Ketika Aku Melamar Bidadari-Mu

Seandainya kau tangisi kematianku
Dan kau siram pusaraku dengan air matamu
maka di atas tulangku yang hancur luluh
nyalakanlah obor buat umat mulia ini
dan teruskan perjalanan ke gerbang jaya

Kematianku adalah suatu perjalanan
mendapatkan kekasih yang sedang merinduku
taman-taman di Surga bangga menerimaku
burung-burung berkicau riang menyambutku
bahagialah hidupku di alam abadi

Kuasa kegelapan pasti akan hancur
dan alam ini akan disinari fajar lagi
biarlah rohku terbang mendapatkan rinduNya
janganlah gentar berkelana di alam abadi
nun di sana fajar sedang memencar

***

Sajak oleh Asy-Syahid (insya Alloh) Sayyid Qutub 1966, sejenak sebelum meregang jiwa di tiang gantung thoghut Gamal Abdul Nasser.

While imprisoned in Yemen, Anwar al-Awlaki became influenced by the works of Qutb. He would read 150–200 pages a day of Qutb's works, describing himself during the course of his reading as "so immersed with the author I would feel Sayyid was with me in my cell speaking to me directly."

2 comments:

  1. “Jika Amerika menginginkan saya, silahkan mereka mencari saya. Allah-lah sebaik-baik pelindung saya. Jika Allah berkehendak menyelamatkan saya, maka Amerika tidak akan mampu menangkap saya meski mereka membelanjakan seluruh kekayaan di muka bumi untuk menangkap saya. Adapun jika Allah berkehendak saya terbunuh di tangan Amerika atau antek-antek Amerika, maka sungguh itulah cita-citaku selama ini.” (Anwar Al-Awlaqi)

    ReplyDelete
  2. barokalloh fiikum ya syaikh, Alloh sudah mengijabah doa antum, Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu...

    ReplyDelete