanto
  •     
  • Jajang Pamuntjak
  •     
  • Jajat Burhanudin
  •     
  • Jaman Manik
  •     
  • Jeffri Geovanie
  •     
  • Jeirry Sumampow
  •     
  • JN. Hariyanto, SJ
  •     
  • Johnson Panjaitan
  •     
  • JORGA IBRAHIM
  •     
  • Josef Christofel Nalenan
  •     
  • Joseph Santoso
  •     
  • Judo Puwowidagdo
  •     
  • JULIA SURYAKUSUMA
  •     
  • Jumarsih
  •     
  • Kadek Krishna Adidarma
  •     
  • Kartini
  •     
  • Kartono Mohamad
  •     
  • Kautsar Azhari Noer
  •     
  • KEMALA CHANDRA KIRANA
  •     
  • KH. ABDUD TAWWAB
  •     
  • KH. ABDUL A’LA
  •     
  • KH. ABDUL MUHAIMIN
  •     
  • KH. ABDURRAHMAN WAHID
  •     
  • KH. HUSEIN MUHAMMAD
  •     
  • KH. IMAM GHAZALI SAID
  •     
  • KH. M. IMANUL HAQ FAQIH
  •     
  • KH. MUSTOFA BISRI
  •     
  • KH. NURIL ARIFIN
  •     
  • KH. NURUDIN AMIN
  •     
  • KH. RAFE’I ALI
  •     
  • KH. SYARIF USMAN YAHYA
  •     
  • Kristanto Hartadi
  •     
  • L. Ani Widianingtias
  •     
  • Laksmi Pamuntjak
  •     
  • Lasmaida S.P.
  •     
  • Leo Hermanto
  •     
  • LIES MARCOES-NATSIR
  •     
  • Lily Zakiyah Munir
  •     
  • LIN CHE WEI
  •     
  • Lisabona Rahman
  •     
  • Luthfie Assyaukanie
  •     
  • M. Chatib Bisri
  •     
  • M. DAWAM RAHARDJO
  •     
  • M. Guntur Romli
  •     
  • M. Subhan Zamzami
  •     
  • M. Subhi Azhari
  •     
  • M. Syafi’i Anwar
  •     
  • Marco Kusumawijaya
  •     
  • Maria Astridina
  •     
  • Maria Ulfah Anshor
  •     
  • Mariana Amirudin
  •     
  • MARSILAM SIMANJUNTAK
  •     
  • Martin L. Sinaga
  •     
  • Martinus Tua Situngkir
  •     
  • Marzuki Rais
  •     
  • Masykurudin Hafidz
  •     
  • MF. Nurhuda Y
  •     
  • Mira Lesmana
  •     
  • MOCHTAR PABOTTINGI
  •     
  • MOESLIM ABDURRAHMAN
  •     
  • Moh. Monib
  •     
  • Mohammad Imam Aziz
  •     
  • Mohtar Mas’oed
  •     
  • Monica Tanuhandaru
  •     
  • Muhammad Kodim
  •     
  • Muhammad Mawhiburrahman
  •     
  • Mulyadi Wahyono
  •     
  • MUSDAH MULIA
  •     
  • Nathanael Gratias
  •     
  • Neng Dara Affiah
  •     
  • Nia Sjarifuddin
  •     
  • Nirwan Dewanto
  •     
  • Noldy Manueke
  •     
  • Nong Darol Mahmada
  •     
  • NONO ANWAR MAKARIM
  •     
  • Noorhalis Majid
  •     
  • Novriantoni
  •     
  • Nugroho Dewanto
  •     
  • Nukila Amal
  •     
  • Nur Iman Subono
  •     
  • Pangeran Djatikusumah
  •     
  • Panji Wibowo
  •     
  • Patra M. Zein
  •     
  • Permadi
  •     
  • Pius M. Sumaktoyo
  •     
  • Putu Wijaya
  •     
  • Qasim Mathar
  •     
  • R. Muhammad Mihradi
  •     
  • R. Purba
  •     
  • Rachland Nashidik
  •     
  • Rafendi Djamil
  •     
  • Raharja Waluya Jati
  •     
  • Raja Juli Antoni
  •     
  • Rasdin Marbun
  •     
  • RATNA SARUMPAET
  •     
  • Rayya Makarim
  •     
  • Richard Oh
  •     
  • Rieke Dyah Pitaloka
  •     
  • RIZAL MALARANGENG
  •     
  • Robby Kurniawan
  •     
  • Robertus Robett
  •     
  • Rocky Gerung
  •     
  • Rosensi
  •     
  • Roslin Marbun
  •     
  • Rumadi
  •     
  • Saiful Mujani
  •     
  • Saleh Hasan Syueb
  •     
  • Sandra Hamid
  •     
  • Santi Nuri Dharmawan
  •     
  • Santoso
  •     
  • Saor Siagian
  •     
  • Sapardi Djoko Damono
  •     
  • Sapariah Saturi Harsono
  •     
  • SAPARINAH SADLI
  •     
  • Saras Dewi
  •     
  • Save Degun
  •     
  • SHINTA NURIYAH WAHID
  •     
  • Sijo Sudarsono
  •     
  • Sitok Srengenge
  •     
  • Slamet Gundoro
  •     
  • Sondang
  •     
  • Sri Malela Mahargasari
  •     
  • St. Sunardi
  •     
  • Stanley Adi Prasetyo
  •     
  • Stanley R. Rambitan
  •     
  • Sudarto
  •     
  • Suryadi Radjab
  •     
  • SUSANTO PUDJOMARTONO
  •     
  • Syafiq Hasyim
  •     
  • Syamsurizal Panggabean
  •     
  • Sylvana Ranti-Apituley
  •     
  • Sylvia Tiwon
  •     
  • Tan Lioe Ie
  •     
  • Tatik Krisnawaty
  •     
  • TAUFIK ABDULLAH
  •     
  • Taufik Adnan Amal
  •     
  • TGH Imran Anwar
  •     
  • TGH Subki Sasaki
  •     
  • Tjiu Hwa Jioe
  •     
  • Tjutje Mansuela H.
  •     
  • TODUNG MULYA LUBIS
  •     
  • Tommy Singh
  •     
  • Toriq Hadad
  •     
  • Tri Agus S. Siswowiharjo
  •     
  • Trisno S. Sutanto
  •     
  • Uli Parulian Sihombing
  •     
  • ULIL ABSHAR-ABDALLA
  •     
  • Usman Hamid
  •     
  • Utomo Dananjaya
  •     
  • Victor Siagian
  •     
  • Vincentius Tony V.V.Z
  •     
  • Wahyu Andre Maryono
  •     
  • Wahyu Effendi
  •     
  • Wahyu Kurnia I
  •     
  • Wardah Hafiz
  •     
  • Wiwin Siti Aminah Rohmawati
  •     
  • WS RENDRA
  •     
  • Wuri Handayani
  •     
  • Yanti Muchtar
  •     
  • Yayah Nurmaliah
  •     
  • Yenni Rosa Damayanti
  •     
  • YENNY ZANNUBA WAHID
  •     
  • Yohanes Sulaiman
  •     
  • Yosef Adventus Febri P.
  •     
  • Yosef Krismantoyo
  •     
  • Yudi Latif
  •     
  • Yuyun Rindiastuti
  •     
  • Zacky Khairul Umam
  •     
  • Zaim Rofiqi
  •     
  • Zen Hae
  •     
  • Zainun Kamal
  •     
  • Zakky Mubarok
  •     
  • Zuhairi Misrawi
  •     
  • Zulkifli Lubis
  •     
  • Zuly Qodir

Membela Aliran Sesat dan Memprovokasi
Masih banyak laron-laron AKKBB yang berkomentar di berbagai media cetak dan elektronik. Posisi mereka sangat jelas, yaitu memprovokasi rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk terus memelihara konflik horizontal dengan Ahmadiyah. Provokasi yang mereka lakukan memang licik, yaitu dengan memposisikan Ahmadiyah sebagai pihak yang benar dan teraniaya, padahal penyebaran paham sesat Ahmadiyah bertentangan dengan SKB dan akidah umat Islam. Sementara itu, pihak lain mereka posisikan sebagai pelaku kekerasan, anarkis dan mau memang sendiri.

Akibatnya, pihak Ahmadiyah semakin percaya diri dan arogan dengan kebathilannya, sehingga semakin berani melawan umat Islam. Sementara itu, umat Islam kian merasa terdzalimi. Perasaan terdzalimi ini tentu membangun potensi balas dendam. Kalau potensi ini kemudian diprovokasi oleh kekuatan dari luar, konflik horizontal alias anarkisme tinggal menunggu waktu.

Apalagi, bila kerusuhan itu memang dirancang sebagaimana kecurigaan sementara orang terkait beredarnya video aksi kekerasan massa di Cikeusik yang diunggah Andreas Harsono di Youtube. Namun siapa sesunguhnya yang merekam kejadian itu? Yang jelas, pelaku perekaman berada di posisi Ahmadiyah, dan ia begitu leluasa bergerak di tengah-tengah konflik yang menewaskan tiga nyawa jemaat Ahmadiyah itu.

Susahnya Menelusuri Pengupload Video Tragedi Ahmadiyah di Youtube
Anwar Khumaini – detikNews

Kamis, 10/02/2011 07:05 WIB

Jakarta - Tak lama setelah terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh massa terhadap warga Ahmadiyah Cikeusik, Pandeglang, Banten, muncul video tentang aksi kekerasan massa tersebut di Youtube. Video itu pun banyak diunduh. Namun tak lama kemudian, video itu pun diblokir.

Sebenarnya, siapakah orang yang mengupload video berdurasi 1.06 menit tersebut? Menurut kabar, sang pengupload bernama Andreas Harsono. Namun saat dikonfirmasi detikcom, Andreas menolak untuk menjawab. Menurutnya, ada timnya yang bertugas khusus untuk menjawab pertanyaan ini.

"Ada tim saya bernama Elin yang akan menjawabnya," kata Andreas singkat kepada detikcom via telepon, Rabu (9/2/2011) malam.

Anderas kemudian meminta detikcom untuk meneleponnya kembali 2 menit kemudian. Namun saat ditelepon kembali, Andreas tidak mengangkat teleponnya. Baru setelah di-SMS, Andreas membalasnya.

Dalam balasannya tersebut, Andreas kemudian memberikan nomor Elin yang dia maksud. Namun ternyata nama lengkap orang yang dimaksud adalah Elaine Pearson, yang saat ini berada di Perth, Australia. Selain meminta menghubungi Elaine, Andreas juga meminta agar detikcom menghubungi Brad Adams yang saat ini berada di London.

"Elaine saat ini mungkin sudah tidur, tapi coba SMS nanti dia akan menelepon," kata Andreas.

Namun hingga saat ini detikcom belum berhasil menghubungi kedua nomor tersebut.

Dari video yang ditonton detikcom, Senin (7/2/2011) lalu, tampak beberapa orang dari massa yang beringas itu menimpuki dua pemuda yang sudah tidak berdaya itu dengan batu, bambu, dan kayu. Tampak seorang pemuda berjaket biru memukul dengan bambu tanpa henti. Sementara pemuda lainnya ikut memukul bertubi-tubi.

Salah satu pemuda yang nyaris telanjang tampak sudah tidak bergerak. Kemungkinan, pemuda yang hanya memakai celana dalam itu sudah tewas. Tubuhnya penuh dengan luka dan berdarah-darah. Sementara satu pemuda lainnya yang menjadi amukan massa tampak terus dipukuli. Pemuda itu tampak tidur tengkurap dan tidak bergerak.

Sementara itu, kerumunan massa yang mengitari dua pemuda yang kondisinya sangat mengenaskan itu terus meneriakkan takbir. Bahkan beberapa di antara mereka tampak asyik merekam kejadian itu melalui ponselnya. (anw/nvc)

(http://www.detiknews.com/read/2011/02/10/070526/1568194/10/susahnya-menelusuri-pengupload-video-tragedi-ahmadiyah-di-youtube)

Sikap Menteri Agama Berobah
Kecurigaan sebagian masyarakat terhadap adanya rekayasa dalam kasus Cikeusik ini semakin menajam ketika merasakan adanya perobahan sikap dari Menteri Agama. Enam bulan lalu, Menteri Agama Suryadhama Ali melalui pernyataannya di berbagai media terkesan begitu fokus dan antusias bahwa aliran dan paham sesat Ahmadiyah akan dibubarkan setelah Lebaran (Idul Fitri 1431 H). Namun kini, pasca kasus Cikeusik, tidak fokus dan tidak antusias lagi. Siapa menekan Menteri Agama?

Dalam rapat bersama antara anggota DPR RI dengan Menteri Agama dan Kapolri, 09 Februari 2011, Suryadharma menawarkan 4 alternatif. Pertama, Ahmadiyah membuat sekte sendiri di luar Islam. Kedua, Ahmadiyah menjadi Islam yang benar. Ketiga, Ahmadiyah dibubarkan. Keempat, Ahmadiyah dibiarkan.

Suryadharma sendiri nampaknya lebih condong kepada alternatif kedua. Karena, menurutnya, jamaah Ahmadiyah memiliki semangat ber-Islam yang kuat, namun mendapatkan dakwah yang salah. Oleh karena itu, menurut Menag, dengan dialog mereka dapat dikembalikan ke jalan yang benar.

Ada apa dengan Menteri Agama Suryadharma Ali? Rasanya tidak mungkin beliau takut hanya kepada segerombolan laron.

Ancaman siksa neraka sangat dahsyat
Perkataan ngawur dari para pembela Ahmadiyah (pengikut nabi palsu) yang telah meragukan dan bahkan bertentangan dengan ayat Al-Qur’an itu sangat membahayakan bagi diri orang yang mengatakannya, bahkan bisa membahayakan bagi orang lain yang terpengaruh dengannya. Maka wajar kalau sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam masuk neraka atas orang yang hanya gara-gara ia mengucapkan satu perkataan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Adakalanya seorang hamba mengucapkan satu kalimah (satu kata) yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam Neraka yang jarak dalamnya antara timur dan barat. (Hadits ruiwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya bisa jadi seseorang mengucapkan suatu perkataan yang disangkanya tidak apa-apa, tapi dengannya justru tergelincir dalam api neraka selama tujuh puluh musim." (HR At-Tirmidzi, ia katakan ini hadits hasan gharib dari arah ini, dan Ahmad - 6917).

Mengenai pembela nabi palsu (terkena juga bagi orang yang membela pengikut nabi palsu, seperti membela Ahmadiyah hakekatnya membela nabi palsu pula), dalam Musnad Al-Humaidi diriwayatkan:

Dari Imran bin Dhabyan dari seorang dari Bani Hanifah (suku yang ada nabi palsunya, Musailimah Al-Kadzdzab) bahwa ia mendengarnya, dia berkata, Abu Hurairah berkata kepadaku: Kenalkah kamu (seorang bernama) Rajjal? Aku jawab: ya. Dia (Abu Hurairah) berkata: Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Gigi gerahamnya (Ar-Rajjal) di dalam neraka lebih besar daripada Gunung Uhud”. Dia dulunya masuk Islam kemudian murtad dan bergabung dengan Musailimah (Nabi palsu). (Musnad Al-Humaidi).

Para pembela nabi palsu diancam siksa neraka sangat dahsyat. Termasuk para pembela Ahmadiyah pada hakekatnya adalah pembela nabi palsu, karena Ahmadiyah adalah pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad.

Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, “Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,

“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud.”

Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah.” Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Is-haq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra. (Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab, atau lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, 2007, bab Nabi Palsu Musailimah Al-Kadzdzab).

Dengan adanya ancaman dahsyat itu, kekhawatiran akan hilangnya keimanan akibat membela Ahmadiyah pun ada. Contohnya adalah artikel berjudul ParaPembela Kafirin Ahmadiyah, Perlukah Mayatnya Disholati? (lihat nahimunkar.com, June 4, 20089:23 pm, http://www.nahimunkar.com/para-pembela-kafirin-ahmadiyah/#more-77)

Demikianlah ancaman keras dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang perkataannya dianggap tidak mengapa (padahal sangat merusak agama) maka mengakibatkan dicemplungkan ke neraka yang jarak dalamnya saja 70 tahun (perjalanan). Sedang yang membela nabi palsu maka gigi gerahamnya di neraka lebih besar dibanding Gunung Uhud. Betapa ngerinya. Namun kini betapa beraninya mereka berkata-kata dengan sangat ngawurnya, hanya untuk membela pengikut nabi palsu.

sumber: http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/para-pembela-ahmadiyah-bejibun-dan-ngawur-ancaman-dahsyat-neraka-tersedia.htm

Ada beberapa pertanyaan kami tentang peristiwa yang terjadi di Cikeusik hari Minggu lalu. Apa yang sebenarnya terjadi?

oleh Hanibal Wijayanta, Journalist/Executive Producer at ANTV

Tentang kesan pembiaran dan ketidaksigapan polisi. Hari Jumat (4 Februari 2011), ketika massa sudah mulai berdatangan ke Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten, aparat lokal sebenarnya sudah tahu tentang hal itu. Polsek sudah mengerahkan polisi ke lokasi. Polres sudah tahu dan sudah siaga. Menurut kabar dari keluarga seorang kawan di ANTV, sejak Jumat itu aparat di seluruh Kabupaten Pandeglang sudah tahu kalau ada rombongan massa yang datang ke Cikeusik. Hari itu juga Suparman (tokoh Ahmadiyah lokal) dan keluarganya pun sudah dievakuasi polisi. Kemudian pada Sabtu malam (5 Februari 2011), massa Ahmadiyah datang dengan dua mobil dari Bogor dan Jakarta.

Menurut polisi, mereka telah menyuruh warga Ahmadiyah yang baru datang itu untuk pergi/dievakuasi, tapi mereka menolak. Karena itu polisi pun meninggalkan lokasi. Pertanyaannya, mengapa polisi membiarkan mereka bertahan di situ? Mengapa polisi tidak berinisiatif untuk memaksa mereka pergi dan mengevakuasi ke tempat aman? Bukankah mereka sudah tahu bahwa kondisi sudah demikian gawat? Di sinilah terkesan polisi membiarkan bentrokan akan terjadi dengan menarik anggotanya dari lokasi. Bahkan kawan kami di redaksi bercerita bahwa saudaranya yang bekerja di pemda Pandeglang bertanya-tanya, mengapa bentrokan itu terjadi padahal seharusnya bisa dicegah karena sudah diketahui sejak awal.

Tentang Massa Ahmadiyah. Mengapa massa Ahmadiyah yang baru datang dengan dua mobil itu menolak dievakuasi? Ada kesan bahwa mereka memang sengaja mempersiapkan diri untuk menjadi martir karena kedatangan mereka jelas bakal memprovokasi massa yang sudah terpancing emosinya sejak dua hari sebelumnya. Lalu apa tujuan mereka? Apalagi massa Ahmadiyah itu sempat mengatakan bahwa mereka ingin bertahan sampai titik darah penghabisan. Mengapa? Apakah mereka memang berharap agar kasus ini meledak dan kemudian menjadi perhatian masyarakat di dalam dan luar negeri? Ataukah mereka dikorbankan untuk scenario berdarah ini?

Penggerak Massa: Dari gambar-gambar video yang muncul di Youtube maupun yang kami dapatkan sendiri di lapangan, tampak jelas bahwa pada awalnya massa tampak digerakkan oleh belasan orang berjaket hitam, sebagian berkaos t-shirt dan kemeja dan bersenjata golok. Yang menarik, mereka ini membawa tanda pengenal berupa pita biru di kerah, atau di dada atau di lengan atas.

Nah, tidak seperti massa cair yang cenderung bergerak setelah berkumpul banyak orang, belasan orang ini berjalan dengan langkah pasti, dengan jarak sekitar beberapa ratus meter, menuju rumah warga Ahmadiyah itu (rumah Suparman). Begitu sampai di depan pekarangan rumah Suparman mereka langsung menghajar warga Ahmadiyah yang berjaga di pekarangan dengan serangan memakai golok, bambu, batu dan lain-lain. Dari gerakan-geriknya, mereka tampak sudah sangat terlatih memainkan golok, mampu berkelit dengan tangkas dan berkelahi. Anehnya, ketika massa mulai nimbrung, pentolan-pentolan penggerak massa ini sudah tidak tampak lagi... Lalu ke mana mereka pergi?

Adanya beberapa kamera video yang sudah standby dari awal. Bagi orang televisi seperti kami, adanya gambar-gambar video yang menggambarkan peristiwa penyerbuan itu sejak awal hingga akhir sangat menarik. Sebab, dari cara mengambil gambarnya saja, sang cameraman terlihat cukup berpengalaman, dengan kamera yang cukup baik, dan yang lebih penting lagi kamera yang ada di lokasi itu tampaknya ada beberapa, minimal dua atau tiga buah, dengan posisi yang sangat bagus dan bisa bercerita banyak tentang peristiwa itu.

Mari kita lihat kamera pertama. Kamera pertama ini mengambil gambar long shoot ketika belasan orang berjalan dengan bergegas, dipimpin seorang lelaki berjaket hitam dan berkopiah hitam. Kamera ke dua mulai merekam ketika belasan orang itu semakin mendekati lokasi, berteriak-teriak, mulai dari long shoot kemudian medium shoot hingga si pemimpin masa sempat diambil gambarnya dalam jarak dekat secara closeup meski hanya sekilas. Lalu kamera bergerak pan ke kanan dan mengambil gambar ketika seorang polisi mencoba menahan massa tapi kemudian membiarkan mereka. Mengapa polisi tidak terus menahan mereka, mengeluarkan tembakan peringatan dan sebagainya? Apakah karena polisi itu melihat pita-pita biru yang dipakai belasan orang itu? Ataukah mereka saling kenal?

Selanjutnya ketika bentrokan awal mulai terjadi, tampak jelas betapa kamera yang mengambil gambar itu berada di belakang penyerbu. Yang menarik cameraman yang mengambil suasana bentrokan itu terkesan tidak takut dan seolah sudah saling mengenal dengan penyerbu, sehingga mereka bisa mengambil gambar dengan tenang. Hal itu pula yang terjadi ketika warga Ahmadiyah yang sudah ditelanjangi kemudian dipukuli dan dianiaya dengan sadis. Kamera tetap mengambil gambar tanpa takut, tidak dilarang untuk mengabadikan penganiayaan itu, dan bahkan mengambil gambar orang-orang yang mengambil gambar kekejaman itu dengan handphonenya.

Soal gambar-gambar video diupload di Youtube. Di Cikeusik kontributor kami memang terlambat sampai ke lokasi. Baru sore dia sampai lokasi. Tapi contributor kami ini datang bersama para wartawan dan kontributor dari media lainnya. Maka yang pertama kali dikirim dari lokasi peristiwa adalah gambar-gambar pasca kejadian. Mengirim gambar via streaming dari lokasi juga tidak bisa dilakukan dengan cepat, maka baru pada malam hari gambar pasca peristiwa terkirim dari warnet di kota kecamatan.

Nah, di saat kontributor televisi kerepotan ke lokasi dan kemudian mengirim gambar yang mereka dapat sendiri di kota kecamatan, ternyata gambar-gambar peristiwa bentrokan terjadi yang begitu jelas dan gamblang itu sudah diupload ke youtube pada Senin pagi 7 Februari 2011, dengan beberapa nama uploader. Ada yang dengan nama andreasharsono, amatkuat dan sebagainya.  Lalu mengapa gambar-gambar itu bisa begitu cepat terkirim di Youtube, sementara kontri kami dapat gambar-gambar itu besoknya. Dari mana mereka mendapat gambar-gambar itu?

Ada tiga seri “video amatir” yang kami dapat dari lapangan. Pertama kami dapat dengan merekam langsung gambar itu dari kamera handphone seorang… petugas Kodim… Gambar itu identik dengan salah satu gambar video kekerasan di Cikeusik lewat Youtube yang menggambarkan suasana saling lempar dan bacok antara warga Ahmadiyah melawan penyerang.

Gambar kedua adalah gambar terpanjang, sekitar 10 menit. Gambar ini kami dapat ketika reporter kami sedang berada di sebuah warnet di kota kecamatan Cikeusik. Saat itu ada seorang polisi di sana. Karena koordinator liputan daerah meminta gambar video amatir yang lain –selain yang pertama--, maka reporter itu langsung berinisiatif meminta kepada si polisi, “Punya video amatir soal penyerbuan kemarin nggak, Pak?” Polisi itu menjawab, “Ada tuh di computer yang kamu pakai, tadi barusan ditransfer…” (???) Yang menarik, gambar ini sama dengan gambar video yang isinya pembakaran dan penganiayaan sadis warga Ahmadiyah yang diupload di Youtube.

Video ketiga didapat reporter kami dari seorang warga yang mengambil gambar dengan handphonenya ketika suasana mulai agak reda sampai penganiayaan. Kualitas ketiga video ini berbeda-beda. Yang pertama karena diambil dengan kamera handphone langsung sangat berbeda dengan video gambar cenderung flat dan tidak begitu kelihatan detailnya. Gambar ke dua lebih detail dan gambar pun stabil. Sedangkan gambar ketiga karena dari kamera handphone sederhana kualitas gambar lebih buruk.

Namun gambar yang detail kami dapat kemudian, sebagaimana gambar video yang diupload di Youtube, tergambar secara detail suasana kedatangan para penggerak massa, sampai masuk ke pekarangan dan bentrokan awal, kualitas gambarnya jauh lebih bagus. Gambar video ini juga lebih bercerita, dengan berbagai sudut pengambilan gambar yang bagus, cara mengambil gambar pun tampak lebih professional. Lalu siapa yang mengambil gambar ini? Mengapa pengambilan gambarnya begitu professional? Mengapa mereka kelihatan tidak berkonflik dengan penyerang? Lalu apa motif mereka?

Hingga kini kami masih belum menyimpulkan dalang kasus ini secara pasti. Tapi paling tidak, kami jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang sedang bermain-main dengan nyawa manusia?

sumber: http://www.facebook.com/home.php#!/note.php?note_id=497696503542

MEMAHAMI KENAKALAN REMAJA MASAKINI

MEMAHAMI KENAKALAN REMAJA MASAKINI

Oleh: Jum’an

Tess Chapin adalah siswi SMA kelas 2 berumur 15 tahun di Manhattan sana. Ia dihukum oleh orang tuanya karena kedapatan mabuk bersama teman-teman sebayanya. Selama 5 minggu ia dilarang menginap diluar, hang-out, pesta ulang tahun dan pesta lain tanpa didampingi orang tua. Ia pun curhat menghiba-hiba lewat facebook berusaha mencari pembelaan. Seorang temannya meluncurkan “gerakan 1000 facebookers untuk menyelamatkan Tess”  yang ternyata mengalirkan dukungan yang melimpah termasuk dari putri presiden Obama. Akhirnya Tess dibebaskan orang tuanya pada minggu ke 4 dalam acara Oprah Show di Chicago. Kisah heboh itu diulas Susan Dominus kolumnis New York Times yang menyebutnya sebagai pemberontakan remaja, electronic style –damai, terorganisir dan juga…. menular. Kasus Tess, kecuali sebuah pemberontakan remaja juga memberi contoh betapa anak manis yang polos ketika sendirian, dapat bertindak menyimpang bila berada bersama teman-teman sebayanya. Kita menduga memang ada gejala demikian. Belum lama ini sebuah penelitian di Temple University tentang ”pengambilan risiko dan otak remaja” membuktikannya dengan lebih jelas lagi.

Belasan remaja 14-18 tahun (usia SMA) diminta memainkan video game mengemudi mobil sementara kegiatan otaknya direkam menggunakan scanner. Mereka menerima imbalan uang bila melakukannya lebih cepat. Dalam permainan itu mereka harus mengambil keputusan untuk berhenti dilampu kuning –dengan resiko terlambat- atau melanggarnya agar mencapai finish lebih cepat dan mendapat uang lebih banyak, juga dengan risiko tabrakan yang lebih tinggi dan terlambat lebih lama lagi. Mereka diminta main empat putaran; dua putaran pertama bermain sendirian, dua putaran berikutnya mereka diberitahu bahwa dua teman sebaya mereka ikut menontonnya dari monitor di kamar sebelah. Ternyata ketika mereka merasa ditonton oleh teman sebayanya, mereka melanggar lampu kuning 40% lebih dan menabrak 60% lebihbanyak. Mereka jauh lebih berani untuk mengambil risiko. Hal ini tidak terjadi ketika penelitian dilakukan pada  kelompok usia yang lebih tua yaitu mahasiswa dan orang dewasa. Mereka hampir tidak terpengaruh baik bermain sendiri maupun ditonton kerabat sebaya mereka.

Kata Laurence Steinberg pencipta penelitian itu, kehadiran rekan sebaya merangsang wilayah tertentu dalam otak remaja, dan tidak demikian pada orang dewasa. Efek ini katanya, disebabkan karena pertumbuhan otak remaja pada saat akil baligh membuat mereka merasa menjadi pusat perhatian orang lain. Masuk akal mengapa anak remaja melakukan banyak hal-hal penuh risiko dengan teman-teman mereka yang tidak akan dilakukannya ketika sendirian. Bukti juga menunjukkan bahwa remaja memiliki risiko kecelakaan mobil yang lebih tinggi ketika ada remaja lain didalam mobil itu. Penelitian tadi juga membuktikan bahwa hanya dengan diberi tahu bahwa ada teman sebaya yang memperhatikannya, telah meningkatkan kemungkinan tindakan berisiko, apalagi bila mereka benar-benar berkumpul bersama seperti dalam kasus Tess Chapin atau tawuran anak-anak sekolah di Jakarta. Orang tua memang harus ekstra hati-hati mengamati anak-anaknya pada usia remaja. Anak perempuan yang lugu bisa tiba-tiba menjadikan anda berstatus opa dan oma dalam waktu 9 bulan. Mau? Nauzubilah!

Tess yang berhasil memberontak melalui facebook menyadarkan kita bahwa teman-teman sebaya remaja kita juga banyak berasal dari dunia maya. Facebook, twitter, myspace, youtube merupakan tempat “penonton maya” remaja masa kini. Menurut catatan seorang pengamat cukup banyak remaja mengalami kecelakaan hanya karena mencoba sesuatu dengan tujuan untuk direkam dan diposting ke internet.  Di youtube saja ada 100 lebih video “ flaming basketball” (basketball menggunakan bola berapi yang  menyala) yang banyak mengakibatkan luka bakar pada pemainnya.  

Judul yang bombastis dan mental orang jajahan

Demo Anti-Mubarak di Bundaran HI Dibalas Pengusiran WNI di Kairo

Kairo - Tindakan elit dan kelompok mahasiswa di Jakarta yang mencampuri urusan dalam negeri Mesir berakibat buruk. Setelah mahasiswa RI, giliran WNI diusir dari tempatnya bekerja di Kairo.

Tri Mulyati, salah seorang istri mahasiswa RI di Mesir mendapat perlakuan yang tak terduga sebelumnya. Tri menceritakan bahwa setelah mengurus kelengkapan paspor di Konsuler Nasr City, Kairo, ia kembali ke rumah majikan, tapi belum sejam berada di rumah majikan, madame (istri majikan) memanggilnya dan langsung menghardik.

Madame: Tri... Go out from my house (Keluar dari rumahku)!!!
Tri: What's going on madame? I don't understand... (Ada apa Nyonya? Aku tak mengerti...)
Madame: Look at the television! See what they do to my country. This is not your country's problem. This is our country's problem. This is our bussiness... I don't care... You have to leave from my house... I don't want to see Indonesian in my house. Get out Tri...!!!

(Lihat itu di televisi! Lihat apa yang mereka lakukan terhadap negaraku. Ini bukan masalah negaramu. Ini masalah negaraku. Ini urusan kami... Aku tak peduli... Kau harus pergi dari rumahku... Aku tak mau melihat orang Indonesia di rumahku. Keluar Tri...! - Sambil menunjuk pintu keluar).

Madame pada saat itu sedang menyaksikan siaran berita di televisi setempat tentang aksi solidaritas mahasiswa di Bundaran HI Jakarta dengan aksi menginjak-injak foto Presiden Hosni Mubarak.

Sambil menangis, Tri mencoba menjelaskan bahwa dia tidak salah apa-apa dan itu (aksi-aksi di Jakarta) bukan kesalahan dia.

Madame: I don't care!!! Ya laah etlah barra!!! (Sambil memanggil kepala rumah tangga dan menyuruhnya agar menyeret Tri keluar).

Tri: Okay, Madame... I am leaving now... But what about my salary (Ok, Nyonya... Aku pergi sekarang. Tapi bagaimana dengan gajiku)?
Madame: You ask Indonesian demonstrant to pay you (Kau minta demonstran Indonesia untuk membayar gajimu) !!!

Demikian disampaikan Tri melalui Syamsu Alam Darwis kepada detikcom malam ini atau Selasa (8/2/2011) WIB, dengan beberapa kutipan bahasa Inggris telah diedit oleh redaksi).

Dari pengalaman pahit tersebut, Tri meminta kepada para mahasiswa dan aktivis di Indonesia agar berhati-hati dalam bertindak.

"Hendaknya tidak campur tangan urusan dalam negeri Mesir, karena kami secara pribadi yang tidak tahu-menahu menjadi korban," ujar Tri getir.

Lanjut Tri, selama ini dia mendapat gaji USD650 hingga USD700 per bulan bekerja sebagai pengajar bahasa Inggris privat dua anak majikan Mesir, yang sekolah di British International School di 6th October City. Setiap pekan anak-anak majikan tersebut dapat juara star of the week di bidang matematika, sains, bahasa Inggris dan komputer.

Selama ini Tri mengaku senang bekerja dan tinggal di Mesir, karena dapat membiayai kehidupan orangtua dan keluarganya di kampung. Namun saat ini segalanya sirna dan kesempatan mengejar cita-cta menjadi tertunda.

Anggota Tim Evakuasi WNI di Mesir Syamsu Alam Darwis menyikapi bahwa saat ini perlu ada fiqh prioritas dengan mengutamakan penyelamatan dan evakuasi WNI di Mesir daripada melakukan aksi solidaritas mendukung revolusi Mesir.

"Dalam hal ini tekanannya pada menjaga nilai-nilai universal Islam yakni keselamatan jiwa, raga, harta benda dan kehormatan masyarakat mahasiswa dan WNI di Mesir harus didahulukan daripada hak menyalurkan aspirasi dan kewajiban menyampaikan nasehat kepada penguasa," tegas Syamsu.

Syamsu meminta kepada segenap mahasiswa dan aktivis di Indonesia, termasuk anggota DPR RI, agar memahami bahwa politik luarnegeri RI adalah politik bebas aktif.

"Kita berikan kebebasan kepada warga dan pemimpin Mesir untuk menentukan nasibnya sendiri, pada prinsipnya rakyat dan pemerintah RI dapat bekerjasama dengan siapapun yang akan memimpin Mesir sekarang dan yang akan datang," demikian Syamsu. (es/es)

Detik.com--------------lagi

=====================================================
  • Judul tidak sesuai dengan Isi.... Kalau dari judulnya terkesan kalau di mesir terjadi pengusiran WNI secara global, padahala itu hanya masalah antar pembantu dan majikan.... Mngkin saja majikannya tidak mau membayar gajinya dan ini adalah kesempatan yang pas untuk mengelak.

  • Mental orang terjajah...Terlalu cepat menyalahkan saudara sendiri dan terlalu membenarkan tindakan orang lain. Lihatlah Orang ramai disini saling menyalahkan, Padahal demo itu terjadi di mana-mana bukan hanya di Indonesia. Padahal sebelum saling menyalahkan yang perlu dilakukan adalah membela saudara kita yang tidak bersalah dan diperlakukan dengan sewenang-wenang.

  • Apapun alsannya Tidak berhak seseorang mengusir warga negara lain hanya karena demo di negaranya. Indonesia dan malaysia telah sering saling demo,,,Namun sejauh ini belum ada saling usir antar negara...karena warganya telah paham sejauh mana demo itu dan hak2 warga negara lain dinegara mereka.  Hal itu beda dengan majikan di mesir tersebut yang bertindak sembarangan.
Ayo sebelum kita saling menyalahkan : Periksa lagi Judul yang kita baca dan lihat dulu Nasib saudara kita

Yang ada adalah "Organisasi penyesatan" , bukan aliran sesat. (buka mata)

Mungkin cara pandang kita perlu dirubah, untuk bisa menembus aliran sesat lebih jauh.
Bila kita hanya memandangnya sebagai aliran sesat , Rasanya masih kurang dalam, karena kita hanya akan berpatok pada ajaran-ajaran yang disampaikannya.

Ajaran Lia Eden : adalah aliran yang mengakui Lia eden adalah imam mahdi. Ajaran Ahmadiah adalah ajaran yang menganggap masih ada Pengganti Nabi Muhammad, Hanya sebatas itulah pengertian kita bila kita melihatnya dalam pandangan aliran sesat.

Namun jika kita  memasukkan mereka ke dalam "organisasi penyesatan" ?? kata-kata itu terasa lebih realistis. Pendalaman kita terhadap mereka akan lebih jauh dan detail. Para pendiri, pergerakan, anggaran, struktur organisasi, fasilitas dan lainnya akan terasa lebih mungkin di fahami lebih dalam.

Mungkin ini pula alasannya mereka memilih berada di jalur "aliran sesat" karena tentu kalau vulgar mengatakan diri "Organisasi Penyesatan" akan lebih mudah diringkus.

Di negara Indonedia yang mayoritas muslim, organisasi-organisasi penyesatan ini telah tumbuh subur, karena lambatnya penanganan oleh pemerintah. Keberadaan mereka juga mendapat dukungan yang luar biasa bagi kaum liberal di negeri ini. Hal itu menjadi salah satu sumber pemicu kekuatan mereka. Kebebasan yang selalu mereka lihat dari sudut pandang mereka, tanpa pernah memikirkan bagaimana kebebasan dan hak yang dimiliki pemeluk agama lain dalam menjaga kualitas iman dan agama mereka beserta saudara-saudara mereka.

Ingat, bentengilah diri anda dan orang2 sekitar anda, karena organisasi penyesatan  akan selalu  melakukan penggerogotan iman anda.

Mereka tidak akan peduli, walau larangan terhadap mereka telah di keluarkan oleh pemerintah, karena mereka yakin orang 2 liberal dan genknya akan selalu membela mereka. Mereka tidak akan pernah disalahkan oleh media dan oknum pendukung mereka karena tetap ngotot melakukan penyesatan. Namun Umat Islam akan serentak disalahkan oleh media bila berbuat lalai dalam menjaga kesabaran mereka.

Satu lagi yang perlu kita pahami, bahwa "organisasi Penyesatan" itu sangat menginginkan umat Islam. Justru itulah mereka sering menanamkan kesesatan mereka dengan menggunakan metode yang berbau islam atau bernaung di bawah nama Islam.

Mengapa unsur 2 Islam yang sering dipakai oleh mereka ??

Lia eden = memakai konsep imam mahdi
Ahmadiyah = mendompleng nama Nabi Muhammad
kelompok Isa bugis = menyinggung Al Qur'an
Kelompok baha'i = menyinggung hukum Islam
Lembaga kerasulan = mengutak atik konsep rasul dan kenabian

Dll...

Jawaban singkat : Pengikut Islam adalah target mereka.

Islam yang telah sempurna tentu tidak membutuhkan tafsiran-tafsiran mereka tersebut. BIla  mereka mempunyai pemahaman lain, islam juga mempunyai cara yang bijak, yaitu berdiskusi dengan para ulama.

Tapi bagi "organisasi penyesatan" dimana Islam adalah sasaran empuk mereka, jangan harap mereka mau merujuk ulama karena memang mereka mau menyesatkan umat.
Begitu gencarnya mereka terhadap Islam dan begitu bernafsunya mereka merubah haluan hidup umat islam.

Sekiranya mereka mau silahkan membuat aliran 2 sesat yang tidak bersangkut paut dengan Islam. Hal itu tentu tidak mereka laksanakan, karena tindakan ini tidak dianggap populer dan mangsanya tidak luas.

Bagaimanapun "organisasi penyesatan" ini berusaha sekuat tenaga, namun satu yang pasti bahwa "Janji Allah adalah pasti". Allah akan tetap menjaga kemuliaan agama ini. Pengikut agama ini akan terus bertambah berlipat-lipat jika dibandingkan hasil usaha penyesatan mereka, yang pada akhirnya juga akan kembali ke jalan yang lurus.

"Mari bentengi terus diri dan sahabat dari organisasi penyesatan ini, jaga kesabaran kita dan kita berdo'a semoga mereka semua mendapat hidayah Allah swt".....amin

Satu Berita 2 Makna (Republika Vs Detik) ...KOmpor makin nyala... (part 2)

(Part 1) bisa di baca disini....nggak asik kalau langsung part 2

Mahasiswa Al Azhar Patahkan Klaim Anis Matta PKS Bantu Revolusi Mesir 

Jakarta - Sekjen PKS Anis Matta mengklaim kalau kadernya membantu perjuangan revolusi rakyat Mesir. Anis, yang juga Wakil Ketua DPR menyebut ada 600 kadernya bertahan dan membantu menyediakan logistik. Namun klaim Anis itu dipatahkan.

"Itu tidak benar, tidak ada warga Indonesia yang membantu menyediakan makanan bagi demonstran," kata Mahasiswa S2 Al Azhar, Samsul Ardika, kepada detikcom, Sabtu (5/2/2011).

Samsul yang mengambil jurusan Ushuludin dan sudah 2 tahun di Kairo ini menjelaskan, sangat riskan bagi warga negara asing ikut membantu atau sekedar menyediakan makanan.

"Mendekati demonstran saja tidak boleh. Jadi tidak logis itu pernyataannya," terang Samsul.

Samsul kini membantu KBRI dalam mengevakuasi sejumlah WNI yang berada di luar kota Kairo. Dia menambahkan, warga asing akan sulit untuk membantu atau mendekati pengunjuk rasa di Lapangan Tahrir karena adanya militer.

"Begini ya, pejabat KBRI saja mau membawakan makanan untuk dibawa ke kantor untuk kebutuhan sehari-hari diperiksa ketat. Bagaimana kalau membawa untuk demonstran? Bisa ditembak," tambahnya.

Samsul menambahkan, kini WNI umumnya berdiam di rumah, sesuai imbauan KBRI dan bagi yang mau segera dievakuasi. "Setahu saya kader PKS banyak juga yang sudah pulang ke Indonesia," tutupnya.
(ndr/lh)

http://www.detiknews.com/read/2011/02/05/134651/1560717/10/mahasiswa-al-azhar-patahkan-klaim-anis-matta-pks-bantu-revolusi-mesir


=============================================
Berita ini jelas bisa membuat HEBOH SATU INDONESIA...

Kompor yang udah dinyalakan di PART 1, kini mulai membakar ,,,he..he..h

=============================================
Bayangkan bagaimana
berita yang salah ,,,, di tiup dengan kencang dan dalam hitungan detik sampai di Al Azhar..... dan bisa menciptakan Api disana...dan dalam hitungan detik Api itu di hembuskan lagi ke Indonesia untuk menciptakan api yang lebih membara .... he..he..he

==============================================

Bagi yang ngerti..tentu ini bisa jadi bahan humor.... (bagi yang ngerti tentunya)

Satu Berita 2 Makna (Republika Vs Detik)

Kita mulai dari REPUBLIKA :
======================================================

PKS Belum akan Tarik Kadernya dari Mesir

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Partai Keadilan Sejahtera belum akan menarik kadernya yang masih berada di Mesir meskipun negara itu sedang bergolak. "Memang kami memiliki sekitar 2.500 kader di Mesir karena memang di negara tersebut PKS memiliki kantor setingkat dengan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di Indonesia," kata Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Mata di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, pihaknya tidak akan melakukan evakuasi secara mandiri atau mengevakuasi sendiri kader-kader PKS di Mesir karena mereka masih menjalin kontak dengan baik dan belum ada permintaan untuk dievakuasi. Ia mengatakan, sebagian besar kader PKS di Mesir adalah pelajar dan mahasiswa sehingga saat ini mereka juga menjadi relawan di Mesir terutama untuk membantu WNI yang ada di sana.

"Mereka berada dalam kondisi aman dan menjadi relawan untuk membantu WNI di sana agar dapat dipulangkan ke Indonesia, khusunya untuk WNI yang berusia lanjut, anak-anak dan perempuan," katanya. Anis juga mengatakan, kecil kemungkinan situasi di Mesir tersebut akan terjadi di Indonesia meskipun terjadi tren penurunan kepercayaan kepada pemerintah.


Sekarang kita ke DETIK.COM
============================================
PKS Klaim Bantu Revolusi Mesir 
Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengklaim turut serta dalam revolusi di Mesir. Sekjen PKS Anis Matta mengatakan, lebih dari 600 kader PKS bertahan di Kairo untuk menyuplai logistik dan membantu penurunan rezim Hosni Mubarak.

"Ada 600-an kader PKS di Mesir tapi baru 25 orang yang pulang, mungkin 45 orang lagi yang sudah berkeluarga akan menyusul. Mereka bertahan untuk membantu-bantu di sana, ya logistik atau sekedarnya," beber sekjen PKS, Anis Matta, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (4/2/2011). (Sebelumnya Anis menyebut kader PKS ada 6000-an. Setelah dicek ulang, Anis menyebut jumlah kader 600-700 orang).

Menurut Anis, kader PKS di Mesir sebagian besar adalah pelajar. Mereka juga terorganisir secara rapi dalam satu wadah perwakilan PKS. "Mereka mengorganisir aktivitas di kalangan WNI di Mesir," terang Anis.

===================================

Silahkan di baca kembali dan jawab pertanyaan dibawah ini :

- Mana yang lebih sesuai antara judul dan Isi berita ??

Baca kembali coba Judul Detik.com dan isinya, Mana yang betul membantu Revolusi atau membantu WNI ??

Dengan judul yang sudah menjebak tersebut,,,selanjutnya akan menjadi sasaran empuk di forum2 debat :-)

Bukan untuk bela-belaan...Namun untuk membuka mata kita agar terhindar dari jebakan media yang ingin mengantarkan kita pada jurang pemikiran mereka... karena berbagai berita seperti itu pasti bisa terus terjadi.

Sebagai pembaca, ada saatnya kita tidak hanya melihat berita secara utuh, namun media , dan penyampai berita juga harus kita pahami, sebab sebesar apapun media pasti punya kecenderungan masing, Itulah sebabnya media islam yang besar dan mandiri menjadi kebutuhan yang urgen pada saat ini.





Berapa lama aku "HIDUP"??!

Hidup di dunia tidak lama. Paling lama enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Rasulullah meramalkan bahwa usia umatnya mirip dengan usianya.

Maa bayna sittiina wa sab’iin, Umur umatku antara enam puluh dan tujuh puluh.

Setelah itu matilah kita. Kala itu tidak ada lagi gunanya beramal salih. Tidak ada guna puasa, shalat, sedekah, zakat, dan tidak bisa lagi berhaji. Setelah mati, berhenti beramal salih. Amal salih hanya ada di dunia ini selagi kita masih hidup. Karenanya, waktu untuk beramal salih sangat singkat; hanya 60 kurang 15 tahun. Yang lainnya dipotong tidur. Umpannya sehari kita tidur delapan jam, maka untuk tidur saja kita telah menghabiskan waktu 20 puluh tahun. Semuanya ada 35 tahun usia kita tanpa produktivitas. Kalau jatah usia kita 60 tahun maka kita punya waktu beramal salih selama 25 tahun.

Di antara waktu kita yang singkat itu, Allah juga tidak meminta banyak. Shalat lima kali sehari semalam dan tiap shalat hanya meminta waktu 8 menit. Jadi, sehari semalam kita hanya menggunakan waktu untuk shalat selama 40 menit; padahal dalam sehari semalam kita punya 14040 menit. Masih tersisa 1400 menit tanpa shalat. Tapi mengapa begitu banyak manusia terlena hingga enggan memberikan waktu yang hanya 40 menit itu?

Dalam seminggu Allah meminta sekali shalat Jumat yang menghabiskan waktu 40 menit. Tapi berapa banyak manusia yang mengaku beragama Islam tapi bertahun-tahun tidak pernah melaksanakan shalat Jumat. Banyak alasan yang menjadi sebab, cari makan padahal paling-paling hanya Rp. 20.000 sehari untuk makan. Masa hanya gara-gara Rp. 20.000 kita tidak shalat? Dan kita tahu kalau sebenarnya manusia itu banyak yang tidak sekadar mencari makan, tapi mereka mencari kakayaan. Kalau memang itu yang dicari, maka seumur hidup pun manusia tidak akan dapat karena memang tidak pernah puas. Jika kita selalu memikirkan dunia maka rezeki tidak akan ke mana. Rezeki kita adalah milik kita tidak mungkin dirampas oleh orang lain; demikian pula dengan rezeki orang lain, tidak akan mungkin kita ambil. Kalapun kita mengambil rezeki orang lain dengan jalan yang tidak diridahi Allah, maka kita hanya mengambil milik orang lain, bukan rezeki kita.

Berapa banyak orang yang memiliki harta milyaran rupiah, tapi tidak sempat mereka nikmati karena keburu meninggal sebelum mereka menikmati hartanya. Mereka hanya memiliki harta yang banyak tapi bukan rezeki mereka. Lalu mengapa hari ini kita meragukan Allah sebagai penganggung jawab rejeki kita?

Di dalam salah satu haditsnya, di kitab Tanbiihul Ghaafiliin, Rasulullah Saw. bersabada bahwa jika kaulihat matahari terbit di sebelah timur, itu tanda kalau rezekimu belum habis. Artinya, jika rezeki kita habis, maka hari itu nyawa kita dicabut. Kenapa kita masih hidup? Jawabnya satu, rezeki kita belum kita habiskan. Bukan karena muda hingga kita belum mati. Batapa banyak mereka yang masih muda tapi mati. Bukan karena sehat hingga kita belum mati. Batapa banyak mereka yang sehat tapi mati.

Karena itu, jangan tertipu oleh harta dunia. Dunia ini cobaan belaka. Banyak orang yang gara-gara mencari kekayaan lalu lupa kepada Allah. Banyak orang yang gara-gara mencari jabatan lalu lupa menggadaikan agama Allah. Banyak orang yang gara-gara mencari kehormatan lalu menghina Allah. Di dalam surah al-Fajr Allah berfirman:

Fa ammal insaanu idzaa mabtalaahu rabbuuhu fa akramahu wa na’amahu fa yaquulu rabbii akraman. Wa ammaa idzaa mabtalaahu fa qadara ‘alaihi rizqahu fa yaquulu rabbii ahaanan. Kallaa ballaa tukrimuunal yatiima wa laa tahaadhdhuuna ‘alaa tha’aamil miskiin. Wa ta`kuluuna tturaatsa aklan lammaa. Wa tuhibbuunal maala hubban jammaa.

Adalah manusia itu kalau diuji oleh Allah dengan diberikan kenikmatan dan kemuliaan, orang itu berkata bahwa sesungguhnya Tuhanku memuliakanku. Dan ada juga manusia jika diuji dengan kemiskinan, mereka berkata bahwa Tuhanku menghinakanku.

Ini sebuah kesalahan karena Allah tidak memuliakan manusia dengan hartanya. Qarun adalah orang kaya sampai-sampai jika ada harta terpendan di dalam tanah, orang-orang menyebutnya harta karun. Tapi, Qarun tidak dimuliakan Allah, bahkan dihina oleh Allah. Demikian pula mereka yang diuji dengan kemiskinan, mereka berkata bahwa Tuhan telah menghinakan mereka, padahal tidak sama sekali.

Rasulullah pernah bersabda:

Inna llaaha laa yanzduru ilaa shuwarikum wa laa ilaa amwaalikum wa laakin yanzhuru ilaa quluubikum wa a’maalikum.

Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk rupamu dan tidak pula kepada hartamu, tetapi Allah memandang hatimu dan amal perbuatanmu.

Jadi, penilaiannya adalah hati dan amal perbuatan. Hati yang beriman dan bertakwalah yang menjadi penilaian utama dan tentunya disertai dengan pembuktian amal salih, bukan harta yagn banyak dan bukan jabataan yang tinggi. Janganlah kita bangga akan atribut-atribut duniawi yang disematkan di dada karena belum tentu itu menjadi hitungan di sisi Allah. Tapi jangan juga merasa bangga karena miskin. Karena miskinpun tidak dimuliakan Allah. Allah tidak pernah memuliakan seseorang atau suatu kaum karena kekayaan atau kemiskinannya. Sebaliknya juga tidak menghinakan orang karena kekayaan atau kemiskinannya. Allah hanya menghina orang durhaka kepada-Nya.

Betapa banyak orang-orang kaya yang dihinakan Allah karena kedurhakaannya. Mereka memanfaatkan kekayaannya tidak di jalan yang dirahmati Allah. Tapi tidak sedikit juga orang miskin yang dihinakan Allah karena kedurhakaannya. Sudah miskin mereka juga main togel, berjudi, mengundi nasib, mencuri, dan sebagainya.

Semoga khutbah singkat ini ada manfaatnya. Sebagai orang yang diberi limpahan rahmat berupa kekayaan janganlah menafkahkannya ke jalan yang tidak diridai Allah karena kekayaan semacam itu bisa berubah menjadi azab. Demikian pula mereka yang diuji dengan kemiskinan, jangalah dijadikan alasan untuk berbuat kejahatan karena kemiskinan demikian bisa berubah menjadi rahmat jika ditempatkan pada tempatnya.

*Oleh KH. Tengku Zulkarnaen, MA.*

New tag : PHOTOGRAPHY

Ada tag baru : Photography

Mari berbagi apa aja yang anda tahu tentang photography.
Semua yang berbau photography akan lengket disana.

====================================
Info , tips, tutorial, panduan (video / e book)
====================================


NOTE :

khusus e book / Video tutorial hanya untuk member (member only)